- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau telah menimbulkan kabut asap. Kualitas udara dari sedang hingga tidak sehat. Dan ini berdampak kepada kesehatan masyarakat. Yang terbaru, sebanyak 9.360 warga di Riau terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), Selasa (13/8). Data ini bersumber dari angka kunjungan ISPA yang diterima Dinas Kesehatan Riau melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Diskes Riau dr Yohanes dari laporan seluruh kabupaten/kota di Bumi Lancang Kuning.
"Data itu telah direkap sejak tanggal 12 Agustus dari seluruh puskesmas, rumah sakit serta klinik di Riau," ujar Yohanes, Selasa (13/8).
- Advertisement -
Dikatakan Yohanes, kabut asap di Riau tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena ada terkait dengan climate change di mana cuaca di Riau selalu berubah-ubah. Hal ini sesuai dengan data dari BMKG Riau di mana arah angin yang terus berubah-ubah sehingga kandisi asap yang terjadi pun kadang pekat dan kadang tipis.
Terkait masih diperbolehkannya anak-anak belajar di luar ruangan, pihaknya menyatakan hal itu harus dikaji lebih dalam. Pasalnya kondisi ini sangatlah relatif. Pihaknya sulit menetapkan anak-anak libur sekolah, karena kabut asap hanya pekat di pagi hari, sedangkan siangnya tipis.
"Untuk melihat dampaknya, kalau pagi dengan kondisi kabut asap dalam katagori sedang hingga kuning dan tidak lebih dari 150 dari data parameternya tersebut, maka anak-anak masih bisa bersekolah dengan syarat harus menggunakan masker. Itu sebabnya besok (hari ini, red) kami bersama BNPB, Disdik, maupun pihak terkait lainnya rapat untuk mengambil keputusan, apakah anak-anak masih aman untuk sekolah atau tidak," ucapnya.(ayi/*1/wir/fat)
- Advertisement -
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau telah menimbulkan kabut asap. Kualitas udara dari sedang hingga tidak sehat. Dan ini berdampak kepada kesehatan masyarakat. Yang terbaru, sebanyak 9.360 warga di Riau terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), Selasa (13/8). Data ini bersumber dari angka kunjungan ISPA yang diterima Dinas Kesehatan Riau melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Diskes Riau dr Yohanes dari laporan seluruh kabupaten/kota di Bumi Lancang Kuning.
"Data itu telah direkap sejak tanggal 12 Agustus dari seluruh puskesmas, rumah sakit serta klinik di Riau," ujar Yohanes, Selasa (13/8).
- Advertisement -
Dikatakan Yohanes, kabut asap di Riau tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Karena ada terkait dengan climate change di mana cuaca di Riau selalu berubah-ubah. Hal ini sesuai dengan data dari BMKG Riau di mana arah angin yang terus berubah-ubah sehingga kandisi asap yang terjadi pun kadang pekat dan kadang tipis.
Terkait masih diperbolehkannya anak-anak belajar di luar ruangan, pihaknya menyatakan hal itu harus dikaji lebih dalam. Pasalnya kondisi ini sangatlah relatif. Pihaknya sulit menetapkan anak-anak libur sekolah, karena kabut asap hanya pekat di pagi hari, sedangkan siangnya tipis.
- Advertisement -
"Untuk melihat dampaknya, kalau pagi dengan kondisi kabut asap dalam katagori sedang hingga kuning dan tidak lebih dari 150 dari data parameternya tersebut, maka anak-anak masih bisa bersekolah dengan syarat harus menggunakan masker. Itu sebabnya besok (hari ini, red) kami bersama BNPB, Disdik, maupun pihak terkait lainnya rapat untuk mengambil keputusan, apakah anak-anak masih aman untuk sekolah atau tidak," ucapnya.(ayi/*1/wir/fat)