Internet telah menjadi salah satu kebutuhan setiap orang saat ini dan pemakaiannya terus meningkat paska pandemik dan di era digitalisasi yang terus mengalami perkembangan. Penggunaan Internet saat ini begitu mudah untuk diakses oleh siapapun (yang tua maupun yang muda, balita juga), kapanpun dan dimanapun.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2021) hampir 62,1 persen masyarakat menggunakan Internet. Manfaat Internet (Interconneted Network) di era digitalisasi ini memang sangat mendukung manusia untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari, berbagi informasi, menjalankan aktivitas, mengakses banyak informasi (artikel, buku), berkomunikasi dan membuat saling keterhubungan yang begitu cepat, mudah, efisien dan praktis tanpa terkendala oleh jarak dan waktu.
Internet menjadi gudang informasi, media (Zoom, google Meet, Microsoft teams, VoiP), sumber data dan pengetahuan, meningkatkan minat dan menimbulkan aktivitas ketertarikan dan kegembiraan yang tinggi pada diri kita tanpa memandang usia saat ini.
Masa anak khususnya masa remaja adalah masa pertumbuhan dan pembelajaran yang penting karena merupakan masa pengisian kearah kedewasaan berpikir, berperilaku, merasa dan pembentukan nilai dan minat yang melibatkan berbagai kerja saraf di regio/belahan otak seperti sistim limbik yang mengatur perhatian , konsentrasi, fokus, keteraturan emosional, reaktivitas, pembelajaran dan daya ingat kita.
Harapannya setiap anak khususnya remaja dapat tumbuh sehat (fisik, jiwa, sosial, rohani), bahagia dan tak kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Penggunaan Internet yang tidak seimbang atau berlebihan dapat menimbulkan ancaman gangguan kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang khususnya remaja.
Adiksi Internet
Adiksi atau kecanduan Internet adalah suatu sindrom yang ditandai dengan ketika seseorang tidak memiliki atau kehilangan kemampuan kendali dirinya (kontrol diri) untuk melakukan, mengambil atau menggunakan Internet sampai pada titik dimana hal itu dapat membahayakan dirinya, dan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan Internet.
Adiksi atau kecanduan Internet pada remaja di Indonesia sudah memprihatinkan. Prevalensi adiksi Internet pada remaja di Jakarta hampir 30 persen dan secara nasional sekitar 19 persen. Adiksi Internet pada remaja di Indonesia akan menjadi masalah kesehatan dan membahayakan karena masa remaja adalah masa kritis suatu perkembangan fisik, psikologis (mental) dan sosial. Remaja Indonesia adalah generasi emas Indonesia.
Adiksi Internet yang paling sering ditemukan adalah gaming disorder (kecanduan bermain video game), gambling disorder (kecanduan berjudi) , dan kecanduan pornografi.
Pada penelitian dengan fMRI didapatkan adanya kerusakan regio central excecutive network dan divote network di otak. Kerusakan otak pada adiksi internet ini menimbulkan 4 kerusakan yang utama yaitu gangguan memusatkan perhatian, gangguan mengambil keputusan, gangguan mengontrol perilaku impulsif serta gangguan refeksi diri.
Pengguna Internet Normal dan Adiksi Internet
Pada adiksi internet akan timbul berbagai perubahan didalam perilaku dan emosional yang bermakna. Loss of control (tidak memiliki kemampuan untuk berhenti), frekuensi menggunakan internet semakin sering, memprioritaskan Internet dan mengabaikan kegiatan yang lain , tetap bermain internet walau sudah ada dampak negatif yang muncul seperti kurang tidur, kelelahan, sulit konsentrasi, timbulnya masalah kesehatan (yang paling sering pada penglihatan/mata dan anemia karena gangguan dalam pola dan tingkat nafsu makan), menarik diri dari lingkungan sosial dan memiliki banyak hal yang ditutupi , kehilangan minat pada hal-hal yang menjadi kegemaran, mudah cemas, gelisah, marah-marah, depresi dan prestasi akademis menurun.
Gangguan emosi dan perilaku yang sering muncul karena adiksi internet antara lain penarikan diri, loss of control, perubahan mood (gangguan suasana alam perasaan seperti cemas, depresi) dan meningkatnya prioritas terhadap internet.
Tips dan Trik
Penggunaan Internet untuk remaja bermain games atau media sosial tidak lebih dari 3 jam sehari, memasang timer, matikan notifikasi yang sering membuat kita tertarik dan tergoda untuk menjelajah di dunia maya lebih lanjut, lakukan detoksikasi Internet secara berkala seperti di hari Minggu selama beberapa jam , jangan jadikan gadget sebagai “baby sitter” yang “membungkam” pikiran, perasaan dan perilaku kita serta perbanyak aktivitas fisik. Untuk para orangtua, saatnya menjadi orang tua yang canggih(melek) Internet dalam mendampingi anak khususnya remaja saat ini dengan mengenal berbagai aplikasi yang berfungsi sebagai parental lock dan perbanyak berkomunikasi dalam memberikan informasi edukasi dan pengawasan tentang menggunakan Internet yang tepat usia, tepat sasaran dan tepat waktu.
Skrining/penapisan/deteksi Adiksi Internet saat ini dapat dilakukan dengan aplikasi Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) .Jika skor melebihi nilai 107 menandakan mengalami Adiksi Internet dan akan dilakukan wawancara dan pemeriksaan kondisi fisik anak seperti mata lebih lanjut yang didampingi dokter spesialis dan orang tua atau wali anak. Pemeriksaan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) dapat dilakukan pada rentang usia dari 10 sampai 40 tahun.
Adiksi Internet adalah penyakit kronis yang kompleks. Mari menjaga remaja kita dan berinvestasi Internet secara sehat, aman, tepat usia, tepat sasaran dan tepat waktu.****
Oleh:
dr Elly Anggreny Ang, SpKJ
Psikiater RS. Awal Bros Sudirman, Pekanbaru