Selasa, 15 Juli 2025

IHSG Bisa Capai Level 7.000

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Head of investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja memperkirakan, pasar saham tahun ini akan kembali tumbuh positif meskipun masih menemui tekanan global. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mampu mencapai level 7.000 hingga akhir 2020.

Menurutnya, level ini bisa dicapai dengan asumsi pertumbuhan laba emiten (earning growth) antara 8 persen hingga 10 persen pada tahun ini. "Kalau dihitung dari akhir tahun kemarin yang 6.300-an ditambah (earning growth) delapan sampai 10 persen, itu akan menjadi level 7.000-an," ujar Freddy dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2).

Freddy menjelaskan, proyeksi pertumbuhan pasar saham tahun ini memang mengulang ramalan tahun lalu. Sayangnya, pergerakan IHSG pada tahun lalu mengalami fluktuasi cukup signifikan dikarenakan melesetnya perkiraan laba emiten hingga macetnya aktivitas ekonomi domestik.

Baca Juga:  Ifthar Jama’i Keluarga Besar Al Izhar School

"Karena adanya pemilu, orang menunggu-nunggu, dan baru mulai jalan aktivitas ekonominya di kuartal empat," jelasnya.

Tahun ini, kata Freddy, kepercayaan pelaku di pasar saham kembali menguat. Sebab, sejumlah penghambat pergerakan terbilang nihil. Misalnya meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-Cina mereda, dan tahun politik sudah terlewati.

"Aktivitas ekonomi harusnya dari awal tahun sudah bisa dikebut, kemudian dari sisi valuasi itu oke. Jadi tahun ini kita harapkan terjadi pembalikan arah," ucapnya.

Selain itu, ia melihat angin segar juga diembuskan Bank Indonesia (BI) untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. Yaitu melalui penurunan suku bunga acuan. Sementara di pasar obligasi, penurunan suku bunga sudah terbatas.

Baca Juga:  Meskipun Turun, Harga TBS Kelapa Sawit Masih di Atas Rp2.000 per Kg

"Bonds market yang tahun lalu ditopang penurunan suku bunga The Fed sampai empat kali, tahun ini kebalikannya. Sementara di pasar obligasi penurunan suku bunga sudah terbatas. Jadi harusnya akan kembali ke perbaikan," tuturnya.(jpg)

Laporan : JPG

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Head of investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja memperkirakan, pasar saham tahun ini akan kembali tumbuh positif meskipun masih menemui tekanan global. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mampu mencapai level 7.000 hingga akhir 2020.

Menurutnya, level ini bisa dicapai dengan asumsi pertumbuhan laba emiten (earning growth) antara 8 persen hingga 10 persen pada tahun ini. "Kalau dihitung dari akhir tahun kemarin yang 6.300-an ditambah (earning growth) delapan sampai 10 persen, itu akan menjadi level 7.000-an," ujar Freddy dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2).

Freddy menjelaskan, proyeksi pertumbuhan pasar saham tahun ini memang mengulang ramalan tahun lalu. Sayangnya, pergerakan IHSG pada tahun lalu mengalami fluktuasi cukup signifikan dikarenakan melesetnya perkiraan laba emiten hingga macetnya aktivitas ekonomi domestik.

Baca Juga:  Raih 3x Poin dan Face Mask Limited Edition Khusus Member CS Card

"Karena adanya pemilu, orang menunggu-nunggu, dan baru mulai jalan aktivitas ekonominya di kuartal empat," jelasnya.

Tahun ini, kata Freddy, kepercayaan pelaku di pasar saham kembali menguat. Sebab, sejumlah penghambat pergerakan terbilang nihil. Misalnya meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-Cina mereda, dan tahun politik sudah terlewati.

- Advertisement -

"Aktivitas ekonomi harusnya dari awal tahun sudah bisa dikebut, kemudian dari sisi valuasi itu oke. Jadi tahun ini kita harapkan terjadi pembalikan arah," ucapnya.

Selain itu, ia melihat angin segar juga diembuskan Bank Indonesia (BI) untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. Yaitu melalui penurunan suku bunga acuan. Sementara di pasar obligasi, penurunan suku bunga sudah terbatas.

- Advertisement -
Baca Juga:  Properti Konsep Beda, Tarik Konsumen Menengah Atas

"Bonds market yang tahun lalu ditopang penurunan suku bunga The Fed sampai empat kali, tahun ini kebalikannya. Sementara di pasar obligasi penurunan suku bunga sudah terbatas. Jadi harusnya akan kembali ke perbaikan," tuturnya.(jpg)

Laporan : JPG

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Head of investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja memperkirakan, pasar saham tahun ini akan kembali tumbuh positif meskipun masih menemui tekanan global. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mampu mencapai level 7.000 hingga akhir 2020.

Menurutnya, level ini bisa dicapai dengan asumsi pertumbuhan laba emiten (earning growth) antara 8 persen hingga 10 persen pada tahun ini. "Kalau dihitung dari akhir tahun kemarin yang 6.300-an ditambah (earning growth) delapan sampai 10 persen, itu akan menjadi level 7.000-an," ujar Freddy dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2).

Freddy menjelaskan, proyeksi pertumbuhan pasar saham tahun ini memang mengulang ramalan tahun lalu. Sayangnya, pergerakan IHSG pada tahun lalu mengalami fluktuasi cukup signifikan dikarenakan melesetnya perkiraan laba emiten hingga macetnya aktivitas ekonomi domestik.

Baca Juga:  Belajar dan Aktivitas di Rumah, Smartfren Solusinya

"Karena adanya pemilu, orang menunggu-nunggu, dan baru mulai jalan aktivitas ekonominya di kuartal empat," jelasnya.

Tahun ini, kata Freddy, kepercayaan pelaku di pasar saham kembali menguat. Sebab, sejumlah penghambat pergerakan terbilang nihil. Misalnya meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-Cina mereda, dan tahun politik sudah terlewati.

"Aktivitas ekonomi harusnya dari awal tahun sudah bisa dikebut, kemudian dari sisi valuasi itu oke. Jadi tahun ini kita harapkan terjadi pembalikan arah," ucapnya.

Selain itu, ia melihat angin segar juga diembuskan Bank Indonesia (BI) untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. Yaitu melalui penurunan suku bunga acuan. Sementara di pasar obligasi, penurunan suku bunga sudah terbatas.

Baca Juga:  Meskipun Turun, Harga TBS Kelapa Sawit Masih di Atas Rp2.000 per Kg

"Bonds market yang tahun lalu ditopang penurunan suku bunga The Fed sampai empat kali, tahun ini kebalikannya. Sementara di pasar obligasi penurunan suku bunga sudah terbatas. Jadi harusnya akan kembali ke perbaikan," tuturnya.(jpg)

Laporan : JPG

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari