Harga Gas Industri Diturunkan, Saham PGN Terancam Anjlok

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dampak adanya penurunan harga gas industri terhadap kinerja PT PGN Tbk diprediksi akan cukup besar.

Bahkan, diperkirakan kinerja saham PGN sebagai perusahaan publik yang tercatat di bursa akan terus mengalami tekanan.

- Advertisement -

“Perlu dipahami bahwa korelasi antara indeks harga saham, di mana PGN sebagai perusahaan publik dengan investasi langsung dari luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) sangat tinggi," ujar Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing di Jakarta, Kamis (6/2).

Sebastian menjelaskan, investor bursa yang memiliki saham PGN di pasar bursa bisa saja akan mengalami banyak kerugian.

- Advertisement -

Kondisi ini akan sangat memengaruhi investor yang memiliki saham di sejumlah BUMN lainnya.

“Para investor butuh kepastian investasi, baik investasi secara langsung atau yang melalui pasar bursa dan sebagainya. Ini logika sederhana, jika pemerintah saja bisa memerlakukan BUMN secara semena-mena dengan memangkas keuntungan badan usaha, bagaimana dengan swasta?” ujar dia.

Sebastian bercerita, tahun lalu ketika PGN akan menaikkan harga jual gas industri, perseroan telah memberi tahu kalangan industri beberapa bulan sebelumnya. “Ironisnya, sehari sebelum pelaksanaan kenaikan harga, pemerintah langsung membatalkan rencana kenaikan harga tersebut,” terang dia.

Dia menambahkan, di satu sisi bukan jaminan pula jika harga gas industri diturunkan maka industri akan langsung tumbuh dengan pesat. “Tidak ada yang bisa jamin jika harga gas industri turun maka otomatis industri akan meningkat,” jelas Sebastian.

Terkait soal analisa perkembangan saham emiten berkode PGAS ini, Sebastian memberikan sebuah ilustrasi. Saat ini spread rata-rata harga gas PGN adalah USD 2,32 per MMBTU.

“Jika spread-nya diturunkan menjadi USD 2 per MMBTU, maka pada tahun ini EBITDA perseroan akan turun menjadi USD 914 juta, lalu laba bersih hanya USD 187 juta, dan target harga (target price/TP) saham PGN akan turun menjadi Rp 1.500 per lembar saham,” kata Sebastian.

Spread adalah selisih antara harga beli gas dengan harga jual gas. Kondisi PGN akan terus tertekan jika spread-nya menjadi USD 1,5 per MMBTU.

“EBITDA-nya akan turun lagi menjadi USD 749 juta, laba bersih USD 91 juta, dan TP menjadi Rp 800 per lembar saham,” jelasnya.

Sebastian memastikan, jika spread PGN kembali terkoreksi menjadi di bawah USD 1 per MMBTU maka Price Earning/PE (analisis fundamental yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham) bisa tinggal satu digit dan saham PGAS bisa terjun bebas di level Rp 460 per lembar saham. (flo/jpnn)

Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dampak adanya penurunan harga gas industri terhadap kinerja PT PGN Tbk diprediksi akan cukup besar.

Bahkan, diperkirakan kinerja saham PGN sebagai perusahaan publik yang tercatat di bursa akan terus mengalami tekanan.

“Perlu dipahami bahwa korelasi antara indeks harga saham, di mana PGN sebagai perusahaan publik dengan investasi langsung dari luar negeri (Foreign Direct Investment/FDI) sangat tinggi," ujar Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing di Jakarta, Kamis (6/2).

Sebastian menjelaskan, investor bursa yang memiliki saham PGN di pasar bursa bisa saja akan mengalami banyak kerugian.

Kondisi ini akan sangat memengaruhi investor yang memiliki saham di sejumlah BUMN lainnya.

“Para investor butuh kepastian investasi, baik investasi secara langsung atau yang melalui pasar bursa dan sebagainya. Ini logika sederhana, jika pemerintah saja bisa memerlakukan BUMN secara semena-mena dengan memangkas keuntungan badan usaha, bagaimana dengan swasta?” ujar dia.

Sebastian bercerita, tahun lalu ketika PGN akan menaikkan harga jual gas industri, perseroan telah memberi tahu kalangan industri beberapa bulan sebelumnya. “Ironisnya, sehari sebelum pelaksanaan kenaikan harga, pemerintah langsung membatalkan rencana kenaikan harga tersebut,” terang dia.

Dia menambahkan, di satu sisi bukan jaminan pula jika harga gas industri diturunkan maka industri akan langsung tumbuh dengan pesat. “Tidak ada yang bisa jamin jika harga gas industri turun maka otomatis industri akan meningkat,” jelas Sebastian.

Terkait soal analisa perkembangan saham emiten berkode PGAS ini, Sebastian memberikan sebuah ilustrasi. Saat ini spread rata-rata harga gas PGN adalah USD 2,32 per MMBTU.

“Jika spread-nya diturunkan menjadi USD 2 per MMBTU, maka pada tahun ini EBITDA perseroan akan turun menjadi USD 914 juta, lalu laba bersih hanya USD 187 juta, dan target harga (target price/TP) saham PGN akan turun menjadi Rp 1.500 per lembar saham,” kata Sebastian.

Spread adalah selisih antara harga beli gas dengan harga jual gas. Kondisi PGN akan terus tertekan jika spread-nya menjadi USD 1,5 per MMBTU.

“EBITDA-nya akan turun lagi menjadi USD 749 juta, laba bersih USD 91 juta, dan TP menjadi Rp 800 per lembar saham,” jelasnya.

Sebastian memastikan, jika spread PGN kembali terkoreksi menjadi di bawah USD 1 per MMBTU maka Price Earning/PE (analisis fundamental yang menggambarkan seberapa besar investor menilai/menghargai suatu saham) bisa tinggal satu digit dan saham PGAS bisa terjun bebas di level Rp 460 per lembar saham. (flo/jpnn)

Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya