JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Aksi massa menolak UU KPK dan RUU KUHP di sekitar kompleks DPR-MPR, Senayan, Jakarta Pusat, berakhir ricuh. Bentrokan antara mahasiswa dengan aparat kepolisian itu pun tak terelakkan sejak Selasa (24/9) sore hingga malam ini.
Imbasnya, sejumlah korban luka berjatuhan. Malahan puluhan korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.
Pantauan JawaPos.com di lapangan, hingga pukul 22.16, terdapat puluhan korban luka-luka dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPP. Dari luar ruang IGD tampak sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas mengenakan jas almamater mereka.
Sementara berdasarkan informasi dari papan petunjuk informasi pasien yang terpampang di depan IGD, terdapat 80 pasien korban aksi massa tersebut. Tak lama berselang, masuk kembali ambulans yang membawa satu lagi korban bentrokan, sehingga total menjadi 81 orang.
Sania Pradina, salah satu peserta aksi yang menjadi korban mengalami luka patah di bagian telapak kaki kirinya.
"Tulangnya keluar, tadi saat sedang lari-lari terinjak, terus dilarikan ke sini," ujarnya sembari menggenggam hasil foto rontgen.
Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengaku dia bersama teman-temannya melakukan perjalanan menuju kompleks DPR-MPR sejak siang hari. Sore hari sekira pukul 17.00, massa mulai dipukul mundur oleh aparat.
"Belum pukul 18.00 kita sudah dipukul mundur. Sudah ditembaki gas air mata. Kita posisi di sekitar gedung TVRI. Ada juga yang di barisan depan. Ini salah SOP, belum waktunya bubar sudah dibubarkan," tuturnya.
Dia mengaku tinggal sendiri di kost-kostan dekat kampusnya yang terletak di bilangan Tangerang Selatan. Sania juga sudah diperbolehkan pulang oleh tim dokter IGD RSPP untuk melakukan rawat jalan di rumah.
"Malam ini pulang ke kost dulu. Orang tua sudah tahu. Sudah dikabari. Panik juga sih, tapi ini kan ada teman-teman," tegasnya sembari didorong di kursi roda oleh teman-temannya.
Sementara korban lainnya, Dika (20), mahasiswa Universitas Budi Luhur menuturkan, kondisi mulai kacau ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah para demonstran. Kondisi carut marut itu akhirnya membuat Dika terkena lemparan batu di pipinya hingga memar cukup serius.
"Saya waktu unjuk rasa ada di depan gerbang. Saya langsung lari ke arah TVRI dalam keadaan sesak napas. Yang pingsan juga banyak. Saya kena timpuk di bagian pipi. Di sebelah saya ada mahasiswa UI pelipisnya bocor," katanya.
Mahasiswa Budi Luhur lainnya, Wahyu (21), menambahkan bahwa ia terpaksa dilarikan ke IGD RSPP karena tenggorokannya terasa seperti terbakar akibat gas air mata. Hal senada diungkapkan Fahmi (21), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta.
"Ada ratusan mahasiswa terkena gas air mata sampai tidak bisa napas. Ini di IGD RSPP banyak yang dibawa dari sana (DPR, Red). Gas air matanya ini perih sekali. Di hidung tajam, mata perih dan di kulit juga panas," keluh Fahmi.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi