Sabtu, 27 September 2025
spot_img
spot_img

Wah, Trump Sebut Twitter Ancaman Keamanan Nasional AS, Ada Apa?

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan perusahaan teknologi terkemuka Twitter masih berlanjut. Terbaru, Trump menyatakan Twitter sebagai ancaman keamanan nasional AS. 

Pernyataan Trump diucapkan setelah tanda pagar #DiaperDon jadi trending topic di Twitter dalam beberapa hari terakhir. Tanda pagar itu muncul sebagai sindiran bagi sikap Trump yang dinilai kekanak-kanakan karena belum mau menerima kekalahan pada Pilpres AS 2020. 

Namun, Trump tidak mengatakan topik mana yang membuatnya kesal. Dia hanya menyebut Twitter sebagai platform media sosial yang kerap memunculkan topik-topik tidak relevan. 

"Twitter mengirimkan 'tren' yang benar-benar salah dan tidak ada hubungannya dengan apa yang benar-benar sedang tren di dunia. Mereka mengada-ada dan hanya 'barang' negatif," kata Trump dikutip dari The Independent, Ahad (29/11/2020). 

Baca Juga:  Disparbud Janji Promosikan Kuliner Rohul ke Nasional

"Untuk tujuan keamanan nasional, Bagian 230 harus segera diakhiri," tegasnya. 

Perkataan Trump mengacu pada bagian dari undang-undang tahun 1996 yang melindungi situs web dari tuntutan hukum atas konten yang diunggah oleh pengguna.  Setiap perubahan pada perlindungan ini akan mengubah cara kerja internet secara mendasar.

MeidasTouch, komite aksi anti-Trump, mengatakan mereka berada di belakang semaraknya topik  #DiaperDon di Twitter. 

"Kami menjadikan #DiaperDon sebagai tren nomor satu du AS. Trump mengalami kehancuran dan ingin menyatakan tren Twitter sebagai ancaman keamanan nasional," ujarnya. 

Sementara itu, pemimpin Twitter, Jack Dorsey pernah mengatakan di masa lalu bahwa meskipun karyawannya mungkin memiliki bias ke kiri, ini tidak memengaruhi cara Twitter membuat keputusan tentang konten di platform-nya. 

Baca Juga:  DPR dan Pemerintah Sepakat RUU Pesantren Dibawa ke Paripurna

Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan media sosial sebenarnya lebih melayani kaum konservatif dan untuk menghindari bias politik. 

Bukan sekali ini Twitter dan Trump terlibat perseteruan. Di masa kampanye dan pasca-pemilu, Twitter sering menghapus atau menandai sejumlah kicauan Trump yang dianggap menunjukkan kebencian dan kebohongan.

Sumber: The Independent/News/USA Today
Editor: Hary B Koriun

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan perusahaan teknologi terkemuka Twitter masih berlanjut. Terbaru, Trump menyatakan Twitter sebagai ancaman keamanan nasional AS. 

Pernyataan Trump diucapkan setelah tanda pagar #DiaperDon jadi trending topic di Twitter dalam beberapa hari terakhir. Tanda pagar itu muncul sebagai sindiran bagi sikap Trump yang dinilai kekanak-kanakan karena belum mau menerima kekalahan pada Pilpres AS 2020. 

Namun, Trump tidak mengatakan topik mana yang membuatnya kesal. Dia hanya menyebut Twitter sebagai platform media sosial yang kerap memunculkan topik-topik tidak relevan. 

"Twitter mengirimkan 'tren' yang benar-benar salah dan tidak ada hubungannya dengan apa yang benar-benar sedang tren di dunia. Mereka mengada-ada dan hanya 'barang' negatif," kata Trump dikutip dari The Independent, Ahad (29/11/2020). 

Baca Juga:  Pemerintah Harus Terbuka Jika Ditemukan Klaster Covid-19 di Pilkada

"Untuk tujuan keamanan nasional, Bagian 230 harus segera diakhiri," tegasnya. 

- Advertisement -

Perkataan Trump mengacu pada bagian dari undang-undang tahun 1996 yang melindungi situs web dari tuntutan hukum atas konten yang diunggah oleh pengguna.  Setiap perubahan pada perlindungan ini akan mengubah cara kerja internet secara mendasar.

MeidasTouch, komite aksi anti-Trump, mengatakan mereka berada di belakang semaraknya topik  #DiaperDon di Twitter. 

- Advertisement -

"Kami menjadikan #DiaperDon sebagai tren nomor satu du AS. Trump mengalami kehancuran dan ingin menyatakan tren Twitter sebagai ancaman keamanan nasional," ujarnya. 

Sementara itu, pemimpin Twitter, Jack Dorsey pernah mengatakan di masa lalu bahwa meskipun karyawannya mungkin memiliki bias ke kiri, ini tidak memengaruhi cara Twitter membuat keputusan tentang konten di platform-nya. 

Baca Juga:  DPR dan Pemerintah Sepakat RUU Pesantren Dibawa ke Paripurna

Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan media sosial sebenarnya lebih melayani kaum konservatif dan untuk menghindari bias politik. 

Bukan sekali ini Twitter dan Trump terlibat perseteruan. Di masa kampanye dan pasca-pemilu, Twitter sering menghapus atau menandai sejumlah kicauan Trump yang dianggap menunjukkan kebencian dan kebohongan.

Sumber: The Independent/News/USA Today
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Perseteruan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan perusahaan teknologi terkemuka Twitter masih berlanjut. Terbaru, Trump menyatakan Twitter sebagai ancaman keamanan nasional AS. 

Pernyataan Trump diucapkan setelah tanda pagar #DiaperDon jadi trending topic di Twitter dalam beberapa hari terakhir. Tanda pagar itu muncul sebagai sindiran bagi sikap Trump yang dinilai kekanak-kanakan karena belum mau menerima kekalahan pada Pilpres AS 2020. 

Namun, Trump tidak mengatakan topik mana yang membuatnya kesal. Dia hanya menyebut Twitter sebagai platform media sosial yang kerap memunculkan topik-topik tidak relevan. 

"Twitter mengirimkan 'tren' yang benar-benar salah dan tidak ada hubungannya dengan apa yang benar-benar sedang tren di dunia. Mereka mengada-ada dan hanya 'barang' negatif," kata Trump dikutip dari The Independent, Ahad (29/11/2020). 

Baca Juga:  Menko Perekonomian Airlangga: Perluasan Industri Dorong Pusat Ekonomi Baru

"Untuk tujuan keamanan nasional, Bagian 230 harus segera diakhiri," tegasnya. 

Perkataan Trump mengacu pada bagian dari undang-undang tahun 1996 yang melindungi situs web dari tuntutan hukum atas konten yang diunggah oleh pengguna.  Setiap perubahan pada perlindungan ini akan mengubah cara kerja internet secara mendasar.

MeidasTouch, komite aksi anti-Trump, mengatakan mereka berada di belakang semaraknya topik  #DiaperDon di Twitter. 

"Kami menjadikan #DiaperDon sebagai tren nomor satu du AS. Trump mengalami kehancuran dan ingin menyatakan tren Twitter sebagai ancaman keamanan nasional," ujarnya. 

Sementara itu, pemimpin Twitter, Jack Dorsey pernah mengatakan di masa lalu bahwa meskipun karyawannya mungkin memiliki bias ke kiri, ini tidak memengaruhi cara Twitter membuat keputusan tentang konten di platform-nya. 

Baca Juga:  Menag Diminta Hati-Hati soal Rencana Afirmasi Syiah dan Ahmadiyah

Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa perusahaan media sosial sebenarnya lebih melayani kaum konservatif dan untuk menghindari bias politik. 

Bukan sekali ini Twitter dan Trump terlibat perseteruan. Di masa kampanye dan pasca-pemilu, Twitter sering menghapus atau menandai sejumlah kicauan Trump yang dianggap menunjukkan kebencian dan kebohongan.

Sumber: The Independent/News/USA Today
Editor: Hary B Koriun

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari