Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Delapan Meninggal, Ribuan Mengungsi

PADANG (RIAUPOS.CO) -Gempa berkekuatan 6,1 Magnitudo mengejutkan warga Pasaman dan Pasaman Barat (Pasbar) di Sumatera Barat (Sumbar).  Data sementara dari PUSDALOPS BNPB RI hingga malam tadi (25/2) mencatat 8 orang meninggal dunia, 3 dari Pasbar dan lima dari Pasaman, 85 orang luka-luka. Sementara itu, ribuan warga di dua kabupaten tersebut memilih mengungsi hingga situasi aman.

Kerusakan fisik juga terlihat di sejumlah bangunan di Pasaman dan Pasbar. Ratusan rumah dan sejumlah perkantoran rusak. Bahkan, di beberapa lokasi terjadi longsor. BPBD Pasaman menyebut sekitar 5.000 warga mengungsi di 35 titik. Saat ini petugas masih memerinci jumlah pasti warga yang mengungsi.

"Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, para personel organisasi maupun relawan, dan warga masih memfokuskan pada pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pelayanan kepada warga terdampak," kata Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Alim Bazar. Dari delapan yang meninggal, lima berasal dari Pasaman.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Jumaidi menambahkan, tiga orang meninggal akibat gempa tercatat di Pasbar. Lokasi yang terdampak gempa adalah Kecamatan Kinali, Talamau, dan lainnya. Longsor terjadi di Bukit Lintang dan Nagari Malampah. Warga yang luka ringan sebanyak 50 orang dan luka berat 10 orang. Jumlah bangunan rusak berat mencapai seratusan unit.

Menyikapi gempa itu, Bupati Pasbar Hamsuardi telah menetapkan masa tanggap darurat bencana alam selama 14 hari. Terhitung kemarin sampai 10 Maret.

Para pengungsi saat ini memerlukan bantuan. Warga Talamau, misalnya, memerlukan tenda pengungsian (tenda barak dan tenda keluarga), terpal, tenaga kesehatan, dapur umum, makanan siap saji, air minum, selimut, tikar, dan family kit.

"Pihak PMI Kabupaten Pasaman Barat bersama stakeholder sudah mendirikan pos kesehatan di Puskesmas Kajai dan Puskesmas Talu beserta dapur umum," ujar Kepala Markas PMI Pasbar Rida Warsa.

Baca Juga:  Merantau dari Jogja ke Pekanbaru Mencari Anak, Kini jadi Pemulung

Merespons gempa tersebut, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto telah memerintahkan tim reaksi cepat (TRC) BNPB untuk melakukan kaji cepat situasi dan kebutuhan, serta memberikan pendampingan penanganan darurat di Sumbar. Suharyanto dan jajarannya juga akan bertolak ke Sumbar untuk meninjau lokasi terdampak dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk memastikan penanganan darurat berjalan efektif.

Gempa bumi tektonik dengan kekuatan M6,1 yang terjadi di Pasaman dan Pasbar, merupakan jenis gempa kerak dangkal. Menurut pantauan dan data BMKG, jenis ini akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar sumatera, tepatnya segmen Angkola bagian selatan. Segmen ini berpotensi mengeluarkan gempa hingga Magnitudo (M)7,6.

Lantas apa yang dimaksud sesar besar sumatera segmen Angkola? Kepala BMKG RI Prof Ir Dwikorita Karnawita MSc PhD menjelaskan gempa segmen ini merupakan rangkaian panjang kejadian gempa yang terjadi di Sumatera Barat.

"Jadi, gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini jenisnya gempa kerak dangkal, akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar Sumatera, tepatnya pada segmen angkola bagian selatan. Berdasarkan hasil analisis, gempa memiliki pergerakan geser," jelas Dwikorita dalam keterangan pers di kanal resmi BMKG RI.

Perihal gempa yang terjadi Jumat pagi, diungkapkan Dwikorita merupakan gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,2 pukul 08:29 WIB di wilayah Talamau.

"Parameter M6,2 dan di-update M6,1 berlokasi di darat, kedalaman pusat gempa 10 kilometer," tambahnya.

Guncangannya, sambung Dwikorita dirasakan di Pasbar dengan skala intensitas V MMI atau dirasakan semua penduduk, kebanyakan semua terkejut dan lari keluar. Kemudian juga dirasakan di Agam, Bukittinggi, Padang Panjang dengan skala dirasakan IV MMI atau dirasakan banyak orang dari rumah.

Kemudian dirasakan di Padang, Payakumbuh, Aek Godang dan Gunung Sitoli, dirasakan III MMI atau seakan truk berlalu. Kemudian dirasakan di Pesisir Selatan, Rantau Prapat, Nias Selatan, Bangkinang, dengan skala intensitas II MMI atau getaran hanya dirasakan beberapa orang dan benda-benda bergantung bergoyang.

Baca Juga:  Masyarakat Antusias Melakukan Penyembelihan Hewan Kurban

"Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Dan segmen Angkola di daerah Sumbar ini, memiliki sejarah gempa cukup panjang," kata Kepala BMKG.

Gempa Pasman, masih dijelaskan Dwikorita merupakan gempa kesepuluh atau setelah sembilan kejadian gempa terjadi di Sumbar sejak 1835. BMKG mencatat segmen ini, atau segmen angkola mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga 7,6.

"Hari ini (kemarin, red) 6,1, artinya belum sepenuhnya terlepas. Artinya kita memang sepatutnya waspada dengan cara mitigasi yang tepat, terutama penataan bangunan standar gempa bumi dan kewaspadaan gempa lainnya," imbaunya.

Menurut Dwikorita, gempa yang terjadi kemarin adalah gempa setelah sembilan kejadian, atau yang ke-10. Diawali gempa yang terjadi pada tahun 1835. BMKG mencatat segmen ini, atau segmen angkola ini, mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga 7,6. Hingga pukul 10.00 WIB, menurutnya terjadi 15 kali gempa susulan dengan M4,2 terbesar untuk susulan. Sebelum M6,1 sudah ada gempa bumi pendahuluan, dengan M5,2.

Gempa ini memiliki tipe dua, yaitu jenis gempa yang diawali dengan gempa pembuka, dan kemudian gempa utama dan diikuti gempa susulan.

"Kami merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang, dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, mohon menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa, terutama menghindari tebing atau lereng karena gempa susulan berpotensi runtuhnya batuan atau longsor. Pastikan dan periksa bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG, melalui kanal resmi yang sudah terverifikasi," pesannya.(eko/rid/tau/egp/jpg/rpg/ted)

Laporan: RPG, Padang

 

PADANG (RIAUPOS.CO) -Gempa berkekuatan 6,1 Magnitudo mengejutkan warga Pasaman dan Pasaman Barat (Pasbar) di Sumatera Barat (Sumbar).  Data sementara dari PUSDALOPS BNPB RI hingga malam tadi (25/2) mencatat 8 orang meninggal dunia, 3 dari Pasbar dan lima dari Pasaman, 85 orang luka-luka. Sementara itu, ribuan warga di dua kabupaten tersebut memilih mengungsi hingga situasi aman.

Kerusakan fisik juga terlihat di sejumlah bangunan di Pasaman dan Pasbar. Ratusan rumah dan sejumlah perkantoran rusak. Bahkan, di beberapa lokasi terjadi longsor. BPBD Pasaman menyebut sekitar 5.000 warga mengungsi di 35 titik. Saat ini petugas masih memerinci jumlah pasti warga yang mengungsi.

- Advertisement -

"Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, para personel organisasi maupun relawan, dan warga masih memfokuskan pada pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pelayanan kepada warga terdampak," kata Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Alim Bazar. Dari delapan yang meninggal, lima berasal dari Pasaman.

Kepala Pelaksana BPBD Sumbar Jumaidi menambahkan, tiga orang meninggal akibat gempa tercatat di Pasbar. Lokasi yang terdampak gempa adalah Kecamatan Kinali, Talamau, dan lainnya. Longsor terjadi di Bukit Lintang dan Nagari Malampah. Warga yang luka ringan sebanyak 50 orang dan luka berat 10 orang. Jumlah bangunan rusak berat mencapai seratusan unit.

- Advertisement -

Menyikapi gempa itu, Bupati Pasbar Hamsuardi telah menetapkan masa tanggap darurat bencana alam selama 14 hari. Terhitung kemarin sampai 10 Maret.

Para pengungsi saat ini memerlukan bantuan. Warga Talamau, misalnya, memerlukan tenda pengungsian (tenda barak dan tenda keluarga), terpal, tenaga kesehatan, dapur umum, makanan siap saji, air minum, selimut, tikar, dan family kit.

"Pihak PMI Kabupaten Pasaman Barat bersama stakeholder sudah mendirikan pos kesehatan di Puskesmas Kajai dan Puskesmas Talu beserta dapur umum," ujar Kepala Markas PMI Pasbar Rida Warsa.

Baca Juga:  PKB Sodorkan Sepuluh Nama

Merespons gempa tersebut, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto telah memerintahkan tim reaksi cepat (TRC) BNPB untuk melakukan kaji cepat situasi dan kebutuhan, serta memberikan pendampingan penanganan darurat di Sumbar. Suharyanto dan jajarannya juga akan bertolak ke Sumbar untuk meninjau lokasi terdampak dan berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk memastikan penanganan darurat berjalan efektif.

Gempa bumi tektonik dengan kekuatan M6,1 yang terjadi di Pasaman dan Pasbar, merupakan jenis gempa kerak dangkal. Menurut pantauan dan data BMKG, jenis ini akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar sumatera, tepatnya segmen Angkola bagian selatan. Segmen ini berpotensi mengeluarkan gempa hingga Magnitudo (M)7,6.

Lantas apa yang dimaksud sesar besar sumatera segmen Angkola? Kepala BMKG RI Prof Ir Dwikorita Karnawita MSc PhD menjelaskan gempa segmen ini merupakan rangkaian panjang kejadian gempa yang terjadi di Sumatera Barat.

"Jadi, gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini jenisnya gempa kerak dangkal, akibat sesar aktif atau patahan aktif sesar besar Sumatera, tepatnya pada segmen angkola bagian selatan. Berdasarkan hasil analisis, gempa memiliki pergerakan geser," jelas Dwikorita dalam keterangan pers di kanal resmi BMKG RI.

Perihal gempa yang terjadi Jumat pagi, diungkapkan Dwikorita merupakan gempa bumi tektonik dengan kekuatan 6,2 pukul 08:29 WIB di wilayah Talamau.

"Parameter M6,2 dan di-update M6,1 berlokasi di darat, kedalaman pusat gempa 10 kilometer," tambahnya.

Guncangannya, sambung Dwikorita dirasakan di Pasbar dengan skala intensitas V MMI atau dirasakan semua penduduk, kebanyakan semua terkejut dan lari keluar. Kemudian juga dirasakan di Agam, Bukittinggi, Padang Panjang dengan skala dirasakan IV MMI atau dirasakan banyak orang dari rumah.

Kemudian dirasakan di Padang, Payakumbuh, Aek Godang dan Gunung Sitoli, dirasakan III MMI atau seakan truk berlalu. Kemudian dirasakan di Pesisir Selatan, Rantau Prapat, Nias Selatan, Bangkinang, dengan skala intensitas II MMI atau getaran hanya dirasakan beberapa orang dan benda-benda bergantung bergoyang.

Baca Juga:  Israel Serang Masjid Al Aqsa

"Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Dan segmen Angkola di daerah Sumbar ini, memiliki sejarah gempa cukup panjang," kata Kepala BMKG.

Gempa Pasman, masih dijelaskan Dwikorita merupakan gempa kesepuluh atau setelah sembilan kejadian gempa terjadi di Sumbar sejak 1835. BMKG mencatat segmen ini, atau segmen angkola mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga 7,6.

"Hari ini (kemarin, red) 6,1, artinya belum sepenuhnya terlepas. Artinya kita memang sepatutnya waspada dengan cara mitigasi yang tepat, terutama penataan bangunan standar gempa bumi dan kewaspadaan gempa lainnya," imbaunya.

Menurut Dwikorita, gempa yang terjadi kemarin adalah gempa setelah sembilan kejadian, atau yang ke-10. Diawali gempa yang terjadi pada tahun 1835. BMKG mencatat segmen ini, atau segmen angkola ini, mampu melepaskan energi dan membangkitkan gempa hingga 7,6. Hingga pukul 10.00 WIB, menurutnya terjadi 15 kali gempa susulan dengan M4,2 terbesar untuk susulan. Sebelum M6,1 sudah ada gempa bumi pendahuluan, dengan M5,2.

Gempa ini memiliki tipe dua, yaitu jenis gempa yang diawali dengan gempa pembuka, dan kemudian gempa utama dan diikuti gempa susulan.

"Kami merekomendasikan kepada masyarakat agar tetap tenang, dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, mohon menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa, terutama menghindari tebing atau lereng karena gempa susulan berpotensi runtuhnya batuan atau longsor. Pastikan dan periksa bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG, melalui kanal resmi yang sudah terverifikasi," pesannya.(eko/rid/tau/egp/jpg/rpg/ted)

Laporan: RPG, Padang

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari