Sabtu, 27 April 2024

Tetap Berpuasa, Siang hingga Dini Hari Bergelut Padamkan Api

Kabut asap saban hari kian tampak menyelimuti langit Kepulauan Meranti. Ini merupakan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah kecamatan dan desa hampir tiap hari. 

Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang

Yamaha

Karhutla di Kepulauan Meranti makin meluas. Bahkan ada titik api yang selama 10 hari ditanggulangi tak kunjung padam hingga kini. Bahkan, ada titik api yang muncul di lokasi yang sudah dipadamkan. Parahnya lagi tak jarang titik api mengancam warga karena berjarak dekat dengan permukiman padat penduduk.

Kondisi ini membuat Tim Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Kepulauan Meranti kelimpungan. Meski bergelut dengan api sejak siang hingga dini hari, semangat para pemadam tak luntur walaupun sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Seperti titik api yang terpantau dan ditanggulangi, Rabu (27/3) siang di Jalan Perumbi, Kecamatan Tebingtinggi. Lokasi karhutla ini tidak jauh dari permukiman warga dan bangunan baru kantor perpustakaan pemerintah daerah setempat.

- Advertisement -

Menindaklanjuti situasi itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti bergegas berkumpul di markas mereka di Jalan Dorak Selatpanjang. Mereka mempersiapkan diri dan melakukan pengecekan peralatan pemadam, seperti mesin pompa air, selang, dan kendaraan pikap karena titik api masih bisa dijangkau dengan mudah, yakni berada di dalam kota.

Tim berjumlah enam orang berangkat ke lokasi kebakaran. Tiba di lokasi, mereka langsung disambut asap kebakaran semak dan gambut, ditambah dengan terik matahari yang langsung dirasakan tubuh dalam keadaan berpuasa.

- Advertisement -

Amri selaku pimpinan tim kemudian memerintahkan beberapa anggotanya untuk mencari sumber air di kanal atau parit pembatas lahan. Ada dua mesin pompa air yang dibawa dan puluhan selang yang masing-masing berukuran 20 meter.

Titik api ini terdapat di lahan milik masyarakat dan semak belukar. Dari pantauan, proses pemadaman api di dalam gambut tidak semudah yang dibayangkan. Kepulan asap tebal di lokasi membuat mata pedih dan angin yang bertiup kencang menyebabkan api cepat menjalar.

Risiko lainnya adalah ketika titik api tersebar di beberapa tempat yang sulit dijangkau. Salah satunya yang terlihat adalah titik api yang jaraknya jauh dari jangkauan petugas. Para anggota kemudian memikul selang ke tengah lahan terbakar untuk disambungkan ke selang lainnya. Kemudian air disemprotkan ke titik api.

Terik matahari dan panas bara api di dalam gambut membuat stamina petugas terkuras. Dua jam menjelang Magrib mereka masih berjibaku. Keringat mengucur deras membasahi baju mereka yang sebagian berwarna hitam terkena abu debu dan arang.

“Kami semua sedang puasa, sebentar lagi istirahat buka dan Salat Magrib. Habis Isya dan Tarawih kalau belum selesai kami lanjut lagi,” ujarnya. Amri sendiri mengaku tetap berpuasa dan belum pernah membatalkan puasa karena alasan pekerjaan. “Alhamdulillah dari awal sampai sekarang tetap puasa,” ucapnya.

Baca Juga:  Dua TPS di Meranti Berpotensi PSU

Cerita Amri, sembari menghela nafas ketika beristirahat, semalam selama bulan Ramadan, mereka rutin melakukan pemadaman karhutla. Seperti saat ini seluruh rekan kerjanya masih berjibaku di Pulau Rangsang dengan kondisi lumayan parah berada di Desa Telesung dengan titik api terpantau sejak 18 Maret 2024 lalu. Parahnya sampai saat ini belum kunjung padam.

“Kalau kejadian di sini dalam kota kita bisa pulang ke rumah sebentar. Kalau di Pulau Rangsang kami harus bermalam di titik lokasi api. Bahkan berhari-hari. Saat ini tim kita sudah 10 hari di lokasi. Tapi kan kita sama-sama tahu kebakaran gambut seperti apa. Hari ini padam, besoknya api terkadang muncul lagi,” tuturnya.

Situasi lebih parah turut dialami oleh Kalaksa BPBD Kepulauan Meranti Muhlisin. Pada hari yang sama ia memimpin tim pemadam di lokasi titik api terparah tepatnya di Dusun 1 Desa Penyagun, Kecamatan Rangsang. Seperti dibeberkan Muhlisin, titik api di lokasi itu terpantau dan upaya proses pemadaman berlangsung sejak 18 Maret 2024 lalu dan belum padam hingga kini.

Proses pemadaman di lokasi titik api, mereka digilir. Selaku kepala satuan, dia sudah dua hari di sana untuk memimpin regu pemadam. “Proses pemadaman kadang berhasil. Namun tak jarang titik api timbul kembali begitu terus menerus siang hingga dini hari kami masih lakukan pemadaman,” ujarnya.

Cuaca panas, penuh kabut asap, dan angin kencang di lokasi kebakaran menjadi kendala mereka. Api sangat sulit dipadamkan karena hujan tak kujung turun diperparah gambut yang kering memiliki ketebalan mencapai tiga sampai lima meter sehingga mudah terbakar.

Parahnya situasi sama seperti yang ia beberkan tersebar di sejumlah desa dan kecamatan yang berbeda Kepulauan Meranti. Hingga saat ini Muhlisin menyebut, titik api juga berada di Desa Tanah Merah Rangsang Pesisir, titik api terpantau sejak 17 Maret 2024 dengan status masih pendinginan.

Titik api juga membara di Ladang Kecil, Desa Telesung, Rangsang Pesisir dan belum berhasil padam sejak ditanggulangi sejak 18 Maret 2024 lalu. Pada hari dan waktu yang sama, titik api terpantau di Dusun 1 Desa Penyagun, Kecamatan Rangsang yang saat ini belum berhasil dipadamkan.

Selain itu titik api juga sedang ditanggulangi di Desa Gayung Kiri, Kecamatan Rangsang sejak 20 Maret 2024 dengan status belum padam. Begitu juga di Desa Renak Dungun Pulau Merbau yang ditanggulangi sejak 22 Maret 2024.

Kondisi sama turut berlangsung di Desa Mantiasa Kecamatan Tebingtinggi Barat sejak 22 Maret 2024 dengan status titik api belum padam. Demikian juga di Desa Tanjung Peranap Kecamatan Tebingtiggi Barat yang terpantau sejak 23 Maret 2024 dengan konsisi juga belum padam.

Baca Juga:  Lokasi Karhutla Basah Diguyur Hujan

Adapun total luas lahan yang mengalami kebakaran mencapai 115 hektare. Mulai dari  Desa Penyagun seluas 30 hektare, Desa Telesung seluas 25 hektare dan Desa Tanjung Kedabu yang berbatasan dengan Telesung dan meluas ke Desa Bungur luasnya mencapai 30 hektare. Sementara di Desa Sungai Gayung Kiri seluas 8,5 hektare dan Desa Tanah Merah seluas 1,5 hektare.

Karhutla juga melahap lahan seluas 7 hektare di Desa Renak Dungun, Desa Mantiasa luasnya 6,5 hektare, Desa Tanjung Peranap luasnya 5 hektare dan di Selatpanjang Kota luasnya 1 hektare.

Muhlisin menjelaskan, seluruh personel sudah dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman yang lebih besar dan melakukan koordinasi yang baik antar instansi terkait. Tim dari BPBD dan berbagai pihak terlibat aktif dalam upaya pemadaman untuk mengendalikan perluasan kebakaran tersebut.

Dengan upaya kolektif dari berbagai pihak, diharapkan pemadaman karhutla dapat dilakukan secara efektif dan efisien guna mengurangi dampak negatifnya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Diungkapkan Muhlisin, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau untuk meminta bantuan water bombing dalam upaya penanggulangan karhutla yang melanda wilayah tersebut.

Water bombing, atau serangan air dari udara diharapkan dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam memadamkan api yang sulit dijangkau di area hutan dan lahan yang terbakar.

“Kita juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau dan berupaya meminta bantuan untuk segera dilakukan water bombing terhadap lahan yang terbakar. Mudah-mudahan ini cepat ditangani,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat setempat juga diminta untuk berperan aktif dalam pencegahan karhutla dengan tidak membakar lahan secara membabi buta dan melaporkan kejadian yang mencurigakan kepada pihak berwenang. “Selain mengancam lingkungan dan kelestarian hutan, karhutla juga berdampak buruk pada kesehatan masyarakat akibat kabut asap yang terbawa angin,” ujarnya.

Dengan kejadian karhutla saat ini, Pemkab Kepulauan Meranti pun telah menetapkan Status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). “Yang terbaru menetapkan status siaga darurat karhutla adalah Kabupaten Kepulauan Meranti. Jadi total sudah empat daerah di Riau yang sudah menetapkan status siaga darurat Karhutla,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Riau M Edy Afrizal melalui Kabid Kedaruratan Jim Gafur.

Jumlah lokasi karhutla yang meluas di Meranti menjadi alasan penetapan status tersebut. Lebih lanjut dikatakannya, sebelum Meranti sudah ada tiga daerah yang menetapkan status serupa. Yakni Dumai, Bengkalis, dan Siak. Sementara untuk daerah lainnya ada yang sedang melakukan pembahasan penetapan status. “Akan menyusul Pelalawan. Saat ini sedang dalam pembahasan untuk penetapan status siaga darurat karhutla,” ujarnya.***






Reporter: Wira Saputra

Kabut asap saban hari kian tampak menyelimuti langit Kepulauan Meranti. Ini merupakan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah kecamatan dan desa hampir tiap hari. 

Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang

Karhutla di Kepulauan Meranti makin meluas. Bahkan ada titik api yang selama 10 hari ditanggulangi tak kunjung padam hingga kini. Bahkan, ada titik api yang muncul di lokasi yang sudah dipadamkan. Parahnya lagi tak jarang titik api mengancam warga karena berjarak dekat dengan permukiman padat penduduk.

Kondisi ini membuat Tim Satuan Tugas (Satgas) Karhutla Kepulauan Meranti kelimpungan. Meski bergelut dengan api sejak siang hingga dini hari, semangat para pemadam tak luntur walaupun sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Seperti titik api yang terpantau dan ditanggulangi, Rabu (27/3) siang di Jalan Perumbi, Kecamatan Tebingtinggi. Lokasi karhutla ini tidak jauh dari permukiman warga dan bangunan baru kantor perpustakaan pemerintah daerah setempat.

Menindaklanjuti situasi itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti bergegas berkumpul di markas mereka di Jalan Dorak Selatpanjang. Mereka mempersiapkan diri dan melakukan pengecekan peralatan pemadam, seperti mesin pompa air, selang, dan kendaraan pikap karena titik api masih bisa dijangkau dengan mudah, yakni berada di dalam kota.

Tim berjumlah enam orang berangkat ke lokasi kebakaran. Tiba di lokasi, mereka langsung disambut asap kebakaran semak dan gambut, ditambah dengan terik matahari yang langsung dirasakan tubuh dalam keadaan berpuasa.

Amri selaku pimpinan tim kemudian memerintahkan beberapa anggotanya untuk mencari sumber air di kanal atau parit pembatas lahan. Ada dua mesin pompa air yang dibawa dan puluhan selang yang masing-masing berukuran 20 meter.

Titik api ini terdapat di lahan milik masyarakat dan semak belukar. Dari pantauan, proses pemadaman api di dalam gambut tidak semudah yang dibayangkan. Kepulan asap tebal di lokasi membuat mata pedih dan angin yang bertiup kencang menyebabkan api cepat menjalar.

Risiko lainnya adalah ketika titik api tersebar di beberapa tempat yang sulit dijangkau. Salah satunya yang terlihat adalah titik api yang jaraknya jauh dari jangkauan petugas. Para anggota kemudian memikul selang ke tengah lahan terbakar untuk disambungkan ke selang lainnya. Kemudian air disemprotkan ke titik api.

Terik matahari dan panas bara api di dalam gambut membuat stamina petugas terkuras. Dua jam menjelang Magrib mereka masih berjibaku. Keringat mengucur deras membasahi baju mereka yang sebagian berwarna hitam terkena abu debu dan arang.

“Kami semua sedang puasa, sebentar lagi istirahat buka dan Salat Magrib. Habis Isya dan Tarawih kalau belum selesai kami lanjut lagi,” ujarnya. Amri sendiri mengaku tetap berpuasa dan belum pernah membatalkan puasa karena alasan pekerjaan. “Alhamdulillah dari awal sampai sekarang tetap puasa,” ucapnya.

Baca Juga:  Tinjau Karhutla, Plt Bupati Asmar Disambut Hujan Deras

Cerita Amri, sembari menghela nafas ketika beristirahat, semalam selama bulan Ramadan, mereka rutin melakukan pemadaman karhutla. Seperti saat ini seluruh rekan kerjanya masih berjibaku di Pulau Rangsang dengan kondisi lumayan parah berada di Desa Telesung dengan titik api terpantau sejak 18 Maret 2024 lalu. Parahnya sampai saat ini belum kunjung padam.

“Kalau kejadian di sini dalam kota kita bisa pulang ke rumah sebentar. Kalau di Pulau Rangsang kami harus bermalam di titik lokasi api. Bahkan berhari-hari. Saat ini tim kita sudah 10 hari di lokasi. Tapi kan kita sama-sama tahu kebakaran gambut seperti apa. Hari ini padam, besoknya api terkadang muncul lagi,” tuturnya.

Situasi lebih parah turut dialami oleh Kalaksa BPBD Kepulauan Meranti Muhlisin. Pada hari yang sama ia memimpin tim pemadam di lokasi titik api terparah tepatnya di Dusun 1 Desa Penyagun, Kecamatan Rangsang. Seperti dibeberkan Muhlisin, titik api di lokasi itu terpantau dan upaya proses pemadaman berlangsung sejak 18 Maret 2024 lalu dan belum padam hingga kini.

Proses pemadaman di lokasi titik api, mereka digilir. Selaku kepala satuan, dia sudah dua hari di sana untuk memimpin regu pemadam. “Proses pemadaman kadang berhasil. Namun tak jarang titik api timbul kembali begitu terus menerus siang hingga dini hari kami masih lakukan pemadaman,” ujarnya.

Cuaca panas, penuh kabut asap, dan angin kencang di lokasi kebakaran menjadi kendala mereka. Api sangat sulit dipadamkan karena hujan tak kujung turun diperparah gambut yang kering memiliki ketebalan mencapai tiga sampai lima meter sehingga mudah terbakar.

Parahnya situasi sama seperti yang ia beberkan tersebar di sejumlah desa dan kecamatan yang berbeda Kepulauan Meranti. Hingga saat ini Muhlisin menyebut, titik api juga berada di Desa Tanah Merah Rangsang Pesisir, titik api terpantau sejak 17 Maret 2024 dengan status masih pendinginan.

Titik api juga membara di Ladang Kecil, Desa Telesung, Rangsang Pesisir dan belum berhasil padam sejak ditanggulangi sejak 18 Maret 2024 lalu. Pada hari dan waktu yang sama, titik api terpantau di Dusun 1 Desa Penyagun, Kecamatan Rangsang yang saat ini belum berhasil dipadamkan.

Selain itu titik api juga sedang ditanggulangi di Desa Gayung Kiri, Kecamatan Rangsang sejak 20 Maret 2024 dengan status belum padam. Begitu juga di Desa Renak Dungun Pulau Merbau yang ditanggulangi sejak 22 Maret 2024.

Kondisi sama turut berlangsung di Desa Mantiasa Kecamatan Tebingtinggi Barat sejak 22 Maret 2024 dengan status titik api belum padam. Demikian juga di Desa Tanjung Peranap Kecamatan Tebingtiggi Barat yang terpantau sejak 23 Maret 2024 dengan konsisi juga belum padam.

Baca Juga:  Perayaan Imlek, Aktivitas Penumpang di Tanjung Harapan Turun 

Adapun total luas lahan yang mengalami kebakaran mencapai 115 hektare. Mulai dari  Desa Penyagun seluas 30 hektare, Desa Telesung seluas 25 hektare dan Desa Tanjung Kedabu yang berbatasan dengan Telesung dan meluas ke Desa Bungur luasnya mencapai 30 hektare. Sementara di Desa Sungai Gayung Kiri seluas 8,5 hektare dan Desa Tanah Merah seluas 1,5 hektare.

Karhutla juga melahap lahan seluas 7 hektare di Desa Renak Dungun, Desa Mantiasa luasnya 6,5 hektare, Desa Tanjung Peranap luasnya 5 hektare dan di Selatpanjang Kota luasnya 1 hektare.

Muhlisin menjelaskan, seluruh personel sudah dikerahkan untuk melakukan upaya pemadaman yang lebih besar dan melakukan koordinasi yang baik antar instansi terkait. Tim dari BPBD dan berbagai pihak terlibat aktif dalam upaya pemadaman untuk mengendalikan perluasan kebakaran tersebut.

Dengan upaya kolektif dari berbagai pihak, diharapkan pemadaman karhutla dapat dilakukan secara efektif dan efisien guna mengurangi dampak negatifnya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Diungkapkan Muhlisin, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau untuk meminta bantuan water bombing dalam upaya penanggulangan karhutla yang melanda wilayah tersebut.

Water bombing, atau serangan air dari udara diharapkan dapat menjadi salah satu solusi efektif dalam memadamkan api yang sulit dijangkau di area hutan dan lahan yang terbakar.

“Kita juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Riau dan berupaya meminta bantuan untuk segera dilakukan water bombing terhadap lahan yang terbakar. Mudah-mudahan ini cepat ditangani,” ujarnya.

Selain itu, masyarakat setempat juga diminta untuk berperan aktif dalam pencegahan karhutla dengan tidak membakar lahan secara membabi buta dan melaporkan kejadian yang mencurigakan kepada pihak berwenang. “Selain mengancam lingkungan dan kelestarian hutan, karhutla juga berdampak buruk pada kesehatan masyarakat akibat kabut asap yang terbawa angin,” ujarnya.

Dengan kejadian karhutla saat ini, Pemkab Kepulauan Meranti pun telah menetapkan Status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). “Yang terbaru menetapkan status siaga darurat karhutla adalah Kabupaten Kepulauan Meranti. Jadi total sudah empat daerah di Riau yang sudah menetapkan status siaga darurat Karhutla,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Riau M Edy Afrizal melalui Kabid Kedaruratan Jim Gafur.

Jumlah lokasi karhutla yang meluas di Meranti menjadi alasan penetapan status tersebut. Lebih lanjut dikatakannya, sebelum Meranti sudah ada tiga daerah yang menetapkan status serupa. Yakni Dumai, Bengkalis, dan Siak. Sementara untuk daerah lainnya ada yang sedang melakukan pembahasan penetapan status. “Akan menyusul Pelalawan. Saat ini sedang dalam pembahasan untuk penetapan status siaga darurat karhutla,” ujarnya.***






Reporter: Wira Saputra
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari