Rabu, 16 Juli 2025

Selain Dokter, Bidan pun Tinggalkan Wamena Pasca Kerusuhan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjanti mengaku tengah berkoordinasi dengan IBI di Papua dan Papua Barat terkait jumlah bidan yang meminta evakuasi.

”Data yang kami punya tidak memilah mana yang asli Papua dan pendatang,” ujarnya.

Besok (30/9) diharapkan data sudah final. Dengan begitu, IBI bisa memetakan dan menghubungi bidan bersangkutan. ”Selama ini bidan yang ke Papua biasanya dari program Nusantara Sehat,” ucap Emi. Nusantara Sehat merupakan program Kemenkes untuk memeratakan tenaga kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati juga menyatakan, jumlah tenaga medis di Papua dan Papua Barat tengah didata. ”Kemenkes akan menyurati panglima TNI untuk membantu dan melindungi tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat,” ungkapnya.

Baca Juga:  Jokowi Ingin RS di Pulau Galang untuk Penanganan Virus Corona

Situasi Terkini
Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

Baca Juga:  Keluar Masuk Kota Dumai Diperketat

Terkait kasus kerusuhan itu, Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme kembali,” imbuhnya.

 

Sumber: Jawapos.com

 

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjanti mengaku tengah berkoordinasi dengan IBI di Papua dan Papua Barat terkait jumlah bidan yang meminta evakuasi.

”Data yang kami punya tidak memilah mana yang asli Papua dan pendatang,” ujarnya.

Besok (30/9) diharapkan data sudah final. Dengan begitu, IBI bisa memetakan dan menghubungi bidan bersangkutan. ”Selama ini bidan yang ke Papua biasanya dari program Nusantara Sehat,” ucap Emi. Nusantara Sehat merupakan program Kemenkes untuk memeratakan tenaga kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati juga menyatakan, jumlah tenaga medis di Papua dan Papua Barat tengah didata. ”Kemenkes akan menyurati panglima TNI untuk membantu dan melindungi tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat,” ungkapnya.

Baca Juga:  Selama Sepekan, Kampus Unilak Ditutup

Situasi Terkini
Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

- Advertisement -

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Positif Negatif

Terkait kasus kerusuhan itu, Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme kembali,” imbuhnya.

 

Sumber: Jawapos.com

 

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjanti mengaku tengah berkoordinasi dengan IBI di Papua dan Papua Barat terkait jumlah bidan yang meminta evakuasi.

”Data yang kami punya tidak memilah mana yang asli Papua dan pendatang,” ujarnya.

Besok (30/9) diharapkan data sudah final. Dengan begitu, IBI bisa memetakan dan menghubungi bidan bersangkutan. ”Selama ini bidan yang ke Papua biasanya dari program Nusantara Sehat,” ucap Emi. Nusantara Sehat merupakan program Kemenkes untuk memeratakan tenaga kesehatan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati juga menyatakan, jumlah tenaga medis di Papua dan Papua Barat tengah didata. ”Kemenkes akan menyurati panglima TNI untuk membantu dan melindungi tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat,” ungkapnya.

Baca Juga:  Jokowi Ingin RS di Pulau Galang untuk Penanganan Virus Corona

Situasi Terkini
Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

Baca Juga:  Ahli Hukum: Tak Kembalikan Uang Jual-Beli yang Sah adalah Penggelapan

Terkait kasus kerusuhan itu, Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme kembali,” imbuhnya.

 

Sumber: Jawapos.com

 

Editor: E Sulaiman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari