Senin, 17 Maret 2025
spot_img

Hakikat Puasa Mendidik dan Melatih Diri

Ramadan bukan hanya sekadar bulan menumpuk amal. Banyak orang menganggap ditumpuk Salat Tarawih, Witir, Salat Sunah, ditumpuk sedekah, lalu ditumpuk lagi zikir baca Al-Qur’an. Ketika ditanya untuk apa itu? Dijawab untuk bekal 11 bulan ke depan agar santai.

Karena itu, pola pikir kita harus diubah. Bahwa Ramadan itu adalah bulan pendidikan, manusia ini dalam ilmu logik, manusia disebut hewan yang bisa berbicara atau berkomunikasi dengan baik. Jadi yang membedakan kita dengan hewan, itu adalah adabnya.

Karena itu muncul pepatah orang Melayu, ‘’Hewan itu yang dipegang talinya, manusia itu yang dipegang omongannya’’. Jadi kalau ada manusia yang tidak bisa dipegang omongnya, ikatlah dia pakai tali.

Apa maknanya? Kambing, sapi kerbau diikat pakai tali. Tapi kalau manusia? Omongannya, adabnya, sopan santunannya, dan tata kramanya. Bagaimana cara mendidik manusia ini, maka dibuat Allah SWT satu waktu yang ditempa khusus yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Yakni bulan Ramadan.

Baca Juga:  Cermin Ramadan

Dan satu ibadahnya juga pun khusus disebutkan dalam Al-Qur’an. Yakni puasa. Targetnya yakni supaya mencapai tingkat takwa. Apa yang ingin dibentuk Allah melalui bulan Ramadan ini, yakni bagaimana orang terbiasa bangun diawal hari. Karena siapa yang paling awal bangunnya, dia yang akan paling banyak mendapat berkah.

Ada saudara kita nonmuslim, tertarik me­lihat video UAS, tentang berawal dari keterpaksaan lama-lama jadi kebiasaan. Kata pepatah kita, ‘’alah bisa karena terbiasa’’. Bangun di awal hari selama Ramadan yakni untuk melaksanakan sahur.

Otomatis kalau bangun sahur, dia akan salat sunah Tahajud, Witir, baca Al-Qur’an, berzikir, menunggu azan Subuh, dan berkumpul keluarga. Selama ini, bangun pagi anak sudah berangkat sekolah, istrinya sudah pergi, diapun tidak sempat makan.

Selama bulan Ramadan inilah, duduk bercengkerama, bertukar pikiran, dan bisa bersilaturahmi. Ini pendidikan awal. Lalu kemudian membiasakan diri salat berjemaah. Karena sudah bangun sahur, sehingga mudah salat berjemaah di masjid.

Baca Juga:  DPRD Riau Apresiasi Polda Ciptakan Kamtibmas Kondusif Jelang Ramadan

Siangnya kita didik lagi untuk salat berjemaah Zuhur dan Asar. Petangnya didik lagi untuk tepat waktu berbuka puasa. Selama Ramadan juga kita dididik untuk menjaga tatapan mata, kalau ada yang tidak layak dilihat menunduk.

Pada saat buka puasa juga dididik menahan hawa nafsu, siang-siang selama Ramadan rasanya air Danau Toba diminum tidak selesai. Tapi ketika buka masuk, dua tiga teguk air, mana hawa nafsu siang tadi.

Siangnya berpuasa, malamnya beribadah. Maka keluar dari bulan Ramadan, dia bukan lagi penumpuk amal. Karena sudah didik secara fisik dan mental. Mudah-mudahan Ramadan kali ini berkah dan keluar dari madrasah Ramadan menjadi alumni Ramadan yang terdidik dengan baik.***

Ramadan bukan hanya sekadar bulan menumpuk amal. Banyak orang menganggap ditumpuk Salat Tarawih, Witir, Salat Sunah, ditumpuk sedekah, lalu ditumpuk lagi zikir baca Al-Qur’an. Ketika ditanya untuk apa itu? Dijawab untuk bekal 11 bulan ke depan agar santai.

Karena itu, pola pikir kita harus diubah. Bahwa Ramadan itu adalah bulan pendidikan, manusia ini dalam ilmu logik, manusia disebut hewan yang bisa berbicara atau berkomunikasi dengan baik. Jadi yang membedakan kita dengan hewan, itu adalah adabnya.

Karena itu muncul pepatah orang Melayu, ‘’Hewan itu yang dipegang talinya, manusia itu yang dipegang omongannya’’. Jadi kalau ada manusia yang tidak bisa dipegang omongnya, ikatlah dia pakai tali.

Apa maknanya? Kambing, sapi kerbau diikat pakai tali. Tapi kalau manusia? Omongannya, adabnya, sopan santunannya, dan tata kramanya. Bagaimana cara mendidik manusia ini, maka dibuat Allah SWT satu waktu yang ditempa khusus yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Yakni bulan Ramadan.

Baca Juga:  Ramadan Menempa Kita Menjadi Insan yang Terbaik

Dan satu ibadahnya juga pun khusus disebutkan dalam Al-Qur’an. Yakni puasa. Targetnya yakni supaya mencapai tingkat takwa. Apa yang ingin dibentuk Allah melalui bulan Ramadan ini, yakni bagaimana orang terbiasa bangun diawal hari. Karena siapa yang paling awal bangunnya, dia yang akan paling banyak mendapat berkah.

Ada saudara kita nonmuslim, tertarik me­lihat video UAS, tentang berawal dari keterpaksaan lama-lama jadi kebiasaan. Kata pepatah kita, ‘’alah bisa karena terbiasa’’. Bangun di awal hari selama Ramadan yakni untuk melaksanakan sahur.

Otomatis kalau bangun sahur, dia akan salat sunah Tahajud, Witir, baca Al-Qur’an, berzikir, menunggu azan Subuh, dan berkumpul keluarga. Selama ini, bangun pagi anak sudah berangkat sekolah, istrinya sudah pergi, diapun tidak sempat makan.

Selama bulan Ramadan inilah, duduk bercengkerama, bertukar pikiran, dan bisa bersilaturahmi. Ini pendidikan awal. Lalu kemudian membiasakan diri salat berjemaah. Karena sudah bangun sahur, sehingga mudah salat berjemaah di masjid.

Baca Juga:  PLN Nusantara Power Berikan Bantuan bagi Korban Banjir

Siangnya kita didik lagi untuk salat berjemaah Zuhur dan Asar. Petangnya didik lagi untuk tepat waktu berbuka puasa. Selama Ramadan juga kita dididik untuk menjaga tatapan mata, kalau ada yang tidak layak dilihat menunduk.

Pada saat buka puasa juga dididik menahan hawa nafsu, siang-siang selama Ramadan rasanya air Danau Toba diminum tidak selesai. Tapi ketika buka masuk, dua tiga teguk air, mana hawa nafsu siang tadi.

Siangnya berpuasa, malamnya beribadah. Maka keluar dari bulan Ramadan, dia bukan lagi penumpuk amal. Karena sudah didik secara fisik dan mental. Mudah-mudahan Ramadan kali ini berkah dan keluar dari madrasah Ramadan menjadi alumni Ramadan yang terdidik dengan baik.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari