Jumat, 3 Mei 2024

Mengetuk Gerbang Langit

Puasa Ramadan adalah dustur ilahiyah untuk kemasalahan insaniyah yang akan membawa kepada kesejahteraan alam mayapada. Bulan ini penuh rahmat, berkat dan magfirah. Sehingga di sini semua pintu yang bisa membawa manusia ke neraka ditutup, sementara semua gerbang yang mengarah ke surga terbuka lebar.

Keampunan begitu dekat, kemurkaan Allah begitu jauh. Setiap detiknya ada makna, seluruh hari ada arti. Ramadan adalah lautan ilmu, samudera hikmah, dan belantara ilmu pengetahuan. Jarak langit dan bumi yang begitu jauh, di bulan suci ini akan terasa sangat dekat melalui sarana doa.

Yamaha

Sebab Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu doa yang diterima adalah doa mereka yang sedang berpuasa. Maka komunikasi antara manusia dengan Tuhan seyogyanya lebih intens di masa ini. Oleh sebab itu, jangan ada satu malam yang tersisa tanpa mengetuk pintu langit dan menyapa pemilik jagat raya dengan tasbih, takbir, dan tahlil.

Ramadan adalah tarbiyah ruhiyah yang holistic. Di bulan ini manusia diedukasi untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Meminjam ungkapan ahli falsafah dan Sastrawan Mesir Mustafa Sidik al-Rifai (1880-1937) bahwa puasa mendidik dan menumbuhkan rasa kasih sayang sehingga akan menghapuskan eksploitasi manusia terhadap manusia yang hanya berbasis kepentingan, seperti hubungan keledai dengan tuannya.

Baca Juga:  Ramadan di Tengah Badai

Keledai bekerja sekuat tenaga, sementara yang didapatkannya hanya sekadar rumput pengalas perut dari rasa lapar. Keuntungan terbesar justru ada pada manusia pemilik keledai tersebut. Begitulah kehidupan manusia di alam nyata, seringkali manusia memperbudak manusia yang lain, bahkan mandi di lautan keringat dan air mata sesamanya.

- Advertisement -

Pada akhirnya jurang pemisah antara kelompok the have dan the have no sangat terbentang luas. Di sinilah fungsi Ramadan mendidik manusia untuk saling berbagi berbasis keridaan Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.

Training selama satu bulan ini akan memunculkan sifat ukhuwah sejati. Di mana manusia sesungguhnya seperti satu tubuh yang saling melengkapi. Bahkan manusia terbaik justru mereka yang paling banyak memberikan manfaat kepada insan yang lain. Seperti diungkapkan mantan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic (1925-2003), puasa bukan sekadar masalah keimanan, namun juga masalah kepedulian sosial.

- Advertisement -
Baca Juga:  Puasa Melahirkan Insan Tawaduk

Hakikat puasa yang lain adalah humanisasi, di mana manusia menjadi dirinya sendiri dan mampu mengendalikan hawa nafsu agar berjalan sesuai dengan keinginan Tuhannya. Ada kalimat indah yang disampaikan pemikir Islam Mustafa Mahmud (1921-2009) bahwa Allah menciptakan seekor kuda untuk dikendarai manusia, bukan mengendarai manusia.

Begitu jugalah hawa nafsu, dia diciptakan untuk digunakan bukan justru menggunakan manusia. Manusia harus menjadi raja terhadap hawa nafsunya bukan sebaliknya. Adalah sesuatu yang wajar jika dikatakan bahwa melawan hawa nafsu itu adalah satu bentuk dari jihad, seperti hadis Rasulullah SAW: Jihad yang utama itu adalah seseorang yang berjuang terhadap diri sendiri dan hawa nafsu.

Jihad seperti ini tidaklah mudah, maka di samping upaya dan usaha perlu doa. Di sinilah peran mengetuk gerbang langit di bulan Ramadan agar kita menjadi insan bertakwa, mencerahkan, dan mencerdaskan semesta.***






Reporter: Redaksi Riau Pos Riau Pos

Puasa Ramadan adalah dustur ilahiyah untuk kemasalahan insaniyah yang akan membawa kepada kesejahteraan alam mayapada. Bulan ini penuh rahmat, berkat dan magfirah. Sehingga di sini semua pintu yang bisa membawa manusia ke neraka ditutup, sementara semua gerbang yang mengarah ke surga terbuka lebar.

Keampunan begitu dekat, kemurkaan Allah begitu jauh. Setiap detiknya ada makna, seluruh hari ada arti. Ramadan adalah lautan ilmu, samudera hikmah, dan belantara ilmu pengetahuan. Jarak langit dan bumi yang begitu jauh, di bulan suci ini akan terasa sangat dekat melalui sarana doa.

Sebab Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu doa yang diterima adalah doa mereka yang sedang berpuasa. Maka komunikasi antara manusia dengan Tuhan seyogyanya lebih intens di masa ini. Oleh sebab itu, jangan ada satu malam yang tersisa tanpa mengetuk pintu langit dan menyapa pemilik jagat raya dengan tasbih, takbir, dan tahlil.

Ramadan adalah tarbiyah ruhiyah yang holistic. Di bulan ini manusia diedukasi untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Meminjam ungkapan ahli falsafah dan Sastrawan Mesir Mustafa Sidik al-Rifai (1880-1937) bahwa puasa mendidik dan menumbuhkan rasa kasih sayang sehingga akan menghapuskan eksploitasi manusia terhadap manusia yang hanya berbasis kepentingan, seperti hubungan keledai dengan tuannya.

Baca Juga:  Rahasia Puasa dan Kesabaran Batiniah

Keledai bekerja sekuat tenaga, sementara yang didapatkannya hanya sekadar rumput pengalas perut dari rasa lapar. Keuntungan terbesar justru ada pada manusia pemilik keledai tersebut. Begitulah kehidupan manusia di alam nyata, seringkali manusia memperbudak manusia yang lain, bahkan mandi di lautan keringat dan air mata sesamanya.

Pada akhirnya jurang pemisah antara kelompok the have dan the have no sangat terbentang luas. Di sinilah fungsi Ramadan mendidik manusia untuk saling berbagi berbasis keridaan Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.

Training selama satu bulan ini akan memunculkan sifat ukhuwah sejati. Di mana manusia sesungguhnya seperti satu tubuh yang saling melengkapi. Bahkan manusia terbaik justru mereka yang paling banyak memberikan manfaat kepada insan yang lain. Seperti diungkapkan mantan Presiden Bosnia Alija Izetbegovic (1925-2003), puasa bukan sekadar masalah keimanan, namun juga masalah kepedulian sosial.

Baca Juga:  Puasa Ramadan, Kampus Sehat, Aman, dan Nyaman

Hakikat puasa yang lain adalah humanisasi, di mana manusia menjadi dirinya sendiri dan mampu mengendalikan hawa nafsu agar berjalan sesuai dengan keinginan Tuhannya. Ada kalimat indah yang disampaikan pemikir Islam Mustafa Mahmud (1921-2009) bahwa Allah menciptakan seekor kuda untuk dikendarai manusia, bukan mengendarai manusia.

Begitu jugalah hawa nafsu, dia diciptakan untuk digunakan bukan justru menggunakan manusia. Manusia harus menjadi raja terhadap hawa nafsunya bukan sebaliknya. Adalah sesuatu yang wajar jika dikatakan bahwa melawan hawa nafsu itu adalah satu bentuk dari jihad, seperti hadis Rasulullah SAW: Jihad yang utama itu adalah seseorang yang berjuang terhadap diri sendiri dan hawa nafsu.

Jihad seperti ini tidaklah mudah, maka di samping upaya dan usaha perlu doa. Di sinilah peran mengetuk gerbang langit di bulan Ramadan agar kita menjadi insan bertakwa, mencerahkan, dan mencerdaskan semesta.***






Reporter: Redaksi Riau Pos Riau Pos
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari