Jumat, 10 Mei 2024

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning

Mempertahankan Eksistensi Budaya Melayu

Sudah sejak lama FIB Unilak bekerja keras mempertahankan kebudayaan Melayu, budaya asli masyarakat Riau. Meski tidak mudah, upaya itu akan terus dilakukan dan ditingkatkan.

RIAUPOS.CO – DOKTOR Mohamad Fauzi terlihat tersenyum di ruang kerjanya yang nyaman di Kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak), Kamis (21/3/2024). Lelaki yang baru saja diangkat menjadi Dekan FIB oleh Rektor Unilak, Prof Dr Junaidi, menggantikan Muhammad Kafrawi M Hum, ini, mengaku masih belajar beradaptasi dengan jabatannya sekarang. Menurutnya ini adalah amanah yang tak ringan baginya karena tantangan akademik ke depan lumayan berat. Tetapi dia yakin seluruh dosen dan staf di FIB Unilak bisa diajak bekerja bersama untuk membangun fakultas pertama di Riau yang memiliki jurusan atau program studi (prodi) beberapa ilmu sastra murni tersebut.

Yamaha

FIB Unilak saat ini memiliki empat prodi ilmu murni dan satu prodi pendidikan. Yakni Prodi Sastra Indonesia (Sasindo), Sastra Inggri (Sasing), Ilmu Perpustakaan, Sastra Daerah (Melayu) dan Prodi Pendidikan Bahasa Melayu Riau. Empat prodi ilmu murni berdiri bersamaan dengan berdirinya Fakultas Sastra (sebelum menjadi FIB tahun 2003) pada tahun 1987, termasuk Prodi/Jurusan Sejarah yang kemudian dihentikan karena kekurangan mahasiswa peminat.

Prodi Pendidikan Bahasa Melayu sendiri baru berdiri merupakan prodi baru yang mendapatkan izin dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 lalu. Penyerahan SK Pendirian Prodi Bahasa Melayu Riau diberikan oleh Kepala LLDIKTI WIlayah X Afdalisma SH MPd di Padang, Rabu (16/10/2022), kepada Rektor Unilak Prof Dr Junaidi. Perlu perjuangan yang tidak mudah untuk mendirikan dan mendapatkan izin prodi ini

“Prodi Pendidikan Bahasa Melayu adalah salah satu bentuk perjuangan yang dilakukan FIB Unilak untuk muatan lokal (mulok, red). Kami ingin bahasa Melayu sebagai bahasa asli masyarakat Riau tetap eksis hingga kapan pun, dan itu juga perlu dipelajari secara akademik,” ujar lelaki kelahiran Sei A Kamal, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, 50 tahun lalu, ini.

- Advertisement -

Fauzi menjelaskan, mulok bahasa dan kebudayaan Melayu adalah salah satu prioritas FIB Unilak sejak awal dan semakin digesa saat Prof Dr Junaidi menjadi dekan pada awal tahun 2010-an. Ketika itu dirinya menjadi salah seorang Wakil Dekan (Wadek) FIB. Banyak terobosan dilakukan, termasuk salah satunya adalah kerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau tahun 2010, yakni beasiswa untuk guru-guru Mulok Bahasa dan Sastra Melayu yang belum S-1. Program ini berjalan hingga 2016 dengan beasiswa penuh untuk 200 mahasiswa setiap tahunnya, termasuk kelas-kelas jauh di semua kabupaten/kota di Riau. Sayangnya, sejak 2017 program ini berhenti karena satu dan lain hal. Padahal banyak guru Mulok Bahasa dan Sastra Melayu yang terbantu dengan program ini dengan menjadikan mereka sarjana S-1 dari yang sebelumnya masih banyak yang berpendidikan SMA atau sederajat.

Pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Melayu adalah jalan untuk kembali menghidupkan hal tersebut. Saat ini, prodi tersebut sudah memasuki tahun kedua dan ada 19 mahasiswanya yang mendapatkan beasiswa dari Pemprov Riau. Menurut Fauzi, pihaknya akan bekerja keras agar prodi ini berkembang dan eksis, yakni diminati mahasiswa, mendapatkan program beasiswa, dan lulusannya juga bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai bidangnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Membangun SDM Riau dengan Literasi

Kebudayaan Melayu –termasuk di dalamnya bahasa dan sasra Melayu— memang menjadi perhatian utama FIB Unilak, namun bukan berarti program lainnya tidak menjadi prioritas. Prodi Sasindo, Ilmu Perpustakaan, Sasda, dan Sasing, tetap menjadi prioritas yang terus dikembangkan. Misalnya untuk Ilmu Perpustakaan. Ada ribuan perpustakaan di Riau yang memerlukan tenaga pustakawan. Dan peran Ilmu Perpustakaan FIB Unilak sangat penting dalam hal ini karena menjadi prodi pertama dan satu-satunya yang ada di Riau.

“Prodi Ilmu Pustaka juga menjadi salah satu prodi favorit di Riau karena menjadi satu-satunya prodi di bidang perpustakaan di Riau,” jelas lelaki yang menyelesaikan S-2 Linguistik di FIB Unand Padang, dan S-2 di bidang yang sama di Universitas Sumatra Utara (USU) Medan ini.

Fauzi menjelaskan, pihak fakultas sangat mendorong semua prodi yang ada di FIB Unilak terus melakukan inovasi, promosi, dan mengembangan diri agar menarik bagi para calon mahasiswa dan mahasiswanya sendiri. Saat ini FIB juga mengembangkan diri untuk menarik calon mahasiswa dari luar negeri. Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, ada sembilan mahasiswa dari Pattani, Thailand selatan, yang kuliah di FIB Unilak. Pada tahun 2024 ini, Unilak memberikan beasiswa untuk satu mahasiswa luar negeri di setiap satu prodi.

Bidang lain yang dikembangkan adalah program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dengan konten kebudayaan Melayu. Program ini bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR). Program ini menyasar pada orang asing yang banyak bekerja di perusahaan swasta di Riau, yakni untk muatan budaya Melayu selain bahasa Indonesia. Hal ini mengacu pada peraturan pemerintah Indonesia bahwa tenaga kerja asing harus menguasai bahasa Indonesia. Fauzi sendiri adalah Wakil Ketua BIPA Riau.

Saat ini, alumni FIB Unilak banyak terserap di bidang masing-masing sesuai ilmu yang dipelajarinya. Misalnya, hampir semua perpustakaan yang ada di Riau, banyak pustakawannya berasal dari Prodi Ilmu Perpustakaan FIB Unilak. Begitu juga di bidang lainnya, seperti para guru Mulok Melayu di hampir semua sekolah. Banyak juga yang bekerja di berbagai bidang pekerjaan, termasuk membuka aktivitas literasi di rumah baca yang ada di kabupaten/kota di Riau maupun daerah lain.

Selain itu, banyak juga yang bekerja di bidang industri kreatif, seperti menjadi sineas (film), pada penulisan dan kritik sastra di berbagai genre, menjadi narasumber dalam berbagai pelatihan dalam bidang yang dikuasai, menjadi juri berbagai perlombaan kebudayaan dan sastra di berbagai jenjang pendidikan, menjadi tenaga di Lembaga Adat Melayu (LAM), baik di provinsi maupun kabupaten/kota, dll.

“Hal itu menjelaskan bahwa FIB Unilak berhasil membekali mahasiswa yang ketika lulus mereka bisa diterima masyarakat di bidang masing-masing,” ungkap lelaki yang menyelesaikan S-1 di Sastra Inggris Unilak ini.

Salah satu program unggulan yang saat ini sedang digalakkan adalah Program Bina Desa. Program ini melibatkan mahasiswa dalam satu smester dengan masa sekitar empat bulan. Dalam satu smester tersebut, mata kuliah (MK) yang diambil mahasiswa –sekitar 11 MK, 22 SKS— diintegrasikan dalam program ini. Beberapa MK yang masuk dalam program ini adalah linguistik yang di dalamnya ada Sosio-Linguistik dan Psiko-Linguistik. Kemudian MK bidang sastra, yakni Cipta Sastra, Manajemen Seni Pertunjukan, dan Sastra Anak. Kemudian bidang kebudayaan adalah Hukum Adat, dan bidang umum mencakup MK Kehumasan, Penyiaran, dan Kepariwisataan.

Baca Juga:  Diskusi Publik Kolokium 2024 FISIP Unri, Pentingkah Muara Takus bagi Riau?

Wakil Dekan (Wadek) I FIB, Iik Idayanti MHum, menjelaskan, saat ini program Bina Desa ini dilakukan di Desa Siambul, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Ini adalah tempat Suku Talang Mamak tinggal. Sebelum program ini dijalankan, diadakan prariset untuk melihat potensi desa tersebut sambil berkomunikasi dengan pemangku kepentingan seperti kepala desa atau camat, dan yang lainnya, termasuk membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan desa tempatan. Yang dilakukan mahasiswa di sana adalah melakukan riset di bidang ilmu masing-masing, mengembangkan potensi pariwisata budaya, promosi desa, membuat profil desa, dan sebagainya.

“Hasilnya nanti diharapkan bisa mengangkat desa tersebut menjadi desa yang mandiri, berdaya, dan berbudaya berdasarkan potensi yang ada dan dikembangkan,” kata Iik yang juga Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mamassa) ini.

Perempuan yang menyelesaikan S-1 dan S-2-nya di FIB Universitas Indonesia (UI) dan konsentrasi di bidang filologi ini memang konsen di bidang penelitian dan pengembangan masyarakat seperti ini. Saat ini dia mendapatkan proyek dari British Library (London) untuk penyelamatan naskah. Program dalam proyek ini meliputi restorasi, digitalisasi, dan sosialisasi ke masyarakat di lima kabupaten, yakni Kampar, Pekanbaru, Bengkalis, Indragiri Hulu, dan Daik Lingga (Kepri). Sebelumnya dia mendapatkan proyek yang sama pada 2017-2018, tetapi hanya untuk di Kampar.

Pada Mei 2023, perempuan kelahiran Malang (Jawa Timur) ini juga mendapatkan proyek dari Fakultas School of Oriental and African Studies (SOAS) London University untuk penelitian tentang Pengaruh Kolonial Terhadap Perpustakaan Kerajaan di Sumatra. Dia konsentrasi penelitian tentang Siak karena menurut SOAS, informasi tentang naskah Siak sangat minim. Iik berharap penelitian-penelitian yang dikembangkan dengan melibatkan atau bekerja sama dengan universitas luar negeri ini semakin membuat FIB Unilak dikenal karena memiliki kualitas yang baik.

Rektor Unilak Prof Dr Junaidi mengaku bersyukur karena Unilak memiliki Prodi Bahasa Melayu yang menjadi prodi pertama dan satu-satunya yang ada di Riau. Saat menerima SK dari LLDIKTI Wilayah X, dia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang mengeluarkan izin.

“Alhamdulillah, melalui LLDIKTI Wilayah X memberikan izin pembukaan prodi baru di Unilak. Prodi Bahasa Melayu secara khusus didirikan di Unilak untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran muatan lokal budaya Melayu Riau atau BMR,” ujarnya seperti ditulis di laman Unilak, unilak.ac.id, Kamis (17/10/2022), sehari setelah menerima SK tersebut di Padang, yang dikonfirmasi ulang Riau Pos, Sabtu (23/3/2024).

Dijelaskannya, selama ini muatan lokal budaya Melayu Riau telah dilaksanakan di sekolah-sekolah, namun guru-guru yang mengajarnya tidak bisa memperoleh sertifikasi. Dengan adanya Prodi Pendidikan Bahasa Melayu ini akan terselesaikan masalah pembelajaran Mulok budaya Melayu Riau dan ini salah satu program untuk mendukung budaya Melayu Riau terutama sekolah.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru

 

Sudah sejak lama FIB Unilak bekerja keras mempertahankan kebudayaan Melayu, budaya asli masyarakat Riau. Meski tidak mudah, upaya itu akan terus dilakukan dan ditingkatkan.

RIAUPOS.CO – DOKTOR Mohamad Fauzi terlihat tersenyum di ruang kerjanya yang nyaman di Kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning (Unilak), Kamis (21/3/2024). Lelaki yang baru saja diangkat menjadi Dekan FIB oleh Rektor Unilak, Prof Dr Junaidi, menggantikan Muhammad Kafrawi M Hum, ini, mengaku masih belajar beradaptasi dengan jabatannya sekarang. Menurutnya ini adalah amanah yang tak ringan baginya karena tantangan akademik ke depan lumayan berat. Tetapi dia yakin seluruh dosen dan staf di FIB Unilak bisa diajak bekerja bersama untuk membangun fakultas pertama di Riau yang memiliki jurusan atau program studi (prodi) beberapa ilmu sastra murni tersebut.

FIB Unilak saat ini memiliki empat prodi ilmu murni dan satu prodi pendidikan. Yakni Prodi Sastra Indonesia (Sasindo), Sastra Inggri (Sasing), Ilmu Perpustakaan, Sastra Daerah (Melayu) dan Prodi Pendidikan Bahasa Melayu Riau. Empat prodi ilmu murni berdiri bersamaan dengan berdirinya Fakultas Sastra (sebelum menjadi FIB tahun 2003) pada tahun 1987, termasuk Prodi/Jurusan Sejarah yang kemudian dihentikan karena kekurangan mahasiswa peminat.

Prodi Pendidikan Bahasa Melayu sendiri baru berdiri merupakan prodi baru yang mendapatkan izin dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022 lalu. Penyerahan SK Pendirian Prodi Bahasa Melayu Riau diberikan oleh Kepala LLDIKTI WIlayah X Afdalisma SH MPd di Padang, Rabu (16/10/2022), kepada Rektor Unilak Prof Dr Junaidi. Perlu perjuangan yang tidak mudah untuk mendirikan dan mendapatkan izin prodi ini

“Prodi Pendidikan Bahasa Melayu adalah salah satu bentuk perjuangan yang dilakukan FIB Unilak untuk muatan lokal (mulok, red). Kami ingin bahasa Melayu sebagai bahasa asli masyarakat Riau tetap eksis hingga kapan pun, dan itu juga perlu dipelajari secara akademik,” ujar lelaki kelahiran Sei A Kamal, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, 50 tahun lalu, ini.

Fauzi menjelaskan, mulok bahasa dan kebudayaan Melayu adalah salah satu prioritas FIB Unilak sejak awal dan semakin digesa saat Prof Dr Junaidi menjadi dekan pada awal tahun 2010-an. Ketika itu dirinya menjadi salah seorang Wakil Dekan (Wadek) FIB. Banyak terobosan dilakukan, termasuk salah satunya adalah kerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau tahun 2010, yakni beasiswa untuk guru-guru Mulok Bahasa dan Sastra Melayu yang belum S-1. Program ini berjalan hingga 2016 dengan beasiswa penuh untuk 200 mahasiswa setiap tahunnya, termasuk kelas-kelas jauh di semua kabupaten/kota di Riau. Sayangnya, sejak 2017 program ini berhenti karena satu dan lain hal. Padahal banyak guru Mulok Bahasa dan Sastra Melayu yang terbantu dengan program ini dengan menjadikan mereka sarjana S-1 dari yang sebelumnya masih banyak yang berpendidikan SMA atau sederajat.

Pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Melayu adalah jalan untuk kembali menghidupkan hal tersebut. Saat ini, prodi tersebut sudah memasuki tahun kedua dan ada 19 mahasiswanya yang mendapatkan beasiswa dari Pemprov Riau. Menurut Fauzi, pihaknya akan bekerja keras agar prodi ini berkembang dan eksis, yakni diminati mahasiswa, mendapatkan program beasiswa, dan lulusannya juga bisa mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai bidangnya.

Baca Juga:  Diskusi Publik Kolokium 2024 FISIP Unri, Pentingkah Muara Takus bagi Riau?

Kebudayaan Melayu –termasuk di dalamnya bahasa dan sasra Melayu— memang menjadi perhatian utama FIB Unilak, namun bukan berarti program lainnya tidak menjadi prioritas. Prodi Sasindo, Ilmu Perpustakaan, Sasda, dan Sasing, tetap menjadi prioritas yang terus dikembangkan. Misalnya untuk Ilmu Perpustakaan. Ada ribuan perpustakaan di Riau yang memerlukan tenaga pustakawan. Dan peran Ilmu Perpustakaan FIB Unilak sangat penting dalam hal ini karena menjadi prodi pertama dan satu-satunya yang ada di Riau.

“Prodi Ilmu Pustaka juga menjadi salah satu prodi favorit di Riau karena menjadi satu-satunya prodi di bidang perpustakaan di Riau,” jelas lelaki yang menyelesaikan S-2 Linguistik di FIB Unand Padang, dan S-2 di bidang yang sama di Universitas Sumatra Utara (USU) Medan ini.

Fauzi menjelaskan, pihak fakultas sangat mendorong semua prodi yang ada di FIB Unilak terus melakukan inovasi, promosi, dan mengembangan diri agar menarik bagi para calon mahasiswa dan mahasiswanya sendiri. Saat ini FIB juga mengembangkan diri untuk menarik calon mahasiswa dari luar negeri. Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, ada sembilan mahasiswa dari Pattani, Thailand selatan, yang kuliah di FIB Unilak. Pada tahun 2024 ini, Unilak memberikan beasiswa untuk satu mahasiswa luar negeri di setiap satu prodi.

Bidang lain yang dikembangkan adalah program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dengan konten kebudayaan Melayu. Program ini bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR). Program ini menyasar pada orang asing yang banyak bekerja di perusahaan swasta di Riau, yakni untk muatan budaya Melayu selain bahasa Indonesia. Hal ini mengacu pada peraturan pemerintah Indonesia bahwa tenaga kerja asing harus menguasai bahasa Indonesia. Fauzi sendiri adalah Wakil Ketua BIPA Riau.

Saat ini, alumni FIB Unilak banyak terserap di bidang masing-masing sesuai ilmu yang dipelajarinya. Misalnya, hampir semua perpustakaan yang ada di Riau, banyak pustakawannya berasal dari Prodi Ilmu Perpustakaan FIB Unilak. Begitu juga di bidang lainnya, seperti para guru Mulok Melayu di hampir semua sekolah. Banyak juga yang bekerja di berbagai bidang pekerjaan, termasuk membuka aktivitas literasi di rumah baca yang ada di kabupaten/kota di Riau maupun daerah lain.

Selain itu, banyak juga yang bekerja di bidang industri kreatif, seperti menjadi sineas (film), pada penulisan dan kritik sastra di berbagai genre, menjadi narasumber dalam berbagai pelatihan dalam bidang yang dikuasai, menjadi juri berbagai perlombaan kebudayaan dan sastra di berbagai jenjang pendidikan, menjadi tenaga di Lembaga Adat Melayu (LAM), baik di provinsi maupun kabupaten/kota, dll.

“Hal itu menjelaskan bahwa FIB Unilak berhasil membekali mahasiswa yang ketika lulus mereka bisa diterima masyarakat di bidang masing-masing,” ungkap lelaki yang menyelesaikan S-1 di Sastra Inggris Unilak ini.

Salah satu program unggulan yang saat ini sedang digalakkan adalah Program Bina Desa. Program ini melibatkan mahasiswa dalam satu smester dengan masa sekitar empat bulan. Dalam satu smester tersebut, mata kuliah (MK) yang diambil mahasiswa –sekitar 11 MK, 22 SKS— diintegrasikan dalam program ini. Beberapa MK yang masuk dalam program ini adalah linguistik yang di dalamnya ada Sosio-Linguistik dan Psiko-Linguistik. Kemudian MK bidang sastra, yakni Cipta Sastra, Manajemen Seni Pertunjukan, dan Sastra Anak. Kemudian bidang kebudayaan adalah Hukum Adat, dan bidang umum mencakup MK Kehumasan, Penyiaran, dan Kepariwisataan.

Baca Juga:  Terinspirasi dari Prancis Akan Kembali ke Prancis

Wakil Dekan (Wadek) I FIB, Iik Idayanti MHum, menjelaskan, saat ini program Bina Desa ini dilakukan di Desa Siambul, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu). Ini adalah tempat Suku Talang Mamak tinggal. Sebelum program ini dijalankan, diadakan prariset untuk melihat potensi desa tersebut sambil berkomunikasi dengan pemangku kepentingan seperti kepala desa atau camat, dan yang lainnya, termasuk membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan desa tempatan. Yang dilakukan mahasiswa di sana adalah melakukan riset di bidang ilmu masing-masing, mengembangkan potensi pariwisata budaya, promosi desa, membuat profil desa, dan sebagainya.

“Hasilnya nanti diharapkan bisa mengangkat desa tersebut menjadi desa yang mandiri, berdaya, dan berbudaya berdasarkan potensi yang ada dan dikembangkan,” kata Iik yang juga Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mamassa) ini.

Perempuan yang menyelesaikan S-1 dan S-2-nya di FIB Universitas Indonesia (UI) dan konsentrasi di bidang filologi ini memang konsen di bidang penelitian dan pengembangan masyarakat seperti ini. Saat ini dia mendapatkan proyek dari British Library (London) untuk penyelamatan naskah. Program dalam proyek ini meliputi restorasi, digitalisasi, dan sosialisasi ke masyarakat di lima kabupaten, yakni Kampar, Pekanbaru, Bengkalis, Indragiri Hulu, dan Daik Lingga (Kepri). Sebelumnya dia mendapatkan proyek yang sama pada 2017-2018, tetapi hanya untuk di Kampar.

Pada Mei 2023, perempuan kelahiran Malang (Jawa Timur) ini juga mendapatkan proyek dari Fakultas School of Oriental and African Studies (SOAS) London University untuk penelitian tentang Pengaruh Kolonial Terhadap Perpustakaan Kerajaan di Sumatra. Dia konsentrasi penelitian tentang Siak karena menurut SOAS, informasi tentang naskah Siak sangat minim. Iik berharap penelitian-penelitian yang dikembangkan dengan melibatkan atau bekerja sama dengan universitas luar negeri ini semakin membuat FIB Unilak dikenal karena memiliki kualitas yang baik.

Rektor Unilak Prof Dr Junaidi mengaku bersyukur karena Unilak memiliki Prodi Bahasa Melayu yang menjadi prodi pertama dan satu-satunya yang ada di Riau. Saat menerima SK dari LLDIKTI Wilayah X, dia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang mengeluarkan izin.

“Alhamdulillah, melalui LLDIKTI Wilayah X memberikan izin pembukaan prodi baru di Unilak. Prodi Bahasa Melayu secara khusus didirikan di Unilak untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran muatan lokal budaya Melayu Riau atau BMR,” ujarnya seperti ditulis di laman Unilak, unilak.ac.id, Kamis (17/10/2022), sehari setelah menerima SK tersebut di Padang, yang dikonfirmasi ulang Riau Pos, Sabtu (23/3/2024).

Dijelaskannya, selama ini muatan lokal budaya Melayu Riau telah dilaksanakan di sekolah-sekolah, namun guru-guru yang mengajarnya tidak bisa memperoleh sertifikasi. Dengan adanya Prodi Pendidikan Bahasa Melayu ini akan terselesaikan masalah pembelajaran Mulok budaya Melayu Riau dan ini salah satu program untuk mendukung budaya Melayu Riau terutama sekolah.***

Laporan HARY B KORIUN, Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari