Rabu, 8 Mei 2024

dr. Elly Anggreny Ang, SpKJ

Terapi Relaksasi, Rahasia Hidup Sehat di Zaman Ini  

Stres dalam sehari-hari diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental, sosial dan perilaku seseorang. Stres melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya.

Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidakmampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan, atau tekanandari sekelilingnya yang berakibat pada fisik, mental, maupun perilakunya.

Yamaha

Stres adalah hal yang normal yang dapat muncul dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita berhadapan dengan peristiwa yang penuh tantangan dan tekanan yang mungkin berasal dari lingkungan sekitar atau tempat kerja, kesehatan, keluarga, pekerjaan, konflik interpersonal atau karena mengalami peristiwa yang traumatik.

Menurut Sarafino stresmerupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut.

Stres yang muncul terus menerus, berlangsung lama dan tak ditangani dengan baik akan mengancam kesehatandan kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita mengalami stress maka tubuh akan memberikan reaksi-reaksi berupa reaksifisik dan psikologis.

- Advertisement -

Penyakit-penyakit fisik dan kondisiseperti jantung, stroke, cedera, cancer, bronchitis kronis, Iritable Bowel Syndrome, bunuh diri, insomnia dan nyerisering berhubungan  dengan stres sedangkan gejala psikisyang sering ditemukan adalah kecemasan dan depresi.

Stres akan mengaktifkan sistem saraf simpatik dan endokrin dari tubuh kita. Efek stress akan berdampak pada aliran darah ke otot dan otak, gula darah dan lemak, kewaspadaan yang meningkat pada penglihatan dan pendengaran, gangguan tidur, peningkatan laju pernafasan, gangguan pencernaan serta sistem imunitas.

- Advertisement -

Individu dengan tipe kepribadian A (terburu-buru, kurang sabar, ingin selalu dalam kondisi yang diinginkan, sulit menerima penolakan, kompetitif, ambisius), jenis kelamin lelaki, adanya riwayat keluarga, kecerdasan emosional yang rendah dan beban kerja adalah lebih rentan untuk mengalami stres dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres.

Berhubungan dengan beban kerja (job stress/overload), menurut salah satu sumber dari Kementerian BUMN, 70 persen generasi muda memiliki problem dengan Mental Health sehingga perlunya saat ini untuk melakukan compressed working schedule dan perlunya dilakukanintervensi-intervensi untuk investasi kita di human capital ini.

Pada fase awal (first-stage symptoms) individu cenderung menunjukkan gejala perilaku yang berhubungan dengan stresnya seperti mudah tersinggung, sulit membuatkeputusan, kehilangan sense of humour, sulit konsentrasi, merasa tak mampu mengatasi stresnya, mudah menangis, tak tertarik dengan kegiatan lain dan merasa lelah.

Jika sumber pencetus stres berlanjut maka individu akanmemasuki fase ke dua (second-stage symptoms) dengan keluhan-keluhan fisik seperti berkurangnya selera makan, sakit kepala, mual, eksim, flu, sulit tidur, diare, sembelit, merasa dada sering terasa panas/terbakar, keringat berlebihan, makan berlebihan ketika tertekan, kram pada otot, nyeri, pingsan atau sulit bernafas.

Baca Juga:  RS Awal Bros Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Stress yang berlangsung panjang dan semakin berat dan kurangnya daya kemampuan untuk mengatasi (coping) akan menimbulkan gejala-gejala dan dampak yang semakin burukdan serius pada fase ketiga (third-stage symptoms).

Walaupun stres tak terhindarkan namun stress yang berlangsung lama/kronis dapat menimbulkan masalahkesehatan fisik, mental, sosial dan rohani. Stigma yang berhubungan dengan munculnya gangguan kecemasan, depresi dan beberapa gangguan mental yang terkait dengan stress sering membuat seseorang terlambat atau menolak dalam mencari bantuan.

Diperlukan upaya-upaya intervensi yang dapat mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan (eustress) ,untuk membangun faktor protektif alamiah diri , membangunresiliensi diri, dan menjaga keseimbangan fisiologis dan psikologis tubuh kita sehingga sehat yang menurut WHO (World Health Organization) ada 4 yaitu sehat fisik, jiwa/mental, sosial dan rohani itu dapat tercapai.

Relaksasi
Kehidupan memang penuh dengan peristiwa-peristiwa pemicu stress yang terkadang membuat kita sulit mengalihkan pikiran dan untuk rileks. Zaman now dengan ritme kehidupan yang serba cepat, kompetitif membuat kita terbiasa menekankan kepada diri sendiri atau kepada orang lain untuk terus melakukan sesuatu dan harus harus harus.

Ketika kita terlalu banyak mencemaskan hal-hal di masa depan maka kitaakan mudah merasa cemas dan sulit rileks. Relaksasi atau rileks adalah jeda yang kita dan setiaporang butuhkan, bermanfaat dan mendukung dan mempromosikan kesehatan mental.

Relaksasi menurunkan stres karena memberikan kesempatan tubuh beregenerasi dan pulih, meningkatkan imunitas tubuh, menenangkan pikiran dan merasa nyaman karena  berada di gelombang otak alfa dan beta.

Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi merupakan salah satu upaya dan intervensi yang dapat mengatasi dan menurunkan stres. Terapi relaksasi adalah suatu teknik relaksasi yang dipandu oleh tenaga yang terlatih dengan mengabungkan Relaksasi Pernafasan Dalam (RPD) dan serangkaian kontraksi dan Relaksasi Otot Progresif (ROP) di seluruh tubuh mulai daritangan.

Kegiatan terapi relaksasi ini biasanya berlangsungsekitar 20 menit. Terapi relaksasi merupakan salah satu terapi perilakuyang mengandung teknik self-control, dimana terapi relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu darikecemasan, ketegangan, stress dan lainnya.

Baca Juga:  RS Awal Bros Ujungbatu Beri Yankes Berkualitas ke Masyarakat

Teknik pertama yang diberikan dalam terapi relaksasi adalah Relaksasi Pernafasan Dalam (RPD). Relaksasi pernafasan ini memiliki fungsi untuk merelakskan tubuh dengan mengatur pernafasan secara teratur, pelan dan dalam, karena pada saat kondisi kita merasakan stress atau cemas maka tubuh akan tegang dan pernafasan menjadi pendek.

Keteraturan dalam bernafas menyebabkan sikap mental dan fisik/badan yang rileks sehingga otot menjadi lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku. Teknik kedua yang diberikan adalah Relaksasi Otot Progresif (ROP).

ROP merupakan relaksasi yang dimulai dari relaksasi pergerakan satu otot ke otot yang lain, saat otot satu terasa rileks beralih ke otot yang lain, sampai seluruh tubuhdapat rileks.

Setelah mendapatkan mengenai teknik terapi relaksasi ini maka individu diminta untuk melakukan relaksasi secara mandiri ketika mengalami situasi yang membuat stres. Individu melakukan self-monitoring dengan mengamati perilaku dan perubahan yang terjadi ketika melakukan relaksasi secara teratur saat menghadapi situasi yang penuh stressor.

Pada saat melakukan terapi relaksasi, terjadi proses merilekskan/mengendorkan otot-otot seluruh tubuh yang mengalami ketegangan dan juga pikiran sehingga tercapai kondisi yang nyaman karena pada saat itu berada pada gelombang otak alfa-beta.

Jadi kaitan erat antara tubuh dan pikiran terlihat jelas dalam terapi relaksasi. Banyak manfaat dari terapi relaksasi misalnya pada penderita osteoarthritis, relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri, ketegangan otot serta memberikan perasaan lebih tenang.

Otak yang berelaksasiakan menghasilkan hormon endorphin yang menghambat transmisi impuls nyeri yang dapat menurunkan sensasi dan intensitas nyeri.

Pada penderita hipertensi, relaksasi menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah keotot-otot besar. Manfaat lain mencakup meningkatkankonsentrasi, mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri untuk menangani masalah dan meningkatkan kualitas tidur.

Peningkatan kesadaran yang semakin baik tentang perlunya intervensi atau aktivitas yang menyehatkan dan meningkatkan derajat kesehatan dihubungkan denganperubahan gaya hidup seperti healthy habits, coping strategiesdan pemikiran tentang upaya preventif/ pencegahan dan promotif kesehatan diri.

Kabar baiknya adalah terapi relaksasi juga merupakansalah satu bagian dari manajemen stres yang efektif dan berguna bagi tubuh dan lingkungan sekitar kita yakni meningkatkan kesehatan fisik, jiwa, produktivitas dan kinerja kita.**

dr. Elly Anggreny Ang, SpKJ, Psikiater RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru

Stres dalam sehari-hari diartikan sebagai suatu kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental, sosial dan perilaku seseorang. Stres melibatkan interaksi individu dengan lingkungannya.

Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidakmampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan, atau tekanandari sekelilingnya yang berakibat pada fisik, mental, maupun perilakunya.

Stres adalah hal yang normal yang dapat muncul dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita berhadapan dengan peristiwa yang penuh tantangan dan tekanan yang mungkin berasal dari lingkungan sekitar atau tempat kerja, kesehatan, keluarga, pekerjaan, konflik interpersonal atau karena mengalami peristiwa yang traumatik.

Menurut Sarafino stresmerupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut.

Stres yang muncul terus menerus, berlangsung lama dan tak ditangani dengan baik akan mengancam kesehatandan kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita mengalami stress maka tubuh akan memberikan reaksi-reaksi berupa reaksifisik dan psikologis.

Penyakit-penyakit fisik dan kondisiseperti jantung, stroke, cedera, cancer, bronchitis kronis, Iritable Bowel Syndrome, bunuh diri, insomnia dan nyerisering berhubungan  dengan stres sedangkan gejala psikisyang sering ditemukan adalah kecemasan dan depresi.

Stres akan mengaktifkan sistem saraf simpatik dan endokrin dari tubuh kita. Efek stress akan berdampak pada aliran darah ke otot dan otak, gula darah dan lemak, kewaspadaan yang meningkat pada penglihatan dan pendengaran, gangguan tidur, peningkatan laju pernafasan, gangguan pencernaan serta sistem imunitas.

Individu dengan tipe kepribadian A (terburu-buru, kurang sabar, ingin selalu dalam kondisi yang diinginkan, sulit menerima penolakan, kompetitif, ambisius), jenis kelamin lelaki, adanya riwayat keluarga, kecerdasan emosional yang rendah dan beban kerja adalah lebih rentan untuk mengalami stres dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres.

Berhubungan dengan beban kerja (job stress/overload), menurut salah satu sumber dari Kementerian BUMN, 70 persen generasi muda memiliki problem dengan Mental Health sehingga perlunya saat ini untuk melakukan compressed working schedule dan perlunya dilakukanintervensi-intervensi untuk investasi kita di human capital ini.

Pada fase awal (first-stage symptoms) individu cenderung menunjukkan gejala perilaku yang berhubungan dengan stresnya seperti mudah tersinggung, sulit membuatkeputusan, kehilangan sense of humour, sulit konsentrasi, merasa tak mampu mengatasi stresnya, mudah menangis, tak tertarik dengan kegiatan lain dan merasa lelah.

Jika sumber pencetus stres berlanjut maka individu akanmemasuki fase ke dua (second-stage symptoms) dengan keluhan-keluhan fisik seperti berkurangnya selera makan, sakit kepala, mual, eksim, flu, sulit tidur, diare, sembelit, merasa dada sering terasa panas/terbakar, keringat berlebihan, makan berlebihan ketika tertekan, kram pada otot, nyeri, pingsan atau sulit bernafas.

Baca Juga:  Ingin Tetap Aman Berpuasa tanpa Rasa Sakit?

Stress yang berlangsung panjang dan semakin berat dan kurangnya daya kemampuan untuk mengatasi (coping) akan menimbulkan gejala-gejala dan dampak yang semakin burukdan serius pada fase ketiga (third-stage symptoms).

Walaupun stres tak terhindarkan namun stress yang berlangsung lama/kronis dapat menimbulkan masalahkesehatan fisik, mental, sosial dan rohani. Stigma yang berhubungan dengan munculnya gangguan kecemasan, depresi dan beberapa gangguan mental yang terkait dengan stress sering membuat seseorang terlambat atau menolak dalam mencari bantuan.

Diperlukan upaya-upaya intervensi yang dapat mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan (eustress) ,untuk membangun faktor protektif alamiah diri , membangunresiliensi diri, dan menjaga keseimbangan fisiologis dan psikologis tubuh kita sehingga sehat yang menurut WHO (World Health Organization) ada 4 yaitu sehat fisik, jiwa/mental, sosial dan rohani itu dapat tercapai.

Relaksasi
Kehidupan memang penuh dengan peristiwa-peristiwa pemicu stress yang terkadang membuat kita sulit mengalihkan pikiran dan untuk rileks. Zaman now dengan ritme kehidupan yang serba cepat, kompetitif membuat kita terbiasa menekankan kepada diri sendiri atau kepada orang lain untuk terus melakukan sesuatu dan harus harus harus.

Ketika kita terlalu banyak mencemaskan hal-hal di masa depan maka kitaakan mudah merasa cemas dan sulit rileks. Relaksasi atau rileks adalah jeda yang kita dan setiaporang butuhkan, bermanfaat dan mendukung dan mempromosikan kesehatan mental.

Relaksasi menurunkan stres karena memberikan kesempatan tubuh beregenerasi dan pulih, meningkatkan imunitas tubuh, menenangkan pikiran dan merasa nyaman karena  berada di gelombang otak alfa dan beta.

Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi merupakan salah satu upaya dan intervensi yang dapat mengatasi dan menurunkan stres. Terapi relaksasi adalah suatu teknik relaksasi yang dipandu oleh tenaga yang terlatih dengan mengabungkan Relaksasi Pernafasan Dalam (RPD) dan serangkaian kontraksi dan Relaksasi Otot Progresif (ROP) di seluruh tubuh mulai daritangan.

Kegiatan terapi relaksasi ini biasanya berlangsungsekitar 20 menit. Terapi relaksasi merupakan salah satu terapi perilakuyang mengandung teknik self-control, dimana terapi relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu darikecemasan, ketegangan, stress dan lainnya.

Baca Juga:  Ini Cara Agar Tubuh Tetap Bugar Bagi yang Malas Berolahraga

Teknik pertama yang diberikan dalam terapi relaksasi adalah Relaksasi Pernafasan Dalam (RPD). Relaksasi pernafasan ini memiliki fungsi untuk merelakskan tubuh dengan mengatur pernafasan secara teratur, pelan dan dalam, karena pada saat kondisi kita merasakan stress atau cemas maka tubuh akan tegang dan pernafasan menjadi pendek.

Keteraturan dalam bernafas menyebabkan sikap mental dan fisik/badan yang rileks sehingga otot menjadi lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku. Teknik kedua yang diberikan adalah Relaksasi Otot Progresif (ROP).

ROP merupakan relaksasi yang dimulai dari relaksasi pergerakan satu otot ke otot yang lain, saat otot satu terasa rileks beralih ke otot yang lain, sampai seluruh tubuhdapat rileks.

Setelah mendapatkan mengenai teknik terapi relaksasi ini maka individu diminta untuk melakukan relaksasi secara mandiri ketika mengalami situasi yang membuat stres. Individu melakukan self-monitoring dengan mengamati perilaku dan perubahan yang terjadi ketika melakukan relaksasi secara teratur saat menghadapi situasi yang penuh stressor.

Pada saat melakukan terapi relaksasi, terjadi proses merilekskan/mengendorkan otot-otot seluruh tubuh yang mengalami ketegangan dan juga pikiran sehingga tercapai kondisi yang nyaman karena pada saat itu berada pada gelombang otak alfa-beta.

Jadi kaitan erat antara tubuh dan pikiran terlihat jelas dalam terapi relaksasi. Banyak manfaat dari terapi relaksasi misalnya pada penderita osteoarthritis, relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri, ketegangan otot serta memberikan perasaan lebih tenang.

Otak yang berelaksasiakan menghasilkan hormon endorphin yang menghambat transmisi impuls nyeri yang dapat menurunkan sensasi dan intensitas nyeri.

Pada penderita hipertensi, relaksasi menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah keotot-otot besar. Manfaat lain mencakup meningkatkankonsentrasi, mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri untuk menangani masalah dan meningkatkan kualitas tidur.

Peningkatan kesadaran yang semakin baik tentang perlunya intervensi atau aktivitas yang menyehatkan dan meningkatkan derajat kesehatan dihubungkan denganperubahan gaya hidup seperti healthy habits, coping strategiesdan pemikiran tentang upaya preventif/ pencegahan dan promotif kesehatan diri.

Kabar baiknya adalah terapi relaksasi juga merupakansalah satu bagian dari manajemen stres yang efektif dan berguna bagi tubuh dan lingkungan sekitar kita yakni meningkatkan kesehatan fisik, jiwa, produktivitas dan kinerja kita.**

dr. Elly Anggreny Ang, SpKJ, Psikiater RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari