HONGKONG (RIAUPOS.CO) – Demo di Hongkong semakin panas. Otoritas negara pulau itu terpaksa menutup Bandara Internasional Hongkong kemarin sore (12/8). Ribuan pendemo yang menginvasi salah satu bandara tersibuk di dunia tersebut membuat hampir 200 jadwal penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan, dibatalkan.
Penutupan dilakukan mendadak pukul 17.05 waktu setempat. Otoritas bandara memutuskan berhenti beroperasi karena gedung dijejali 5 ribu pendemo berbaju hitam. Para pendemo itu meminta semua orang yang berada di dalam bandara segera pulang. Termasuk ratusan calon penumpang.
Mereka juga mencegat para traveler yang keluar dari pintu kedatangan. “Jangan percaya kepada polisi,” kata sebagian pendemo sambil membagi brosur bergambar kericuhan antara pendemo dan polisi.
Sementara itu, pendemo yang lain membawa poster bertulisan permintaan maaf sudah membuat para traveler tidak nyaman. “Operasi bandara terganggu karena kerumunan massa hari ini. Masyarakat diharapkan tak datang ke sini,” bunyi pernyataan resmi pemerintah Hongkong sebagaimana dikutip dari South China Morning Post kemarin.
Akibat kondisi itu, bandara dipenuhi orang yang kebingungan apakah penerbangan mereka tetap sesuai jadwal atau tidak. Polisi tak tinggal diam. Mereka mendatangi bandara. Pendemo melunak. Sebagian besar mulai meninggalkan bandara tadi malam. Hanya tertinggal ratusan orang. Meski begitu, penerbangan yang tersisa selama kemarin tetap ditiadakan. Cathay Pacific mengeluarkan pernyataan resmi bahwa gangguan bisa jadi tetap berlangsung hari ini.
Menurut Agence France-Presse, para pendemo tersebut marah setelah mendengar pernyataan terbaru dari pemerintah Tiongkok. Pagi itu Beijing melabeli aksi demo di Hongkong sebagai terorisme. Dikutip dari CNN, aksi kemarin juga ditujukan kepada polisi yang dianggap sudah berlaku brutal dalam menghadapi pendemo. Termasuk menyebabkan salah seorang pendemo kehilangan salah satu indera pengelihatannya.
Unjuk rasa tak kunjung berhenti itu membuat waswas TKI di sana. Salah satunya Tia Adi Risyati. Polisi berpakaian preman berjaga di berbagai titik fasilitas umum. Mulai taman kota, MRT, hingga gedung-gedung perkantoran. Akibat situasi itu, Tia dilarang majikannya untuk pergi ke luar rumah. Kecuali ke pasar pagi hari. Hari libur pun demikian. ”Lebih baik di rumah saja. Situasi sedang kacau di luar. Hitung-hitung lembur dapat uang,” katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Menanggapi kejadian itu, KJRI dalam pernyataan tertulisnya mengimbau agar WNI di Hongkong tetap tenang. Namun, sebisa-bisanya mereka menghindari area atau tempat umum yang rawan dengan pengunjuk rasa. Yang memiliki rencana penerbangan ke luar Hongkong hingga beberapa hari ke depan diminta untuk memastikan kembali status jadwalnya. Jika dibatalkan, segera dicari alternatif tempat tinggal sementara sampai mendapat kepastian jadwal.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwir