Minggu, 9 Maret 2025
spot_img

Korban Banjir Mulai Kena Penyakit

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Korban banjir akibat luapan sungai Siak di beberapa lokasi di Kecamatan Rumbai, terutama yang tinggal di bantaran Sungai Siak saat ini membutuhkan fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Warga RW 03, Kelurahan Sri Meranti Pandak, Piter Sikumbang mengatakan, warga yang terdampak banjir saat ini membutuhkan MCK sarana umum yang digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air besar mau kecil. Akibat MCK tak memadai, banyak warga yang terkena penyakit, terutama gatal-gatal.

“Kalau sekarang yang kami butuhkan MCK. Karena sekarang orang kalau mau ke kamar mandi susah, kalau mau buang air kecil mungkin bisalah. Tapi kalau mau buang air besar kan susah,” ujar Piter Sikumbang kepada Riau Pos, Sabtu (8/3).

Dijelaskannya, satu RW saja misalnya di RW 03, Kelurahan Sri Meranti Pandak yang terdampak banjir itu sekitar 450 KK dan tidak ada toilet yang bisa dipakai lagi. Kemudian warga yang terdampak banjir di RW 18, RW 24, RW 5, RW 6, juga tidak memiliki fasilitas MCK.

“Kalau bantuan air bersih sudah mulai masuklah. Tapi yang kami perlukan sekarang ini MCK itu,” katanya.

Lebih lanjut dijelaskannya, akibat banjir yang melanda, banyak juga masyarakat yang terkena penyakit kulit seperti gatal-gatal. Khususnya di Jalan Nelayan, warga yang terkena penyakit gatal-gatal telah mendapatkan bantuan berupa obat-obatan. Karena di Jalan Nelayan juga sudah didirikan posko untuk pengobatan. Ia menambahkan, memang saat ini air sedikit surut sekitar 10 sentimeter. Bahkan yang untuk di Jalan Nelayan, air sudah kembali menyebrang.

Yang semula air dari Sungai Siak menyeberang ke Jalan Nelayan dan masuk ke permukiman warga, tetapi saat ini berbalik, air yang dari pemukiman sudah kembali menyeberang ke Jalan Nelayan dan ke Sungai Siak. Tetapi di daerah-daerah yang rendah, air masih tetap tinggi dan belum surut.

“Ketinggian air saat ini di atas pinggang orang dewasa. Hanya surut baru sekitar 10 sentimeter. Khusus di daerah-daerah permukiman yang rendah, air masih tetap tinggi. Belum mengalami surut,” pungkasnya.

Wako Tinjau Warga Terdampak Banjir

Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho kembali meninjau warga terdampak banjir di sejumlah titik tenda pengungsian di Kecamatan Rumbai, Sabtu (8/3). Dirinya ingin memastikan warga yang berada di tenda pengungsian mendapatkan bantuan yang diperlukan. Baik makanan, minuman, layanan kesehatan dan tenda pengungsian.

Agung Nugroho yang didampingi Camat Rumbai, Abdul Rahman meninjau tenda pengungsian dan menyerahkan bantuan sembako. “Meninjau untuk memastikan kondisi warga yang berada di tenda pengungsian dan menyerahkan bantuan,” ujar Abdul Rahman.

Mendapatkan kunjungan wali kota, warga terdampak banjir yang ada di tenda pengungsian merasa terharu. Karena merasa mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru.

“Pak Agung juga berinteraksi dengan warga yang ada di tenda, bertanya seperti apa kondisinya dan lain-lainnya,” tambahnya.

Abdul Rahman menambahkan, secara umum kondisi warga yang berada di tenda pengungsian sudah mendapatkan perhatian oleh Pemko Pekanbaru. Seperti pelayanan kesehatan, makan, dan minum. Warga juga bisa langsung melapor ke kecamatan jika ada yang diperlukan.

“Kalau dari kesehatan, sudah ada tim kesehatan yang datang setiap hari untuk memberikan layanan kesehatan. Mereka juga sudah sekitar empat hari, memang sudah ada yang merasa jenuh juga mengungsi di tenda,” tambahnya.

Abdul Rahman mengatakan, banjir di Rumbai sudah cenderung berkurang. Ketinggian banjir mulai berlahan mengalami surut. Namun kondisinya sampai Sabtu (8/3) sore banjir masih menggenangi rumah warga.

“Banjir memang susah mulai surut, rata-rata surut 40 cm hingga 50 cm, tetapi rumah warga masih terendam. Semoga banjir bisa terus surut sehingga rumah warga yang banjir lagi,” tambahnya.

Satu Sekolah Mulai Belajar Lagi di Kelas

Banjir masih merendam sebagian besar sekolah. Dari sebanyak 17 sekolah yang terdampak banjir di Pekanbaru, baru satu sekolah yang sudah kembali mulai masuk sekolah. Sedangkan selebihnya masih diliburkan.

Kepala Bidang (Kabid) SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru, Dr Irpan Maidelis SPd MM mengatakan, satu sekolah yang telah masuk sekolah yakni SMPN 38. Itu pun baru sebagian siswa yang masuk sekolah. Selebihnya masih belum masuk sekolah.

Baca Juga:  Gesa Perbaikan Jalan Rusak di Pekanbaru

Sekolah yang berada di Jalan Tuah Sekata, Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya ini sempat kebanjiran. Alhasil siswa tidak bisa beraktivitas melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.

“Sebagian belum bisa berkegiatan di sekolah karena air terkadang naik lagi. Untuk SMP 38 sudah mulai hadir beberapa siswa ke sekolah,” ujarnya Sabtu (8/3).

“Pagi ini dapat ke sekolah namun anak-anak hanya datang sebagian kecil sekali, setelah ditunggu sampai jam 08.30 WIB siswa baru terkumpul. Karena air mulai naik, maka anak kami pulangkan di jam 9 kecuali anak-anak yang harus menyelesaikan pengisian masalah PIP yang di lakukan di tenda pengungsian,” sambung.

Sekolah yang saat ini masih diliburkan karena gedung sekolah terendam banjir yakni SDN 65, SDN 140, SDN 120, SDN 166, SDN 179, SDN 40, SDN 127, SDN 91, SDN 175, SDN 171, SDIT Al Qudwah dan TK Riyadul Jannah. Kemudian SMPN 27, SMPN 31, SMPN 44 dan SMPN 51.

Banjir di Inhu Surut hingga 20 cm

Banjir yang merendam sejumlah desa dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) terus mengalami surut. Namun warga tetap diimbau agar waspada terhadap banjir susulan. Demikian disampaikan Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kabupaten Inhu, Mulyadi SSos.

“Alhamdulillah, debit air Sungai Indragiri terus mengalami surut hingga hari ini,” ujar Mulyadi, Sabtu (8/3).

Untuk di bagian hulu wilayah Kabupaten Inhu sebutnya, yakni di Kecamatan Peranap, Kecamatan Batang Peranap hingga Kecamatan Kelayang, debit air Sungai Indragiri surut mencapai 10 cm. Bahkan di beberapa desa di Kecamatan Peranap, debit air surut lebih dari 20 cm. Hanya saja, debit air Sungai Indragiri terutama di Kecamatan Rengat Barat, Kecamatan Rengat dan Kecamatan Kuala Cenaku, bertahan seperti hari sebelumnya.

“Banjir di Inhu itu sifatnya hanya numpang lewat,” ungkapnya.

Kepada warga yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri, diimbau tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi. “Cuaca tidak menentu, berbagai kemungkinan masih berpeluang terjadi,” sebutnya.

Pengungsi Harapkan Bantuan Sahur dan Buka Puasa

Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pelalawan, Riau akibat meluapnya debit air Sungai Kampar dampak pembukaan pintu pelimpahan atau spillway gate waduk PLTA Koto Panjang di Kampar, terus mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, hingga Sabtu (8/3) sore kemarin, ketinggian permukaan air terus merangkak naik dan kian meninggi.

Tidak hanya memutus akses transportasi jalan darat di sejumlah kecamatan, namun banjir juga telah menggenangi ribuan rumah warga yang tersebar di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci dan Pelalawan.

Seperti kondisi banjir di Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci. Tepatnya di Jalan Koridor RAPP KM 11. Di lokasi ini, setidaknya terdata sebanyak 62 rumah warga yang tergenang banjir. Alhasil, 32 kepala keluarga (KK) terpaksa memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di tenda Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pelalawan yang didirikan di dekat Jalan Koridor RAPP Kilometer 7.

Ditemui di lokasi pengungsian, para korban terdampak banjir yang mengungsi ini sangat mendambakan bantuan, baik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan, Perusahaan maupun para donatur lainnya.

Seperti yang disampaikan Jason Simarmata, salah seorang pengungsi. Pria yang berprofesi sebagai pemilik sekaligus pekerja usaha tambal ban ini, mengharapkan bantuan makanan untuk sahur dan berbuka puasa. Pasalnya, pendapatannya dari jasa tambal ban, sudah tidak bisa didapat lagi akibat banjir. Sehingga tentunya banjir ini telah membuatnya kesulitan untuk mendapat uang, guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Khususnya membeli makanan untuk sahur dan berbuka puasa.

“Jadi, saya sudah dua hari mondok di tenda pengungsian ini karena rumah saya yang tak jauh dari perumahaan sosial di Jalan Koridor RAPP KM 11, sudah terendam banjir.  Saat ini, rumah saya sudah terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa. Tentunya dengan kondisi ini, saya tidak bisa lagi mencari uang untuk menafkahi anak dan istri saya. Karena, usaha bengkel tambal ban di rumah saya sudah direndam banjir dan tak dapat lagi dilintasi alat transportasi darat,” terang Jason kepada Riau Pos, Sabtu (8/3) kemarin.

Baca Juga:  Berkerja Sama dengan BSP, SMSI Riau Berbagi Sembako dengan Masyarakat Terdampak Corona

Diungkapkan pria asal Medan – Sumut ini bahwa, biasanya sebelum banjir melanda Negeri Seiya Sekata ini, dirinya bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp200 hingga Rp500 ribu rupiah dari usaha bengkel tambal ban miliknya. Tapi, akibat banjir ini, usaha itu tidak bisa berjalan akibat genangan air yang telah merendam dan memutus akses jalan bagi pengendara kendaraan, baik roda dua, roda empat hingga roda enam ke atas.

“Biasanya dapatlah penghasilan paling besar Rp500 ribu dari usaha tambal ban saya ini. Tapi, karena banjir ini, saya tidak punya pekerjaan lagi, sehingga saya telah mulai mengalami kesulitan ekonomi,” paparnya.

Untuk itu, sambung pria yang telah memeluk agama Islam sejak tahun 1996 silam ini, dengan adanya dampak banjir ini, dirinya dan warga pengungsi lainnya berharap uluran tangan dermawan serta Pemkab Pelalawan dan juga perusahaan untuk memenuhi kebutuhan sahur dan berbuka puasa tersebut.

“Ya, dalam kondisi seperti ini, kami tidak berharap banyak. Bisa dapat bantuan makan untuk sahur dan berbuka puasa saja, alhamdulillah tentunya kami sudah sangat bersyukur. Semoga apa yang kami harapkan ini bisa dikabulkan oleh Sang Khalik dengan mengutus para dermawan untuk membantu kesulitan kami mendapatkan bantuan makan sahur dan berbuka puasa.(dof/ilo/kas/amn)

Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, Zulfan MSi menjelaskan bahwa, hingga saat ini, pihaknya masih tengah merangkum data  korban terdampak banjir di tiga kecamatan di Pelalawan. Baik itu warga terdampak banjir di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci, maupun Pelalawan.

“Jadi, saat ini kita tengah menggesa untuk merampungkan data jumlah korban terdampak banjir di Pelalawan. Sehingga nantinya dengan data ini, akan menjadi acuan Pemkab Pelalawan melalui Dinas Sosial untuk menyalurkan bantuan.

“Kita takut nantinya data belum rampung dan bantuan sudah disalurkan. Ternyata ada korban terdampak banjir lainnya yang belum terdata tidak mendapat bantuan. Sehingga kondisi ini tentunya akan memicu kecemburuan sosial antarsesama korban terdampak banjir di Pelalawan. Makanya kita gesa pendataan jumlah total warga yang menjadi korban terdampak banjir di Negeri Amanah ini. Hingga saat ini, kita telah mendata ada sebanyak 3.012 KK yang menjadi korban terdampak banjir di Pelalawan. Dan jumlah ini tentunya akan terus bertambah seiring meningkat dan merangkak naiknya tinggi permukaan air yang menggenangi badan jalan dan permukiman warga di sekitar bantaran aliran Sungai Kampar di Pelalawan,” ujarnya.

Dijelaskannya bahwa berdasarkan informasi dari hilir Sungai Kampar, saat ini kondisi air Sungai Kampar sedang mengalami pasang mati untuk 2-3 hari ke depan. Sehingga berkemungkinan debit air akan menumpuk dan ke dalam air, khususnya  di km 83 akan terus bertambah.

“Untuk itu, kami imbau masyarakat pengguna jalan yang akan melintasi Jalintim Pelalawan, agar berhati-hati dan tetap mengikuti arahan petugas, agar tidak terjadi kemacetan dan mobil tidak terperosok ke dalam lubang jalan,” tuturnya.

Dikatakankan mantan Sekteraris Diskominfo Pelalawan ini bahwa, meski genangan air yang merendam badan Jalintim naik signifikan. Namun debit Sungai Kampar di Kecamatan Langgam, justru menunjukkan penurunan sekitar 3 cm. Meski tidak signifikan, tapi kondisi ini pertanda baik dan banjir berpotensi semakin surut beberapa hari ke depan.

Artinya, banjir di daerah hulu yakni Kecamatan Langgam akan mulai surut, dan banjir akan bertahan di Kecamatan Pangkalan Kerinci. Setelah itu, banjir nantinya diprediksi akan bertahan di daerah bantaran Sungai Kampar selanjutnya yakni di Kecamatan Pelalawan.

“Mudah-mudahan intensitas curah hujan tidak kembali meningkat. Sehingga kita yakin beberapa hari ke depan, banjir yang melanda Negeri Seiya Sekata ini, perlahan-lahan akan segera surut,” tutupnya.(dof/ilo/kas/amn)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Korban banjir akibat luapan sungai Siak di beberapa lokasi di Kecamatan Rumbai, terutama yang tinggal di bantaran Sungai Siak saat ini membutuhkan fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Warga RW 03, Kelurahan Sri Meranti Pandak, Piter Sikumbang mengatakan, warga yang terdampak banjir saat ini membutuhkan MCK sarana umum yang digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, dan buang air besar mau kecil. Akibat MCK tak memadai, banyak warga yang terkena penyakit, terutama gatal-gatal.

“Kalau sekarang yang kami butuhkan MCK. Karena sekarang orang kalau mau ke kamar mandi susah, kalau mau buang air kecil mungkin bisalah. Tapi kalau mau buang air besar kan susah,” ujar Piter Sikumbang kepada Riau Pos, Sabtu (8/3).

- Advertisement -

Dijelaskannya, satu RW saja misalnya di RW 03, Kelurahan Sri Meranti Pandak yang terdampak banjir itu sekitar 450 KK dan tidak ada toilet yang bisa dipakai lagi. Kemudian warga yang terdampak banjir di RW 18, RW 24, RW 5, RW 6, juga tidak memiliki fasilitas MCK.

“Kalau bantuan air bersih sudah mulai masuklah. Tapi yang kami perlukan sekarang ini MCK itu,” katanya.

- Advertisement -

Lebih lanjut dijelaskannya, akibat banjir yang melanda, banyak juga masyarakat yang terkena penyakit kulit seperti gatal-gatal. Khususnya di Jalan Nelayan, warga yang terkena penyakit gatal-gatal telah mendapatkan bantuan berupa obat-obatan. Karena di Jalan Nelayan juga sudah didirikan posko untuk pengobatan. Ia menambahkan, memang saat ini air sedikit surut sekitar 10 sentimeter. Bahkan yang untuk di Jalan Nelayan, air sudah kembali menyebrang.

Yang semula air dari Sungai Siak menyeberang ke Jalan Nelayan dan masuk ke permukiman warga, tetapi saat ini berbalik, air yang dari pemukiman sudah kembali menyeberang ke Jalan Nelayan dan ke Sungai Siak. Tetapi di daerah-daerah yang rendah, air masih tetap tinggi dan belum surut.

“Ketinggian air saat ini di atas pinggang orang dewasa. Hanya surut baru sekitar 10 sentimeter. Khusus di daerah-daerah permukiman yang rendah, air masih tetap tinggi. Belum mengalami surut,” pungkasnya.

Wako Tinjau Warga Terdampak Banjir

Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho kembali meninjau warga terdampak banjir di sejumlah titik tenda pengungsian di Kecamatan Rumbai, Sabtu (8/3). Dirinya ingin memastikan warga yang berada di tenda pengungsian mendapatkan bantuan yang diperlukan. Baik makanan, minuman, layanan kesehatan dan tenda pengungsian.

Agung Nugroho yang didampingi Camat Rumbai, Abdul Rahman meninjau tenda pengungsian dan menyerahkan bantuan sembako. “Meninjau untuk memastikan kondisi warga yang berada di tenda pengungsian dan menyerahkan bantuan,” ujar Abdul Rahman.

Mendapatkan kunjungan wali kota, warga terdampak banjir yang ada di tenda pengungsian merasa terharu. Karena merasa mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru.

“Pak Agung juga berinteraksi dengan warga yang ada di tenda, bertanya seperti apa kondisinya dan lain-lainnya,” tambahnya.

Abdul Rahman menambahkan, secara umum kondisi warga yang berada di tenda pengungsian sudah mendapatkan perhatian oleh Pemko Pekanbaru. Seperti pelayanan kesehatan, makan, dan minum. Warga juga bisa langsung melapor ke kecamatan jika ada yang diperlukan.

“Kalau dari kesehatan, sudah ada tim kesehatan yang datang setiap hari untuk memberikan layanan kesehatan. Mereka juga sudah sekitar empat hari, memang sudah ada yang merasa jenuh juga mengungsi di tenda,” tambahnya.

Abdul Rahman mengatakan, banjir di Rumbai sudah cenderung berkurang. Ketinggian banjir mulai berlahan mengalami surut. Namun kondisinya sampai Sabtu (8/3) sore banjir masih menggenangi rumah warga.

“Banjir memang susah mulai surut, rata-rata surut 40 cm hingga 50 cm, tetapi rumah warga masih terendam. Semoga banjir bisa terus surut sehingga rumah warga yang banjir lagi,” tambahnya.

Satu Sekolah Mulai Belajar Lagi di Kelas

Banjir masih merendam sebagian besar sekolah. Dari sebanyak 17 sekolah yang terdampak banjir di Pekanbaru, baru satu sekolah yang sudah kembali mulai masuk sekolah. Sedangkan selebihnya masih diliburkan.

Kepala Bidang (Kabid) SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru, Dr Irpan Maidelis SPd MM mengatakan, satu sekolah yang telah masuk sekolah yakni SMPN 38. Itu pun baru sebagian siswa yang masuk sekolah. Selebihnya masih belum masuk sekolah.

Baca Juga:  Banjir Lagi, Lagi-Lagi Banjir

Sekolah yang berada di Jalan Tuah Sekata, Kelurahan Bambu Kuning, Kecamatan Tenayan Raya ini sempat kebanjiran. Alhasil siswa tidak bisa beraktivitas melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.

“Sebagian belum bisa berkegiatan di sekolah karena air terkadang naik lagi. Untuk SMP 38 sudah mulai hadir beberapa siswa ke sekolah,” ujarnya Sabtu (8/3).

“Pagi ini dapat ke sekolah namun anak-anak hanya datang sebagian kecil sekali, setelah ditunggu sampai jam 08.30 WIB siswa baru terkumpul. Karena air mulai naik, maka anak kami pulangkan di jam 9 kecuali anak-anak yang harus menyelesaikan pengisian masalah PIP yang di lakukan di tenda pengungsian,” sambung.

Sekolah yang saat ini masih diliburkan karena gedung sekolah terendam banjir yakni SDN 65, SDN 140, SDN 120, SDN 166, SDN 179, SDN 40, SDN 127, SDN 91, SDN 175, SDN 171, SDIT Al Qudwah dan TK Riyadul Jannah. Kemudian SMPN 27, SMPN 31, SMPN 44 dan SMPN 51.

Banjir di Inhu Surut hingga 20 cm

Banjir yang merendam sejumlah desa dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) terus mengalami surut. Namun warga tetap diimbau agar waspada terhadap banjir susulan. Demikian disampaikan Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Kabupaten Inhu, Mulyadi SSos.

“Alhamdulillah, debit air Sungai Indragiri terus mengalami surut hingga hari ini,” ujar Mulyadi, Sabtu (8/3).

Untuk di bagian hulu wilayah Kabupaten Inhu sebutnya, yakni di Kecamatan Peranap, Kecamatan Batang Peranap hingga Kecamatan Kelayang, debit air Sungai Indragiri surut mencapai 10 cm. Bahkan di beberapa desa di Kecamatan Peranap, debit air surut lebih dari 20 cm. Hanya saja, debit air Sungai Indragiri terutama di Kecamatan Rengat Barat, Kecamatan Rengat dan Kecamatan Kuala Cenaku, bertahan seperti hari sebelumnya.

“Banjir di Inhu itu sifatnya hanya numpang lewat,” ungkapnya.

Kepada warga yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri, diimbau tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi. “Cuaca tidak menentu, berbagai kemungkinan masih berpeluang terjadi,” sebutnya.

Pengungsi Harapkan Bantuan Sahur dan Buka Puasa

Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Pelalawan, Riau akibat meluapnya debit air Sungai Kampar dampak pembukaan pintu pelimpahan atau spillway gate waduk PLTA Koto Panjang di Kampar, terus mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, hingga Sabtu (8/3) sore kemarin, ketinggian permukaan air terus merangkak naik dan kian meninggi.

Tidak hanya memutus akses transportasi jalan darat di sejumlah kecamatan, namun banjir juga telah menggenangi ribuan rumah warga yang tersebar di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci dan Pelalawan.

Seperti kondisi banjir di Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat, Kecamatan Pangkalan Kerinci. Tepatnya di Jalan Koridor RAPP KM 11. Di lokasi ini, setidaknya terdata sebanyak 62 rumah warga yang tergenang banjir. Alhasil, 32 kepala keluarga (KK) terpaksa memutuskan untuk meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di tenda Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pelalawan yang didirikan di dekat Jalan Koridor RAPP Kilometer 7.

Ditemui di lokasi pengungsian, para korban terdampak banjir yang mengungsi ini sangat mendambakan bantuan, baik dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan, Perusahaan maupun para donatur lainnya.

Seperti yang disampaikan Jason Simarmata, salah seorang pengungsi. Pria yang berprofesi sebagai pemilik sekaligus pekerja usaha tambal ban ini, mengharapkan bantuan makanan untuk sahur dan berbuka puasa. Pasalnya, pendapatannya dari jasa tambal ban, sudah tidak bisa didapat lagi akibat banjir. Sehingga tentunya banjir ini telah membuatnya kesulitan untuk mendapat uang, guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Khususnya membeli makanan untuk sahur dan berbuka puasa.

“Jadi, saya sudah dua hari mondok di tenda pengungsian ini karena rumah saya yang tak jauh dari perumahaan sosial di Jalan Koridor RAPP KM 11, sudah terendam banjir.  Saat ini, rumah saya sudah terendam banjir setinggi pinggang orang dewasa. Tentunya dengan kondisi ini, saya tidak bisa lagi mencari uang untuk menafkahi anak dan istri saya. Karena, usaha bengkel tambal ban di rumah saya sudah direndam banjir dan tak dapat lagi dilintasi alat transportasi darat,” terang Jason kepada Riau Pos, Sabtu (8/3) kemarin.

Baca Juga:  Antisipasi Gangguan, Disdik Siapkan Opsi

Diungkapkan pria asal Medan – Sumut ini bahwa, biasanya sebelum banjir melanda Negeri Seiya Sekata ini, dirinya bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp200 hingga Rp500 ribu rupiah dari usaha bengkel tambal ban miliknya. Tapi, akibat banjir ini, usaha itu tidak bisa berjalan akibat genangan air yang telah merendam dan memutus akses jalan bagi pengendara kendaraan, baik roda dua, roda empat hingga roda enam ke atas.

“Biasanya dapatlah penghasilan paling besar Rp500 ribu dari usaha tambal ban saya ini. Tapi, karena banjir ini, saya tidak punya pekerjaan lagi, sehingga saya telah mulai mengalami kesulitan ekonomi,” paparnya.

Untuk itu, sambung pria yang telah memeluk agama Islam sejak tahun 1996 silam ini, dengan adanya dampak banjir ini, dirinya dan warga pengungsi lainnya berharap uluran tangan dermawan serta Pemkab Pelalawan dan juga perusahaan untuk memenuhi kebutuhan sahur dan berbuka puasa tersebut.

“Ya, dalam kondisi seperti ini, kami tidak berharap banyak. Bisa dapat bantuan makan untuk sahur dan berbuka puasa saja, alhamdulillah tentunya kami sudah sangat bersyukur. Semoga apa yang kami harapkan ini bisa dikabulkan oleh Sang Khalik dengan mengutus para dermawan untuk membantu kesulitan kami mendapatkan bantuan makan sahur dan berbuka puasa.(dof/ilo/kas/amn)

Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, Zulfan MSi menjelaskan bahwa, hingga saat ini, pihaknya masih tengah merangkum data  korban terdampak banjir di tiga kecamatan di Pelalawan. Baik itu warga terdampak banjir di Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci, maupun Pelalawan.

“Jadi, saat ini kita tengah menggesa untuk merampungkan data jumlah korban terdampak banjir di Pelalawan. Sehingga nantinya dengan data ini, akan menjadi acuan Pemkab Pelalawan melalui Dinas Sosial untuk menyalurkan bantuan.

“Kita takut nantinya data belum rampung dan bantuan sudah disalurkan. Ternyata ada korban terdampak banjir lainnya yang belum terdata tidak mendapat bantuan. Sehingga kondisi ini tentunya akan memicu kecemburuan sosial antarsesama korban terdampak banjir di Pelalawan. Makanya kita gesa pendataan jumlah total warga yang menjadi korban terdampak banjir di Negeri Amanah ini. Hingga saat ini, kita telah mendata ada sebanyak 3.012 KK yang menjadi korban terdampak banjir di Pelalawan. Dan jumlah ini tentunya akan terus bertambah seiring meningkat dan merangkak naiknya tinggi permukaan air yang menggenangi badan jalan dan permukiman warga di sekitar bantaran aliran Sungai Kampar di Pelalawan,” ujarnya.

Dijelaskannya bahwa berdasarkan informasi dari hilir Sungai Kampar, saat ini kondisi air Sungai Kampar sedang mengalami pasang mati untuk 2-3 hari ke depan. Sehingga berkemungkinan debit air akan menumpuk dan ke dalam air, khususnya  di km 83 akan terus bertambah.

“Untuk itu, kami imbau masyarakat pengguna jalan yang akan melintasi Jalintim Pelalawan, agar berhati-hati dan tetap mengikuti arahan petugas, agar tidak terjadi kemacetan dan mobil tidak terperosok ke dalam lubang jalan,” tuturnya.

Dikatakankan mantan Sekteraris Diskominfo Pelalawan ini bahwa, meski genangan air yang merendam badan Jalintim naik signifikan. Namun debit Sungai Kampar di Kecamatan Langgam, justru menunjukkan penurunan sekitar 3 cm. Meski tidak signifikan, tapi kondisi ini pertanda baik dan banjir berpotensi semakin surut beberapa hari ke depan.

Artinya, banjir di daerah hulu yakni Kecamatan Langgam akan mulai surut, dan banjir akan bertahan di Kecamatan Pangkalan Kerinci. Setelah itu, banjir nantinya diprediksi akan bertahan di daerah bantaran Sungai Kampar selanjutnya yakni di Kecamatan Pelalawan.

“Mudah-mudahan intensitas curah hujan tidak kembali meningkat. Sehingga kita yakin beberapa hari ke depan, banjir yang melanda Negeri Seiya Sekata ini, perlahan-lahan akan segera surut,” tutupnya.(dof/ilo/kas/amn)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari