PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Jelang akhir pekan, knalpot motor diganti racing. Spion dicopot, dan kendaraan roda dua didandani segagah mungkin, agar malam mingguan lebih berkesan. Jelang larut, mulailah bergerombolan anak muda pusat kota madani ini kebut-kebutan di track pendek. Memanfaatkan jalanan mulus Sudirman atau Arifin Ahmad.
Aksi balap liar di pusat kota ini kembali marak tiap akhir pekan. Masyarakat pengguna jalan yang masih ramai lancar jelang tengah malam harus mengurut dada. Terutama ketika tengah asyik menyetir atau berkendara, tiba-tiba ada suara ban yang dipaksa mengerem dengan kecepatan tinggi dan kemudian berbelok.
“Bikin cemas saja. Kalau jatuh atau tertabrak karena mendadak motong dari kiri dan belok ke u–turn, kita juga yang bayar utang,†kesal seorang warga Simpang Tiga, Indra yang datang dari arah Sudirman hendak pulang ke rumahnya, Ahad (8/3/2020) dinihari.
Pantauan Riau Pos, hampir setiap akhir pekan beberapa bulan belakangan, aksi balap liar semakin marak. Remaja yang notabene masih pelajar itu tampak kerap kebut-kebutan di Jalan Sudirman dari Purna MTQ hingga Gelanggang Remaja sampai Simpang Tiga.
Lokasi ini, diatas pukul 00:00 WIB, mulai sepi dari aktifitas balap liar, dikarenakan ada pihak kepolisian yang berjaga di pos Simpang Tiga, tepat di tulisan Pekanbaru Kota Madani. Dua jam sebelumnya, ratusan pemotor tampak nongkrong di sepanjang tepi jalan ruas ini. Menyaksikan rekannya kebut-kebutan.
Knalpot racing yang sudah dipasang, tampak garang di setiap u-turn sebagai bagian tikungan tajam track balapan liar. Suara lain tak jarang pula menyeruak ketika gas dilepas dan kegarangan knalpot memudar sementara waktu. Karena berganti gesekan ban dan aspal yang memiliki suara khas dan cukup membuat dada berdebar mendengarnya.
Karena sudah ada polisi berjaga, ratusan pemotor ini pun bergerak cepat. Bukan saja yang sedang balapan, tapi penikmat di tepi jalan pun bergeser ke lokasi lain. 10-20an motor berbondong-bondong memasuki Jalan Arifin Ahmad. Sebagai jalur balap liar alternatif mereka.
“Kadang sampai jam empat, kalau ada polisi standby, biasanya jam tiga sudah bubar,†kata seorang juru parkir di salah satu kafe di Jalan Arifin Ahmad, Anto.
Malam mingguan di Arifin Ahmad selalu ramai, puluhan kafe yang menyajikan kopi dilengkapi musik secara langsung menambah semarak kota. Ditambah lagi balap liar yang memekakkan telinga. Bak tempat hiburan malam di ruang terbuka, hiruk pikuk di keremangan lengkap dengan dinginnya Ahad dinihari di kota Madani.
Sesekali pebalap liar terjatuh. Spakbor depan patah, lampu pecah dan kendaraan terpaksa didorong ke tepi jalan guna menghindari tabrakan dengan pembalap lainnya di u-turn depan Kedai Kopi Panglima Ahad malam tadi. Tanpa helm, tanpa pengaman apapun, sedikit luka, terkilir atau patah menjadi resikonya.
Mendadak, pemotor dan penonton di pinggir jalan seberang SPBU Arifin bergerak cepat. Membubarkan diri. Dari kejauhan tampak sirine polisi bersautan dengan garangnya knalpot. Sedikit ciut, nyali para pebalap liar pun lenyap. Berbondong-bondong mencari tempat lain yang tidak ada petugas kepolisiannya.
Jalan Naga Sakti, di sekitar Stadion Utama Riau jadi alternatif selanjutnya. Diuber sirine polisi, kembali lari. Benar saja kata si tukang parkir Anto, sampai jam 03:00 WIB dinihari tadi, suara garangnya knalpot racing masih menderu mengganggu masyarakat yang sudah seharusnya istirahat dengan lelap.
“Pekan lalu saya pulang jam empat, dikira ikutan balap, jadi turut ditahan STNK sama polisi,†cerita Anto.(egp)