PANGKALANKERINCI (RIAUPOS.CO) – Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Begitulah nasib yang dialami Tengku Rustam Efendi (39). Warga Simpang Tengku Tepal Km 13, Kelurahan Pelalawan, Kecamatan Pelalawan terpaksa meratapi kepergian putra tercintanya bernama T Kenzi Alvazio.
Niat hati ingin menyenangkan hati sang anak dengan membawanya mencari kayu bakar sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba, namun ternyata itu adalah hari terakhir pria yang berprofesi sebagai nelayan dan petani kelapa sawit ini melihat keceriaan buah hatinya yang tersayang.
Bocah berusia 3 tahun ini, ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa diduga tenggelam terseret kencangnya arus kanal di lokasi banjir areal perkebunan PT Persada Karya Sejati (PKS) Kelurahan Pelalawan, Kecamatan Pelalawan, Ahad (26/3) sekitar pukul 10.30 WIB.
Informasi yang berhasil dirangkum Riau Pos dari BPBD dan Polres Pelalawan menyebutkan, kejadian tersebut berawal saat korban, pergi menemani ayahnya Rustam Efendi untuk mencari kayu bakar, Sabtu (15/3) sore lalu sekitar pukul 16.30 WIB.

Mengendarai sepeda motor, keduanya berangkat dari rumah di Simpang Tengku Tepal Km 13, Kelurahan Pelalawan menuju lokasi. Namun, saat melintasi areal perkebunan kelapa sawit milik PT PKS atau sekitar 2 kilometer dari tempat tinggalnya, Tengku Rustam menghentikan sepeda motor yang dikendarainya.
“Saat berada di lokasi ini, T Rustam masuk kedalam areal kebun PT PKS ini untuk pergi mencari kayu bakar. Tanpa memikirkan adanya firasat buruk, T Rustam meninggalkan anaknya T Kenzi (korban, red) sendiri di atas sepeda motor miliknya,” terang Kalaksa BPBD Pelalawan, Zulfan.
Setelah sekitar 5 menit mencari dan mengumpulkan kayu bakar, Rustam kembali menuju tempat anaknya ditinggal. Namun, alangkah terkejutnya Rustam yang tidak menemukan anaknya di atas sepeda motor. Rustam berusaha sekuat tenaga untuk mencari keberadaan putranya sambil memanggil namanya, namun tak kunjung ada sahutan.
Karena putus asa setelah 15 menit mencari, sang ayah pun akhirnya pulang ke rumah untuk memberitahukan kepada keluarganya. “Setelah sampai di rumah, maka sekitar pukul 17.00 WIB, pihak keluarga bersama warga, bersama-sama turun ke lokasi untuk mencari keberadaan Kenzi yang diduga tenggelam di kanal area perkebunan PT PKS yang tergenang banjir tersebut.
“Namun, hingga malam hari, tak kunjung ditemukan. Sehingga pihak keluarga dan warga memutuskan untuk menghentikan upaya pencarian karena hari semakin gelap dan kurangnya penerangan di lokasi,” ujarnya.
Rustam pun melapor kepada Polsubsektor Pelalawan yang kemudian melakukan koordinasi dengan Polairud Polres Pelalawan, BPBD Pelalawan dan Tagana yang langsung turun ke tempat kejadian perkara (TKP). Tim gabungan melakukan penyisiran ke dalam kanal atau parit areal kebun PT PKS.
“Alhamdulillah, Ahad (16/3) sekitar pukul 11.00 WIB, korban berhasil ditemukan sekitar 100 meter dari TKP, dengan kondisi sudah meninggal dunia. Jenazah korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Pelalawan. Hasil visum sementara, tidak ditemukan ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban yang diduga meninggal saat tenggelam,’’ ujarnya.
“Usai dilakukan visum, jenazah korban diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan. Untuk itu, kita terus mengimbau agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya banjir. Khususnya para orang tua agar dapat mengontrol anaknya untuk tidak bermain air di lokasi banjir. Sehingga tidak terjadi hal negatif,” tambahnya.
Di tempat terpisah Kapolres Pelalawan, AKBP Afrizal Asri SIK melalui Kasat Polairud AKP Ade Santoso menjelaskan, orang tua korban yakni Tengku Rustam Efendi dan istri Dewi Priska Ginting tidak memiliki firasat akan kepergian sang anak.
Namun, sebelum kepergiannya menghadap Sang Kuasa, balita itu memiliki perubahan karakter. Yakni dari seorang bocah laki-laki yang lincah dan periang menjadi anak yang tidak agresif atau cenderung banyak diam.
“Kalau cerita orangtunya, korban sebelum menghadap Sang Khalik, korban tak banyak berbicara ataupun beraktivitas dengan lincah seperti biasanya. Bahkan, terlihat cenderung murung. Kalau ditanya bahkan tidak mau bicara. Paling angguk kepala, kalau setuju dan gelengkan kepala kalau tak mau atau tak suka,’’ jelasnya.
“Karena sang ibu merasa khawatir melihat perubahan gelagat sang anak, sehingga meminta suaminya untuk membawa korban jalan-jalan menggunakan sepeda motor sambil mencari kayu bakar untuk memasak. Ya, paling jarak TKP dengan rumah korban sekitar 1 kilometer lebih,” ujar Ade Santoso.
Hanya saja, sambung Kasat Polairud Polres Pelalawan ini, Tengku Rustam terlena dengan permintaan istrinya untuk mencari kayu bakar. Sehingga lalai menjaga anaknya dan meninggalkan korban di atas sepeda motor miliknya di tengah kondisi badan jalan tergenang banjir.
Ade Santoso menambahkan, pihak keluarga dan orang tua korban sepakat untuk tidak mau melakukan autopsi dan bersedia membuat surat pernyataan penolakan autopsi. “Keluarga telah ikhlas menerima kepergian korban,’’ ujarnya.
Sedangkan berdasarkan hasil visum, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. “Untuk itu, kita mengimbau agar para orang tua dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap anak mereka,’’ ujarnya.
‘’Khususnya dalam kondisi banjir yang tengah melanda Negeri Seiya Sekata ini. Artinya, jangan biarkan dan tinggalkan anak-anak bermain air di lokasi banjir sehingga tidak berdampak terhadap hal negatif yang berpotensi menelan korban jiwa,” tambahnya.(amn)