Sabtu, 11 Mei 2024

Indonesia Hebat Bersama Umat

Tanggal 3 Januari 1946 menjadi hari bersejarah dan monumental bagi Kementerian Agama. Sebab pada tanggal tersebut lahir Kementerian Agama setelah kementerian-kementerian lain terlebih dahulu hadir paska merdeka. Kini setelah 78 tahun berdiri Kementerian Agama terus memberikan kontribusi untuk kemajuan negeri, dan pada tahun ini dalam memperingati Hari Amal Bakti (HAB) mengusung tema, “Indonesia Hebat Bersama Umat”.

Penggunaan kata umat bukan hanya diksi atau pemilihan kata agar terlihat serasi dengan kata hebat. Tapi bicara umat menyasar kepentingan yang memiliki nilai urgensitas yang prioritas dan kedalaman makna ruhani. Sebab bila bicara umat berkorelasi dengan agama sebagai teras keyakinan umat. Kementerian Agama sebagai entitas penting dari institusi negara telah mengingatkan, bahwa kemajuan bangsa dalam segenap elemen hanya akan bisa dicapai dan dirasakan bila melibatkan umat atau warga bangsa.

Yamaha

Untuk itu membangun umat merupakan faktor elementer dan itu harus menjadi prioritas utama dalam perjalanan pembangunan bangsa. Oleh itu setidaknya ada beberapa hal yang harus terus dipacu dan dilaksanakan pemerintah guna menjana umat yang hebat. Pertama, menghadirkan keadilan bagi semua umat. Rasa keadilan ini penting bagi semua umat beragama di negeri ini. Makna keadilan harus terejawantah dengan baik. Jangan sampai terbentuk tirani minoritas- diktator mayoritas.

Kedua, pembangunan untuk umat. Membangun bangsa tidak bisa dilepaskan dari umat. Menghadirkan pembangunan yang membuat umat jauh dari nilai-nilai agama adalah langkah berbahaya yang hanya akan sia-sia dalam mencapai tujuan bangsa secara bersama. Sebab bagi umat nilai-nilai yang diajarkan agama harus terus dipegang erat. Menghadirkan pembangunan yang akan melahirkan budaya hedonisme, konsumerisme serta kapitalisme hanya akan mencerabut umat dari nilai-nilai agama.

Baca Juga:  Penggerak Ekselerasi Mutu Pendidikan

Oleh itu membangun umat harus menghadirkan nilai-nilai mulia dan menguatkan nilai tersebut terus menjadi panduan umat dan itu harus dicontohkan oleh para pemangku kekuasaan dalam semua lini kebijakan. Ketiga, melibatkan umat dalam mengambil kebijakan. Umat sebagai sasaran pembangunan harus terus dilibatkan dalam mengambil setiap kebijakan. Umat tidak hanya dilihat dalam setiap kontestasi pemilihan, bahkan dijanjikan mimpi indah namun setelah terpilih umat dibiarkan berjalan sendiri bahkan tak jarang banyak kebijakan yang tidak berpihak pada umat.

- Advertisement -

Umat hanya dipandang sebagai komoditi dan lumbung elektoral, namun setelah duduk di kursi kekuasaan umat dibiarkan linglung dalam menyelesaikan kehidupannya sendiri. Keempat, membangun kerukunan umat. Kehadiran sebuah bangsa yang diikat dalam ikrar bersama yang bernama Indonesia haruslah menghadirkan kerukunan. Kerukunan yang disimpai secara bersama-bersama oleh semua eleman anak bangsa.

Sebab, tanpa kerukunan mustahil segala cita-cita bangsa akan terwujud dengan baik. Oleh itu membangun, menjaga dan merawat kerukunan menjadi sebuah keniscayaan yang harus terus menerus hadir dalam denyut nadi kebangsaan. Kejayaan dan kehebatan negeri yang bernama Indonesia tidak bisa berjalan sendiri tanpa melibatkan umat. Sebab umat adalah prasyarat utama bagi sebuah negara bangsa, apatah lagi umat selalu dikaitkan dengan elemen agama sebagai pegangan dasar bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Peralihan dari Labanisasi ke Kapitalisasi pada Era Disrupsi

Menjadikan dan menempatkan umat dalam prioritas pembangunan akan menjadikan bangunan yang bernama Indonesia akan semakin kokoh. Sebaliknya bila umat hanya dijadikan komoditi, maka akan melahirkan apriori dan akan merusak kepercayaan umat. Dalam sebuah negara yang berbilang suku dan agama seperti Indonesia, kerukunan umat menjadi penting dalam perjalanan bangsa.

Sejarah bangsa lain yang berpecah dan terkoyak kerukunannya harus dijadikan ibrah agar tidak terjadi di Indonesia. Hadirnya kerukunan yang ditenun dalam bingkai Indonesia harus benar-benar dijaga bersama dengan menghadirkan keadilan dalam semua elemen kehidupan. Jangan biarkan umat terkoyak dan rusak apatah lagi jauh dari anutan nilai-nilai agama yang dijadikan panduan dalam kehidupan.

Sebagai pengikat bagi Indonesia, umat haruslah semakin kuat. Oleh itu semua elemen bangsa harus berusaha dan menyadari bersama, bahwa kekuatan umat adalah ruh penting dari bangsa ini. Keterbelahan dan keterpecahan umat, apalagi muncul sikap saling antipati antara umat maka akan menjadi alarm berbahaya bagi perjalanan bangsa ini. Bangsa besar ini hanya akan tegak, terus bergerak meraih impian dan menjadi hebat bila bergerak bersama umat, bukan meninggalkan umat apalagi menjadikan umat sebagai batu loncat untuk meraih kekuasaan***

Suhardi Behrouz, Alumnus Pascasarjana UIN Suska Riau

Tanggal 3 Januari 1946 menjadi hari bersejarah dan monumental bagi Kementerian Agama. Sebab pada tanggal tersebut lahir Kementerian Agama setelah kementerian-kementerian lain terlebih dahulu hadir paska merdeka. Kini setelah 78 tahun berdiri Kementerian Agama terus memberikan kontribusi untuk kemajuan negeri, dan pada tahun ini dalam memperingati Hari Amal Bakti (HAB) mengusung tema, “Indonesia Hebat Bersama Umat”.

Penggunaan kata umat bukan hanya diksi atau pemilihan kata agar terlihat serasi dengan kata hebat. Tapi bicara umat menyasar kepentingan yang memiliki nilai urgensitas yang prioritas dan kedalaman makna ruhani. Sebab bila bicara umat berkorelasi dengan agama sebagai teras keyakinan umat. Kementerian Agama sebagai entitas penting dari institusi negara telah mengingatkan, bahwa kemajuan bangsa dalam segenap elemen hanya akan bisa dicapai dan dirasakan bila melibatkan umat atau warga bangsa.

Untuk itu membangun umat merupakan faktor elementer dan itu harus menjadi prioritas utama dalam perjalanan pembangunan bangsa. Oleh itu setidaknya ada beberapa hal yang harus terus dipacu dan dilaksanakan pemerintah guna menjana umat yang hebat. Pertama, menghadirkan keadilan bagi semua umat. Rasa keadilan ini penting bagi semua umat beragama di negeri ini. Makna keadilan harus terejawantah dengan baik. Jangan sampai terbentuk tirani minoritas- diktator mayoritas.

Kedua, pembangunan untuk umat. Membangun bangsa tidak bisa dilepaskan dari umat. Menghadirkan pembangunan yang membuat umat jauh dari nilai-nilai agama adalah langkah berbahaya yang hanya akan sia-sia dalam mencapai tujuan bangsa secara bersama. Sebab bagi umat nilai-nilai yang diajarkan agama harus terus dipegang erat. Menghadirkan pembangunan yang akan melahirkan budaya hedonisme, konsumerisme serta kapitalisme hanya akan mencerabut umat dari nilai-nilai agama.

Baca Juga:  Jerebu Belum Berlalu

Oleh itu membangun umat harus menghadirkan nilai-nilai mulia dan menguatkan nilai tersebut terus menjadi panduan umat dan itu harus dicontohkan oleh para pemangku kekuasaan dalam semua lini kebijakan. Ketiga, melibatkan umat dalam mengambil kebijakan. Umat sebagai sasaran pembangunan harus terus dilibatkan dalam mengambil setiap kebijakan. Umat tidak hanya dilihat dalam setiap kontestasi pemilihan, bahkan dijanjikan mimpi indah namun setelah terpilih umat dibiarkan berjalan sendiri bahkan tak jarang banyak kebijakan yang tidak berpihak pada umat.

Umat hanya dipandang sebagai komoditi dan lumbung elektoral, namun setelah duduk di kursi kekuasaan umat dibiarkan linglung dalam menyelesaikan kehidupannya sendiri. Keempat, membangun kerukunan umat. Kehadiran sebuah bangsa yang diikat dalam ikrar bersama yang bernama Indonesia haruslah menghadirkan kerukunan. Kerukunan yang disimpai secara bersama-bersama oleh semua eleman anak bangsa.

Sebab, tanpa kerukunan mustahil segala cita-cita bangsa akan terwujud dengan baik. Oleh itu membangun, menjaga dan merawat kerukunan menjadi sebuah keniscayaan yang harus terus menerus hadir dalam denyut nadi kebangsaan. Kejayaan dan kehebatan negeri yang bernama Indonesia tidak bisa berjalan sendiri tanpa melibatkan umat. Sebab umat adalah prasyarat utama bagi sebuah negara bangsa, apatah lagi umat selalu dikaitkan dengan elemen agama sebagai pegangan dasar bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya.

Baca Juga:  Aedes ber-Wolbachia, Teknologi Anak Negeri yang Patut Diapresiasi

Menjadikan dan menempatkan umat dalam prioritas pembangunan akan menjadikan bangunan yang bernama Indonesia akan semakin kokoh. Sebaliknya bila umat hanya dijadikan komoditi, maka akan melahirkan apriori dan akan merusak kepercayaan umat. Dalam sebuah negara yang berbilang suku dan agama seperti Indonesia, kerukunan umat menjadi penting dalam perjalanan bangsa.

Sejarah bangsa lain yang berpecah dan terkoyak kerukunannya harus dijadikan ibrah agar tidak terjadi di Indonesia. Hadirnya kerukunan yang ditenun dalam bingkai Indonesia harus benar-benar dijaga bersama dengan menghadirkan keadilan dalam semua elemen kehidupan. Jangan biarkan umat terkoyak dan rusak apatah lagi jauh dari anutan nilai-nilai agama yang dijadikan panduan dalam kehidupan.

Sebagai pengikat bagi Indonesia, umat haruslah semakin kuat. Oleh itu semua elemen bangsa harus berusaha dan menyadari bersama, bahwa kekuatan umat adalah ruh penting dari bangsa ini. Keterbelahan dan keterpecahan umat, apalagi muncul sikap saling antipati antara umat maka akan menjadi alarm berbahaya bagi perjalanan bangsa ini. Bangsa besar ini hanya akan tegak, terus bergerak meraih impian dan menjadi hebat bila bergerak bersama umat, bukan meninggalkan umat apalagi menjadikan umat sebagai batu loncat untuk meraih kekuasaan***

Suhardi Behrouz, Alumnus Pascasarjana UIN Suska Riau

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari