PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Upaya melawan perundungan atau bullying kini semakin digencarkan di lingkungan pesantren. Tim dosen Universitas Riau (Unri) bersama mahasiswa menggelar program pelatihan Anti Bullying Generation (ABGen) di Pondok Pesantren Darul Qur’an Kariman, Kampar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikdiksaintek) bersama Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) 2025. Ketua tim, Ns Niken Yuniar Sari MKep Sp Kep J, menjelaskan bahwa pelatihan ABGen dirancang untuk membekali santri dengan pengetahuan, keterampilan, serta strategi kreatif dan efektif dalam menghadapi perundungan.
Pimpinan Yayasan Ponpes, Dr H Kariman Ibrahim MA, menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, pesantren adalah ruang pertemuan santri dari berbagai latar belakang yang berinteraksi penuh selama 24 jam. “Program ini sangat bermanfaat. Kami berharap anak-anak bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sebanyak 30 santri terpilih kemudian dibentuk sebagai tim ABGen. Mereka dilatih agar menjadi agen perubahan dengan kemampuan kreatif dalam melawan bullying. Lebih dari itu, para santri juga didukung oleh aplikasi digital SafeSpace Anti-Bullying sebagai sarana melaporkan dan mengatasi kasus perundungan.
Dengan adanya gerakan ini, pesantren diharapkan menjadi tempat yang semakin aman, nyaman, serta ramah bagi para santri dalam menuntut ilmu.
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Upaya melawan perundungan atau bullying kini semakin digencarkan di lingkungan pesantren. Tim dosen Universitas Riau (Unri) bersama mahasiswa menggelar program pelatihan Anti Bullying Generation (ABGen) di Pondok Pesantren Darul Qur’an Kariman, Kampar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari hibah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikdiksaintek) bersama Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) 2025. Ketua tim, Ns Niken Yuniar Sari MKep Sp Kep J, menjelaskan bahwa pelatihan ABGen dirancang untuk membekali santri dengan pengetahuan, keterampilan, serta strategi kreatif dan efektif dalam menghadapi perundungan.
Pimpinan Yayasan Ponpes, Dr H Kariman Ibrahim MA, menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, pesantren adalah ruang pertemuan santri dari berbagai latar belakang yang berinteraksi penuh selama 24 jam. “Program ini sangat bermanfaat. Kami berharap anak-anak bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sebanyak 30 santri terpilih kemudian dibentuk sebagai tim ABGen. Mereka dilatih agar menjadi agen perubahan dengan kemampuan kreatif dalam melawan bullying. Lebih dari itu, para santri juga didukung oleh aplikasi digital SafeSpace Anti-Bullying sebagai sarana melaporkan dan mengatasi kasus perundungan.
Dengan adanya gerakan ini, pesantren diharapkan menjadi tempat yang semakin aman, nyaman, serta ramah bagi para santri dalam menuntut ilmu.