RIAUPOS.CO – Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Banyak sebutan yang disematkan kepadanya. Ada yang mengatakan bulan siyam, bulan ibadah, bulan ampunan, bulan tarbiah, bulan infak dan sedekah, bulan persaudaraan, bulan Al-Qur’an, bulan dakwah/ilmu pengetahuan, bulan perlombaan dalam berbuat kebaikan, dan sebutan-sebutan lainnya.
Dalam sebuah taujih KH Hilmi Aminuddin (Allah Yarhamhu), beliau menyampaikan kepada kader dakwah (dai) kiat bagaimana mereka menebar pesan Ramadan dengan penuh santun dan hikmah. Bukan dengan marah-marah dan menghina para pendosa misalnya. Oleh karena itu ia ingin dai jadi para penyebar pesan Ramadan yang damai dan sejuk.
Menurutnya, ada beberapa tipe penyampai pesan. Pertama, Khatib Masyarakat. Tumbuhnya al-khotib al-jamahiry (para khatib di masyarakat) yang bersemangat, yaitu mereka yang mampu menyampaikan pesan-pesan Islam dengan jelas dan terang, penuh gairah dan dinamika. Para khatib bersemangat muda yang menyampaikan hikmah (pengetahuan).
Para khutoba ini hendaknya mampu melakukan tahridh (pengerahan massa) dan menumbuhkan tahmis (semangat) berdasarkan iman dan pengetahuan bukan emosi dan kebencian. Kedua, Ahli Fikih Masyarakat atau al faqih asy sya’biy, (orang-orang faqih di tengah masyarakat), yaitu para ulama yang takut pada Allah dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Mereka memberikan bimbingan dan fatwa-fatwa yang lurus dan benar tentang masalah yang dihadapi masyarakat. Menjadi pendidik dan tempat bertanya yang tidak menimbulkan keraguan dan perpecahan. Selalu menghidupkan toleransi antar mazhab yang menjadi titik temu yang mempersatukan umat.
Dari itu ia senantiasa dicintai, didukung dan dibela oleh masyarakatnya. Khotib jamahiriy menjadi pendorong masyarakat ke jalan Allah. Sedang faqih sya’biy membimbing masyarakat dalam jalan Allah. Dia bukan faqih jetset yang memberi fatwa berdasarkan order, tetapi benar-benar menyuarakan pimpinan Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, Kerjasama Sosial atau Al-Amal atau at ta’awuni al khoiriy, (aktivitas kejama’ahan sosial). Tujuan utama dari aktivitas ini adalah memfungsikan masjid-masjid sesuai dengan bimbingan Rasulullah. Untuk itu, harus dibuat kerja sama sosial dengan berbagai lapisan masyarakat untuk mendekatkan umat pada masjid.
Sasaran program ini adalah ta’zizud daiyah, memperkuat para dai sebagai pelopor di berbagai bidang. Para dai kita hendaknya disokong sepenuhnya agar mampu menyantuni massa umat sehingga ia memiliki gengsi dan prestise tinggi yang membuat umat ikut pada arahannya. Biasanya masyarakat kita sangat patuh bila dakwah dimulai dengan santunan yang memperhatikan keperluan mereka.
Keempat, Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Kecil atau masyru’ al iątishodis sya’biy. Gerakan dakwah harus turut meningkatkan taraf ekonomi umat Islam yang pada umumnya masih sangat lemah. Usaha-usaha ekonomi hendaknya usaha yang ringan, mudah dijangkau dan memasyarakat. Berbagai klub perhimpunan atau organisasi ekonomi kecil perlu ditumbuhkan dan dibimbing oleh para dai yang sekaligus menjadi pembimbing rohani mereka.
Sasaran program ini adalah agar masyarakat pendukung dakwah dapat iktifa’dzati (berdikari) di satu sisi dan di sisi lain bisa mengendalikan laju ekonomi secara keseluruhan. Kelima, Media Yang Memasyarakat atau al i’lam as sya’biy, (media yang memasyarakat). Potensi i’lam (media) hendaknya tumbuh dari orang-orang yang memahami akidah, fikrah, dan manhaj (sistem) serta mundhobith (disiplin) kebijaksanaan jemaah, agar pembentukan ro’yul ‘aam (opini umum) sesuai dengan rancangan dakwah.
Sebab, bidang ini merupakan titik rawan akan suatu gerakan dakwah. Pers yang ditumbuhkan dari dalam adalah pers yang terjangkau dan mudah dibaca oleh masyarakat. Bukan penampilan elite yang membuat umat enggan membacanya atau menyedot potensi gerakan dalam mengerjakannya. Yang penting bukan nama besar, tetapi kemampuan menyebar dan meluas dengan cepat dalam berbagai bentuknya yang ringan; buletin, brosur, maklumat, majalah, koran dan aneka bentuk lainnya yang murah dan terjangkau, menyebar dari berbagai sumber.
Selain itu perlu juga menyokong pers umat Islam yang telah ada agar memiliki ruh dan fikroh Islami. Para pakar jemaah dakwah hendaknya menyumbangkan tulisan-tulisan bermutu pada pers yang dimiliki umat Islam. Bila perlu kita mampu menumbuhkan pers kaum muslimin menjadi pers gerakan dakwah. Yaitu pers yang dikendalikan oleh personel gerakan dai kita.
Dalam i’lam sya’bi (media masyarakat) perlu pula dimunculkan pendidikan Islam`melalui radio-radio, televisi dan sebagainya. Tentu melalui thoriqoh (cara) yang mungkin bisa ditempuh dengan tidak meninggalkan unsur-unsur syar’i dalam penyajiannya. Semoga taujih atau arahan serupa ini bermanfaat oleh para dai, pembimbing, dan pengurus lembaga dan masjid dalam melaksanakan pembinaan kepada masyarakat.***
Oleh : Sofyan Siroj Abdul Wahab, Anggota DPRD Riau