Senin, 25 November 2024
spot_img

Kesehatan Jiwa 4 Kelompok Ini Paling Terdampak Akibat Pandemi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 selama 2 tahun terakhir membuat masyarakat trauma. Selain dampak pada fisik, pandemi juga memengaruhi kesehatan mental masyarakat.

Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang mengatakan pada sebagian orang mengalami masalah gangguan mental neurologis dan juga penggunaan zat. Kondisi pandemi Covid-19 memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa.

Angka prevalensinya meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda,” katanya dalam konferensi pers baru-baru ini.

Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) menjelaskan kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula. Sedikitnya terdapat 4 kelompok yang paling terdampak.

Kelompok pertama adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa. Gara-gara pandemi, mereka kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami masalah jiwa.

Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa. Misalnya mereka yang sudah pernah mengalami KDRT atau kekerasan lainnya. Kondisi ini dapat semakin diperparah karena pandemi.

Baca Juga:  Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah Resmi Diluncurkan

Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat. Demikian juga teman-teman dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan.

Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak kita temukan di bulan Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi Covid-19. Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.

“Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi Covid-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,” kata Hervita.

Baca Juga:  Hingga 6 Bulan ke Depan, KPK Perpanjang Larangan Wali Kota Dumai ke LN

Kesehatan Mental Prioritas Global

Sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi masalah kesehatan mental, ASEAN plus Three Leader (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea) mengakui bahwa promosi kesehatan mental diidentifikasi sebagai salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015. Vensya melanjutkan promosi itu dilakukan antara lain dengan mempromosikan berbagai model dan praktek efektif tentang program dan intervensi kesehatan mental diantara negara anggota ASEAN, dan peningkatan integrasi program kesehatan mental di tingkat perawatan primer dan sekunder.

“Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara 15th ASEAN Health Ministers Meeting ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,” katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pandemi Covid-19 selama 2 tahun terakhir membuat masyarakat trauma. Selain dampak pada fisik, pandemi juga memengaruhi kesehatan mental masyarakat.

Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang mengatakan pada sebagian orang mengalami masalah gangguan mental neurologis dan juga penggunaan zat. Kondisi pandemi Covid-19 memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa.

- Advertisement -

Angka prevalensinya meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda,” katanya dalam konferensi pers baru-baru ini.

Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) menjelaskan kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula. Sedikitnya terdapat 4 kelompok yang paling terdampak.

- Advertisement -

Kelompok pertama adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa. Gara-gara pandemi, mereka kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami masalah jiwa.

Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa. Misalnya mereka yang sudah pernah mengalami KDRT atau kekerasan lainnya. Kondisi ini dapat semakin diperparah karena pandemi.

Baca Juga:  Gerakan Nasional Pilah Sampah Dari Rumah Resmi Diluncurkan

Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan. Sehingga sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat. Demikian juga teman-teman dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan.

Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak kita temukan di bulan Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi Covid-19. Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.

“Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi Covid-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,” kata Hervita.

Baca Juga:  DPR RI Pantau Kasus Baiq Nuril

Kesehatan Mental Prioritas Global

Sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi masalah kesehatan mental, ASEAN plus Three Leader (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea) mengakui bahwa promosi kesehatan mental diidentifikasi sebagai salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015. Vensya melanjutkan promosi itu dilakukan antara lain dengan mempromosikan berbagai model dan praktek efektif tentang program dan intervensi kesehatan mental diantara negara anggota ASEAN, dan peningkatan integrasi program kesehatan mental di tingkat perawatan primer dan sekunder.

“Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara 15th ASEAN Health Ministers Meeting ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,” katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari