Sabtu, 8 November 2025
spot_img

Kerja Sama Strategis: PLN Suplai Energi KRI, Dukung Pertahanan Laut Indonesia

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – TNI Angkatan Laut (TNI AL) menjalin kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan onshore electric connection di Koarmada II Surabaya. Melalui layanan ini, kapal perang Indonesia yang bersandar di dermaga dapat langsung memanfaatkan aliran listrik PLN, sehingga lebih hemat energi sekaligus mendukung transisi menuju Indonesia bebas emisi karbon.

Asisten Logistik KSAL, Laksamana Muda TNI Eko Sunarjanto, menilai kehadiran PLN bukan sekadar soal teknis penyediaan energi. Menurutnya, sinergi ini adalah langkah strategis yang sejalan dengan visi memperkuat pertahanan maritim sekaligus menghadirkan efisiensi. “Dibandingkan genset berbahan bakar solar, pemanfaatan listrik PLN jauh lebih efisien, hemat biaya, dan ramah lingkungan,” jelasnya, Kamis (18/9).

Baca Juga:  Sebelum Vaksin Covid-19 Ditemukan, Status Lockdown Bakal Terus Berulang

Koarmada II sendiri memegang peran penting dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia. Armada ini didukung kapal perang modern, termasuk frigate terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-320. Kapal-kapal semacam ini membutuhkan suplai energi besar, stabil, dan ramah lingkungan. Di sinilah inovasi PLN hadir memberi solusi.

Hasil perhitungan menunjukkan, pemanfaatan listrik PLN mampu memangkas biaya operasional kapal hingga 56 persen dibandingkan penggunaan genset solar. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut kolaborasi ini sebagai lompatan penting. “Kami bangga bisa mendukung misi TNI AL dan Kementerian Pertahanan dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia,” ucapnya.

Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menjelaskan, kebutuhan energi kapal perang berbeda dengan rumah tangga atau pelanggan industri biasa. Jika listrik rumah tangga menggunakan tegangan rendah 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz, kapal perang membutuhkan daya hingga 1.500 kW dengan tegangan 690 Volt dan frekuensi 60 Hz. Karena itu, PLN menyesuaikan pelayanan secara khusus untuk armada laut.

Baca Juga:  Penambangan Emas Ilegal di Desa Rantau Sialang Kuansing Mulai Marak

Ke depan, sinergi ini diharapkan menjadi tonggak bagi elektrifikasi maritim yang lebih luas. PLN melihat langkah ini sebagai bagian dari roadmap transisi energi menuju target Net Zero Emissions 2060 atau bahkan lebih cepat.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – TNI Angkatan Laut (TNI AL) menjalin kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan onshore electric connection di Koarmada II Surabaya. Melalui layanan ini, kapal perang Indonesia yang bersandar di dermaga dapat langsung memanfaatkan aliran listrik PLN, sehingga lebih hemat energi sekaligus mendukung transisi menuju Indonesia bebas emisi karbon.

Asisten Logistik KSAL, Laksamana Muda TNI Eko Sunarjanto, menilai kehadiran PLN bukan sekadar soal teknis penyediaan energi. Menurutnya, sinergi ini adalah langkah strategis yang sejalan dengan visi memperkuat pertahanan maritim sekaligus menghadirkan efisiensi. “Dibandingkan genset berbahan bakar solar, pemanfaatan listrik PLN jauh lebih efisien, hemat biaya, dan ramah lingkungan,” jelasnya, Kamis (18/9).

Baca Juga:  PLN Salurkan Lampu Emergency

Koarmada II sendiri memegang peran penting dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia. Armada ini didukung kapal perang modern, termasuk frigate terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-320. Kapal-kapal semacam ini membutuhkan suplai energi besar, stabil, dan ramah lingkungan. Di sinilah inovasi PLN hadir memberi solusi.

Hasil perhitungan menunjukkan, pemanfaatan listrik PLN mampu memangkas biaya operasional kapal hingga 56 persen dibandingkan penggunaan genset solar. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut kolaborasi ini sebagai lompatan penting. “Kami bangga bisa mendukung misi TNI AL dan Kementerian Pertahanan dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia,” ucapnya.

Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menjelaskan, kebutuhan energi kapal perang berbeda dengan rumah tangga atau pelanggan industri biasa. Jika listrik rumah tangga menggunakan tegangan rendah 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz, kapal perang membutuhkan daya hingga 1.500 kW dengan tegangan 690 Volt dan frekuensi 60 Hz. Karena itu, PLN menyesuaikan pelayanan secara khusus untuk armada laut.

- Advertisement -
Baca Juga:  Manajemen PLN UID Riau dan Kepri Kunjungi Riau Pos

Ke depan, sinergi ini diharapkan menjadi tonggak bagi elektrifikasi maritim yang lebih luas. PLN melihat langkah ini sebagai bagian dari roadmap transisi energi menuju target Net Zero Emissions 2060 atau bahkan lebih cepat.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – TNI Angkatan Laut (TNI AL) menjalin kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan onshore electric connection di Koarmada II Surabaya. Melalui layanan ini, kapal perang Indonesia yang bersandar di dermaga dapat langsung memanfaatkan aliran listrik PLN, sehingga lebih hemat energi sekaligus mendukung transisi menuju Indonesia bebas emisi karbon.

Asisten Logistik KSAL, Laksamana Muda TNI Eko Sunarjanto, menilai kehadiran PLN bukan sekadar soal teknis penyediaan energi. Menurutnya, sinergi ini adalah langkah strategis yang sejalan dengan visi memperkuat pertahanan maritim sekaligus menghadirkan efisiensi. “Dibandingkan genset berbahan bakar solar, pemanfaatan listrik PLN jauh lebih efisien, hemat biaya, dan ramah lingkungan,” jelasnya, Kamis (18/9).

Baca Juga:  Pusat Ekosistem Transisi Energi dan Layanan Digital di Jantung IKN

Koarmada II sendiri memegang peran penting dalam menjaga kedaulatan laut Indonesia. Armada ini didukung kapal perang modern, termasuk frigate terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-320. Kapal-kapal semacam ini membutuhkan suplai energi besar, stabil, dan ramah lingkungan. Di sinilah inovasi PLN hadir memberi solusi.

Hasil perhitungan menunjukkan, pemanfaatan listrik PLN mampu memangkas biaya operasional kapal hingga 56 persen dibandingkan penggunaan genset solar. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut kolaborasi ini sebagai lompatan penting. “Kami bangga bisa mendukung misi TNI AL dan Kementerian Pertahanan dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia,” ucapnya.

Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menjelaskan, kebutuhan energi kapal perang berbeda dengan rumah tangga atau pelanggan industri biasa. Jika listrik rumah tangga menggunakan tegangan rendah 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz, kapal perang membutuhkan daya hingga 1.500 kW dengan tegangan 690 Volt dan frekuensi 60 Hz. Karena itu, PLN menyesuaikan pelayanan secara khusus untuk armada laut.

Baca Juga:  Perbaikan Transmisi Listrik Perlu 11 Jam, 5 Provinsi Termasuk Riau Terdampak

Ke depan, sinergi ini diharapkan menjadi tonggak bagi elektrifikasi maritim yang lebih luas. PLN melihat langkah ini sebagai bagian dari roadmap transisi energi menuju target Net Zero Emissions 2060 atau bahkan lebih cepat.

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari