Selasa, 21 Mei 2024

Pelestarian Budaya Melalui Integrasi Etnosains dalam Pembelajaran

Era globalisai Abad 21 di satu sisi memberikan peluang tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk untuk "unjuk gigi" dalam kancah internasional dengan berbagai sumber daya yang dimilikinya, karena era globalisasi menuntut saling keterbukaan dan mempermudah arus informasi antar negara melalui kemajuan teknologi yang menyertainya, yang penting bangsa Indonesia harus mampu mengelola sumber daya yang ada, terutama sumber daya manusianya.  Namun di sisi lain, arus globalisasi yang melanda dunia juga memberikan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, agar tidak menggerus jati diri kita sebagai sebuah bangsa.

Jati diri Indonesia sebagai sebuah bangsa salah satu adalah berbagai tradisi, kearifan lokal atau budaya yang dimilikinya, karena dengan ini kita merasa bangga sebagai sebuag bangsa. Laju dan bebasnya arus informasi, pemikiran dan teknologi dari luar masuk ke Indonesia, lama kelamaan akan menggerus budaya bangsa jika tidak ada upaya yang sistematis untuk membentenginya. Keragaman budaya atau tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya ada pada aspek sosial saja, tetapi banyak tradisi bangsa yang terkandung dalam aspek sains yang belum tergali dan tersosilisasikan, pada hal banyak sains asli masyarakat (indigenous science) berupa tradisi atau kearifan lokal yang berkembang di masyarakat yang disampaikan turun temurun tentang bagaimana bersikap terhadap alam. Sistem pendidikan yang berorientasi pada budaya dan tradisi bangsa  sangat diperlukan, ujung tombak dari sistem pendidikan tersebut adalah sistem  pembelajaran.  

Yamaha
Baca Juga:  Inkubator Bisnis Mengatasi Pengangguran

Sitem pembelajaran disekolah harus mengarahkan terbentuknya budaya sekolah  yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dan kebiasaan sehari-hari disebut sebagai etno. etnosains (ethnoscience) berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang berarti bangsa dan kata scientia dari bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Para ahli secara umum bersepakat bahwa etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu. Etnosains mendorong guru dan juga praktisi pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan, kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan sains yang mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari.

Etnosains akan lebih mudah diamati melalui proses pendidikan tentang kehidupan sehari-hari yang dikembangkan oleh budaya, baik proses, cara, metode, maupun isinya. Pengetahuan budaya seperti dongeng, tembang, permainan – permainan, rumah adat, ritual adat, produksi lokal, pemanfaatan alam merupakan salah satu wujud sistem pendidikan etnosains.

Baca Juga:  Menanti Pusat Pertumbuhan Ekonomi Riau di Kampar

Seorang peneliti bernama Baker dan kawan kawannya pernah mengingatkan, jika pembelajaran sains di sekolah tidak memperhatikan budaya anak, maka konsekuensinya siswa akan menolak atau menerima hanya sebagian konsep-konsep sains yang dikembangkan dalam pcmbelajaran. Stanley dan Brickhouse melalui hasil risetnya juga  menyarankan agar pembelajaran sains di sekolah menyeimbangkan antara sains barat (sains normal, sains yang dipelajari dalam kelas) dengan sains asli (sains tradisional) dengan menggunakan pendekatan lintas budaya (cross-culture). Pentingnya esensi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam pendidikan karena nilai-nilai budaya dan kearifan lokal siswa mampu menjadi acuan atau pendangan utama oleh siswa untuk bisa di jadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

- Advertisement -

Dilakukannya pembelajaran dengan mengaitkan nilai kearifan lokal di sekitar siswa sendiri yaitu agar mereka mengetahui nilai kearifan lokal di sekitarnya dan di harapkan siswa mampu menjaga dan melestarikan nilai kearifan lokal tersebut agar tetap ada dan tidak tergeser dengan budaya luar dan siswa tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan budaya lokal di daerah sekitarnya sebagai penguat karakter agar tidak kehilangan jati diri. Oleh sebab itu, maka pembelajaran sains berbasis kearifan lokal adalah salah satu cara yang dapat dilakukan agar budaya bangsa tetap lestari ditengah arus globalisasi.***

 

Era globalisai Abad 21 di satu sisi memberikan peluang tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk untuk "unjuk gigi" dalam kancah internasional dengan berbagai sumber daya yang dimilikinya, karena era globalisasi menuntut saling keterbukaan dan mempermudah arus informasi antar negara melalui kemajuan teknologi yang menyertainya, yang penting bangsa Indonesia harus mampu mengelola sumber daya yang ada, terutama sumber daya manusianya.  Namun di sisi lain, arus globalisasi yang melanda dunia juga memberikan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia, agar tidak menggerus jati diri kita sebagai sebuah bangsa.

Jati diri Indonesia sebagai sebuah bangsa salah satu adalah berbagai tradisi, kearifan lokal atau budaya yang dimilikinya, karena dengan ini kita merasa bangga sebagai sebuag bangsa. Laju dan bebasnya arus informasi, pemikiran dan teknologi dari luar masuk ke Indonesia, lama kelamaan akan menggerus budaya bangsa jika tidak ada upaya yang sistematis untuk membentenginya. Keragaman budaya atau tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia tidak hanya ada pada aspek sosial saja, tetapi banyak tradisi bangsa yang terkandung dalam aspek sains yang belum tergali dan tersosilisasikan, pada hal banyak sains asli masyarakat (indigenous science) berupa tradisi atau kearifan lokal yang berkembang di masyarakat yang disampaikan turun temurun tentang bagaimana bersikap terhadap alam. Sistem pendidikan yang berorientasi pada budaya dan tradisi bangsa  sangat diperlukan, ujung tombak dari sistem pendidikan tersebut adalah sistem  pembelajaran.  

Baca Juga:  Hak Perempuan dalam Penegakan Hukum (Memaknai Peringatan Hari Ibu)

Sitem pembelajaran disekolah harus mengarahkan terbentuknya budaya sekolah  yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dan kebiasaan sehari-hari disebut sebagai etno. etnosains (ethnoscience) berasal dari kata ethnos dari bahasa Yunani yang berarti bangsa dan kata scientia dari bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Para ahli secara umum bersepakat bahwa etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu. Etnosains mendorong guru dan juga praktisi pendidikan untuk mengajarkan sains yang berlandaskan kebudayaan, kearifan lokal dan permasalahan yang ada di masyarakat, sehingga siswa dapat memahami dan mengaplikasikan sains yang mereka pelajari di dalam kelas dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari–hari.

Etnosains akan lebih mudah diamati melalui proses pendidikan tentang kehidupan sehari-hari yang dikembangkan oleh budaya, baik proses, cara, metode, maupun isinya. Pengetahuan budaya seperti dongeng, tembang, permainan – permainan, rumah adat, ritual adat, produksi lokal, pemanfaatan alam merupakan salah satu wujud sistem pendidikan etnosains.

Baca Juga:  Menanti Pusat Pertumbuhan Ekonomi Riau di Kampar

Seorang peneliti bernama Baker dan kawan kawannya pernah mengingatkan, jika pembelajaran sains di sekolah tidak memperhatikan budaya anak, maka konsekuensinya siswa akan menolak atau menerima hanya sebagian konsep-konsep sains yang dikembangkan dalam pcmbelajaran. Stanley dan Brickhouse melalui hasil risetnya juga  menyarankan agar pembelajaran sains di sekolah menyeimbangkan antara sains barat (sains normal, sains yang dipelajari dalam kelas) dengan sains asli (sains tradisional) dengan menggunakan pendekatan lintas budaya (cross-culture). Pentingnya esensi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam pendidikan karena nilai-nilai budaya dan kearifan lokal siswa mampu menjadi acuan atau pendangan utama oleh siswa untuk bisa di jadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Dilakukannya pembelajaran dengan mengaitkan nilai kearifan lokal di sekitar siswa sendiri yaitu agar mereka mengetahui nilai kearifan lokal di sekitarnya dan di harapkan siswa mampu menjaga dan melestarikan nilai kearifan lokal tersebut agar tetap ada dan tidak tergeser dengan budaya luar dan siswa tetap berpijak pada nilai-nilai kearifan budaya lokal di daerah sekitarnya sebagai penguat karakter agar tidak kehilangan jati diri. Oleh sebab itu, maka pembelajaran sains berbasis kearifan lokal adalah salah satu cara yang dapat dilakukan agar budaya bangsa tetap lestari ditengah arus globalisasi.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari