PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini merilis Global Tuberculosis Report 2025. Dalam laporan tersebut, Indonesia tercatat memiliki 1,1 juta kasus baru TB dengan angka kematian mencapai 118 ribu jiwa.
Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) Riau, DR dr Indra Yovi Sp.P(K), menjelaskan bahwa bila dirata-ratakan, terdapat sekitar 382 kasus TB per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dibandingkan laporan Global TB Report tahun sebelumnya.
Menurut Yovi, situasi tersebut harus menjadi perhatian serius seluruh pihak, khususnya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Ia menyinggung komitmen Presiden Prabowo yang dalam kampanyenya menegaskan akan fokus pada pengentasan TB. Namun, upaya itu kini berhadapan dengan efisiensi anggaran pemerintah dan menurunnya bantuan finansial global untuk pengendalian TB.
Lebih jauh ia menyampaikan, WHO juga mencatat tingkat kesembuhan pasien TB yang mendapatkan pengobatan optimal mencapai 86 persen. Meski begitu, Indonesia masih dihadapkan pada tingginya kasus TB yang beriringan dengan HIV, yakni sekitar 33 ribu orang.
Yovi menambahkan, seluruh proses diagnostik dan pengobatan TB di Indonesia saat ini sudah ditanggung pemerintah, baik melalui Program TB Nasional maupun skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS. Karena itu, ia menilai pemerintah daerah memiliki ruang kebijakan yang bisa langsung berdampak pada penemuan kasus dan pengendalian TB di wilayah masing-masing.(sol)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan ini merilis Global Tuberculosis Report 2025. Dalam laporan tersebut, Indonesia tercatat memiliki 1,1 juta kasus baru TB dengan angka kematian mencapai 118 ribu jiwa.
Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) Riau, DR dr Indra Yovi Sp.P(K), menjelaskan bahwa bila dirata-ratakan, terdapat sekitar 382 kasus TB per 100.000 penduduk. Angka ini meningkat dibandingkan laporan Global TB Report tahun sebelumnya.
Menurut Yovi, situasi tersebut harus menjadi perhatian serius seluruh pihak, khususnya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Ia menyinggung komitmen Presiden Prabowo yang dalam kampanyenya menegaskan akan fokus pada pengentasan TB. Namun, upaya itu kini berhadapan dengan efisiensi anggaran pemerintah dan menurunnya bantuan finansial global untuk pengendalian TB.
Lebih jauh ia menyampaikan, WHO juga mencatat tingkat kesembuhan pasien TB yang mendapatkan pengobatan optimal mencapai 86 persen. Meski begitu, Indonesia masih dihadapkan pada tingginya kasus TB yang beriringan dengan HIV, yakni sekitar 33 ribu orang.
Yovi menambahkan, seluruh proses diagnostik dan pengobatan TB di Indonesia saat ini sudah ditanggung pemerintah, baik melalui Program TB Nasional maupun skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS. Karena itu, ia menilai pemerintah daerah memiliki ruang kebijakan yang bisa langsung berdampak pada penemuan kasus dan pengendalian TB di wilayah masing-masing.(sol)