RIAUPOS.CO – Epson Indonesia dengan bangga mengumumkan perannya dalam mendukung pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia (MNI). Sebagai bentuk komitmen Epson untuk memperkaya pengalaman seni dan budaya di Indonesia, Epson melalui Teknologi Proyektor 3LCD dengan kecerahan tinggi hadir pada beberapa instalasi seni dan edukasi yang mampu memberikan pengalaman visual yang mendalam, imersif, dan interaktif bagi para pengunjung.
Di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA), Museum Nasional Indonesia yang dikenal sebagai pusat koleksi sejarah dan budaya Indonesia, kini membuka babak baru bagi tata pamer dan pengelolaan museum melalui penambahan instalasi-instalasi digital untuk membuat penyampaian narasi lebih modern. Teknologi proyektor 3LCD dari Epson memampukan visualisasi konten yang lebih tajam, hidup, dan dinamis, sehingga mampu menciptakan suasana imersif yang menarik dan edukatif.
“Kami merasa terhormat dapat berkontribusi dalam pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia melalui dukungan teknologi kami. Epson percaya bahwa teknologi tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga mampu menghidupkan sejarah dan budaya,’’ kata Managing Director Epson Indonesia, Ng Ngee Khiang (NK) dalam rilisnya, Rabu (16/10).
‘‘Kami berharap solusi proyektor 3LCD ini dapat memberikan pengalaman yang lebih berkesan bagi para pengunjung, dan dapat meningkatkan minat masyarakat akan budaya Indonesia,”harap NK
Epson Indonesia berperan penting dalam membantu Museum Nasional Indonesia menghadirkan cara baru yang lebih menarik dan mendidik dalam menyampaikan informasi sejarah dan budaya.
Teknologi Epson dipilih karena proyektor 3LCD Epson menawarkan keunggulan dalam menghasilkan gambar dan video dengan warna yang lebih tajam, akurat,dan cerah.
Dengan rentang kecerahan hingga 20.000 lumens, proyektor ini mampu menampilkan konten visual yang jelas bahkan di ruang terbuka sekalipun.
Selain itu, teknologi seamless edge blending memungkinkan proyeksi multi-layer menyatu tanpa batas, sehingga ideal untuk instalasi seperti video mapping dan ruang imersif di museum.(ose)
Laporan AGUSTIAR, Pekanbaru