JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Industri kelapa sawit masih menjadi salah satu sektor strategis Indonesia, menyumbang devisa besar, membuka lapangan kerja, serta mendorong pembangunan pedesaan. Karena itu, pemerintah menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara keberlanjutan usaha dan kesejahteraan para pekerja sawit.
Hal itu disampaikan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli saat memberikan pidato kunci dalam acara The 3rd IPOWU (International Palm Oil Workers United) International Meeting di Jakarta, Senin (8/9). Acara ini mengangkat tema “Kerja Layak di Perkebunan Kelapa Sawit: Perspektif Global, Kebijakan Rantai Pasok, Kesetaraan Gender, dan Dampak Agrokimia.”
Menurut Yassierli, kontribusi industri sawit terhadap ekonomi nasional sangat besar. Data Kementerian Pertanian menunjukkan jumlah tenaga kerja di sektor ini terus meningkat, dari 12,5 juta orang pada 2015 menjadi 16,5 juta orang pada 2024. Dari angka tersebut, 9,7 juta merupakan tenaga kerja langsung, baik di perkebunan sawit rakyat maupun perusahaan, sementara 8 juta lainnya bekerja secara tidak langsung di sektor pendukung seperti transportasi, pupuk, hingga peralatan perkebunan.
Menaker menegaskan, keberlanjutan industri sawit yang adil dan produktif hanya dapat tercapai dengan dialog sosial yang harmonis antara pengusaha dan pekerja. “Komunikasi yang konstruktif adalah fondasi untuk menciptakan lingkungan kerja layak dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, Kementerian Ketenagakerjaan terus mendorong penguatan hubungan bipartit sebagai bagian penting dalam dunia kerja. Dengan dialog yang baik, industri sawit diharapkan tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.(jpg)