JERUSALEM (RIAUPOS.CO) – SERANGAN Israel ke Gaza sudah memasuki bulan kelima. Namun, hingga saat ini perundingan gencatan senjata masih alot. Data Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat lebih dari 30 ribu warga Palestina telah tewas sejak serangan Zionis pada 7 Oktober tahun lalu.
Pada saat kesepakatan gencatan senjata belum ketok palu, Israel kembali memperkeruh suasana. Dilansir dari Associated Press (AP), Israel menuduh ratusan Pekerja PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) adalah anggota kelompok militan Hamas.
”Lebih dari 450 pegawai UNRWA adalah anggota militer dari kelompok-kelompok teror di Gaza, 450 orang. Ini bukan suatu kebetulan belaka. Ini sistematis,” ujar Jubir Militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari.
Sebelumnya Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Israel melakukan kampanye untuk menghapus lembaga tersebut. Itu dilakukan ketika lebih dari 2 juta warga Palestina di Gaza mengandalkan layanan UNRWA untuk bertahan hidup. ‘’UNRWA menghadapi kampanye yang disengaja dan terpadu untuk melemahkan operasinya dan pada akhirnya mengakhirinya,’’ kata Lazzarini pada pertemuan khusus Majelis Umum PBB.
Pernyataan Lazzarini itu bukanlah isapan jempol semata. Sebab, UNRWA tengah diimpit persoalan keberlanjutan pendanaan. Pada Januari lalu Israel menuduh 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan teror tanggal 7 Oktober di Israel. Tuduhan itu membuat 16 donor telah menghentikan pendanaan dengan total lebih dari 450 juta dolar AS.
”Bagian dari kampanye ini adalah membanjiri donor dengan informasi yang salah yang dirancang untuk menumbuhkan ketidakpercayaan dan menodai reputasi lembaga,” imbuh Lazzarini.
Meski begitu, tak seluruh pihak percaya begitu saja. Australia mendesak Israel untuk memberikan bukti atas tuduhan bahwa staf UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober. Duta Besar Australia dan perwakilan tetap untuk PBB James Larsen menyatakan amat prihatin atas tuduhan Israel kepada anggota UNRWA.
Sebab, klaim sepihak dari Israel membuat Australia dan belasan negara, termasuk AS dan Inggris, menangguhkan pendanaan untuk UNRWA. ”Australia mengulangi seruan itu hari ini. Krisis kemanusiaan sangat mengerikan. Kami mencari jaminan yang memungkinkan kami memulihkan pendanaan,” jelasnya seperti dilansir The Guardian.
Meski ada yang menghentikan, beberapa donor lainnya tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan kontribusinya. Duta besar Qatar mengumumkan tambahan 25 juta dolar AS kepada badan tersebut. Uni Eropa juga siap mengucurkan 54 juta dolar AS sebagai bagian dari hampir 89 juta dolar AS yang dijanjikan kepada UNRWA pada 2024.
Thailand menawarkan dana tambahan sebesar 80.000 dolar AS dan Meksiko mengatakan akan mengucurkan 1 juta dolar AS pada pekan ini ke UNRWA. Arab Saudi menyatakan akan segera mengumumkan tambahan pendanaan.(dee/bay/esi)
Laporan JPG, Jerusalem