Kamis, 19 September 2024

Bashar al-Assad Tetap Jabat Presiden Suriah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Presiden Suriah Bashar al-Assad memenangi masa jabatan keempat dengan perolehan 95,1 persen suara dalam pemilihan. Itu akan memperpanjang kekuasaannya atas sebuah negara yang hancur oleh perang. Hanya saja, lawan Assad dan negara-negara Barat menilai kemenangan itu ditandai oleh kecurangan.

Pemerintah Assad mengatakan pemilihan pada Rabu (26/5) menunjukkan Syria berfungsi normal meski ada konflik yang telah berlangsung selama satu dekade. Konflik itu telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta orang – sekitar setengah populasi – dari rumah mereka.

Ketua parlemen Hammouda Sabbagh mengumumkan hasil pada konferensi pers Kamis (27/5), mengatakan jumlah pemilih sekitar 78 persen, dengan lebih dari 14 juta warga Syria mengambil bagian. Pemilu tetap berjalan meski ada proses perdamaian yang dipimpin oleh PBB yang menyerukan pemungutan suara di bawah pengawasan internasional yang akan membantu membuka jalan bagi konstitusi baru dan penyelesaian politik.

Sejumlah menteri luar negeri yakni dari Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mengkritik Assad menjelang pemilihan, bahwa pemungutan suara tidak akan bebas atau adil. Turki sebagai musuh Assad, juga mengatakan pemilihan itu tidak sah.

- Advertisement -
Baca Juga:  Penjelasan Pemerintah Soal Pencabutan Bebas Visa bagi Warga China

Kemenangan tersebut mengantarkan Assad (55), tujuh tahun lagi berkuasa dan memperpanjang pemerintahan keluarganya hingga hampir enam dekade. Ayahnya, Hafez al-Assad, memimpin Syria selama 30 tahun hingga kematiannya pada 2000. Assad sendiri menjadi Presiden Syria sejak 17 Juli 2000 dan kini menjabat lagi.

Tahun-tahun Assad sebagai presiden telah diwarnai oleh konflik yang dimulai pada 2011 dengan protes damai, sebelum berubah menjadi konflik multi dimensi. Konflik itu telah memecah belah negara Timur Tengah dan menarik teman dan musuh asing.

- Advertisement -

"Terima kasih kepada semua warga Syria atas rasa nasionalisme mereka yang tinggi dan partisipasi mereka yang penting. Untuk masa depan anak-anak Syria dan kaum mudanya, mari kita mulai kampanye kerja kita untuk membangun harapan dan membangun Syria," tulis Assad di halaman kampanye Facebook-nya.

Tantangan terbesar Assad adalah ekonomi yang sedang merosot. Pengetatan sanksi AS, keruntuhan keuangan negara tetangga Lebanon, pandemi Covid-19 yang menghantam pengiriman uang dari warga Syria di luar negeri dan ketidakmampuan sekutu Rusia dan Iran untuk memberikan bantuan yang cukup, membuat prospek pemulihan tampak buruk.

Baca Juga:  Guru Terkonfirmasi Positif Covid-19, Siswa SMKN 1 Mempura Diliburkan

Unjuk rasa dengan ribuan orang mengibarkan bendera Syria dan memegang foto Assad sambil bernyanyi dan menari berlangsung sepanjang Kamis (27/5) dalam perayaan pemilihan. Para pejabat mengatakan kepada Reuters secara pribadi bahwa pihak berwenang menyelenggarakan demonstrasi besar dalam beberapa hari terakhir untuk mendorong pemungutan suara, dan aparat keamanan yang menopang kekuasaan minoritas Alawiyah Assad telah menginstruksikan pegawai negara untuk memilih.

Pemungutan suara itu diboikot oleh pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS yang mengelola wilayah kaya minyak di timur laut dan di wilayah barat laut Idlib, daerah kantong pemberontak terakhir yang ada. Orang-orang mengecam pemilihan tersebut dalam demonstrasi besar.

Assad mencalonkan diri melawan dua kandidat, mantan wakil menteri kabinet Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala partai oposisi kecil yang secara resmi disetujui. Marei hanya mendapat 3,3 persen suara, sementara Saloum meraih 1,5 persen suara.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Presiden Suriah Bashar al-Assad memenangi masa jabatan keempat dengan perolehan 95,1 persen suara dalam pemilihan. Itu akan memperpanjang kekuasaannya atas sebuah negara yang hancur oleh perang. Hanya saja, lawan Assad dan negara-negara Barat menilai kemenangan itu ditandai oleh kecurangan.

Pemerintah Assad mengatakan pemilihan pada Rabu (26/5) menunjukkan Syria berfungsi normal meski ada konflik yang telah berlangsung selama satu dekade. Konflik itu telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir 11 juta orang – sekitar setengah populasi – dari rumah mereka.

Ketua parlemen Hammouda Sabbagh mengumumkan hasil pada konferensi pers Kamis (27/5), mengatakan jumlah pemilih sekitar 78 persen, dengan lebih dari 14 juta warga Syria mengambil bagian. Pemilu tetap berjalan meski ada proses perdamaian yang dipimpin oleh PBB yang menyerukan pemungutan suara di bawah pengawasan internasional yang akan membantu membuka jalan bagi konstitusi baru dan penyelesaian politik.

Sejumlah menteri luar negeri yakni dari Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mengkritik Assad menjelang pemilihan, bahwa pemungutan suara tidak akan bebas atau adil. Turki sebagai musuh Assad, juga mengatakan pemilihan itu tidak sah.

Baca Juga:  Penjelasan Pemerintah Soal Pencabutan Bebas Visa bagi Warga China

Kemenangan tersebut mengantarkan Assad (55), tujuh tahun lagi berkuasa dan memperpanjang pemerintahan keluarganya hingga hampir enam dekade. Ayahnya, Hafez al-Assad, memimpin Syria selama 30 tahun hingga kematiannya pada 2000. Assad sendiri menjadi Presiden Syria sejak 17 Juli 2000 dan kini menjabat lagi.

Tahun-tahun Assad sebagai presiden telah diwarnai oleh konflik yang dimulai pada 2011 dengan protes damai, sebelum berubah menjadi konflik multi dimensi. Konflik itu telah memecah belah negara Timur Tengah dan menarik teman dan musuh asing.

"Terima kasih kepada semua warga Syria atas rasa nasionalisme mereka yang tinggi dan partisipasi mereka yang penting. Untuk masa depan anak-anak Syria dan kaum mudanya, mari kita mulai kampanye kerja kita untuk membangun harapan dan membangun Syria," tulis Assad di halaman kampanye Facebook-nya.

Tantangan terbesar Assad adalah ekonomi yang sedang merosot. Pengetatan sanksi AS, keruntuhan keuangan negara tetangga Lebanon, pandemi Covid-19 yang menghantam pengiriman uang dari warga Syria di luar negeri dan ketidakmampuan sekutu Rusia dan Iran untuk memberikan bantuan yang cukup, membuat prospek pemulihan tampak buruk.

Baca Juga:  KPK Perksa Sekjen PDI-P Soal Percakapan PAW Harun Masiku

Unjuk rasa dengan ribuan orang mengibarkan bendera Syria dan memegang foto Assad sambil bernyanyi dan menari berlangsung sepanjang Kamis (27/5) dalam perayaan pemilihan. Para pejabat mengatakan kepada Reuters secara pribadi bahwa pihak berwenang menyelenggarakan demonstrasi besar dalam beberapa hari terakhir untuk mendorong pemungutan suara, dan aparat keamanan yang menopang kekuasaan minoritas Alawiyah Assad telah menginstruksikan pegawai negara untuk memilih.

Pemungutan suara itu diboikot oleh pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS yang mengelola wilayah kaya minyak di timur laut dan di wilayah barat laut Idlib, daerah kantong pemberontak terakhir yang ada. Orang-orang mengecam pemilihan tersebut dalam demonstrasi besar.

Assad mencalonkan diri melawan dua kandidat, mantan wakil menteri kabinet Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala partai oposisi kecil yang secara resmi disetujui. Marei hanya mendapat 3,3 persen suara, sementara Saloum meraih 1,5 persen suara.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari