Berjuang semaksimal mungkin menghindari penularan Covid-19 dilakukan banyak orang. Terlebih lagi yang bekerja di sektor jasa seperti perbankan yang banyak berinteraksi dengan banyak orang. Namun kadang meski sudah melaksanakan protokol kesehatan (Prokes) dengan ketat, tetap saja tak tertutup kemungkinan tertular tanpa sadar. Seperti apa?
Laporan: Helfizon Assyafei (Pekanbaru)
Hari menjelang malam. Tri (30 th) baru saja pulang dari kantornya sebuah bank di Kota Pekanbaru. Langsung ke kamar mandi untuk mandi dan ganti baju. Sebagai karyawan bank yang educated people ia benar-benar disiplin menjaga protokol kesehatan Covid-19. Ibu muda berputri satu ini menerapkan prokes ini bukan saja di kantor tapi jugadi rumah. Suaminya juga. Kedua pasangan ini sadar betul bahwa prokes adalah tak bisa ditawar-tawar. Mereka tak ingin anak mereka tertular karena kesibukan kerja mereka di luar.
"Ya saya harus disiplin prokes pak sebab bila tidak bisa jadi kurir C-19 ke rumah," ujarya dalam sebuah percakapan dengan saya dalam sebuah wawancara. Saya selau berkomunikasi dengan Tri sebagai praktisi perbankan bila memerlukan datan dan informasi untuk pemberitaan perbankan untuk rubrik ekonomi bisnis. Biasanya Tri membantu memfasilitasi untuk wawancara dengan kepala cabang tempatnya bekerja jika saya memerlukan informasi untuk keperluan pemberitaan.
Namun sudah tiga hari ini telepon saya tidak diangkat dan WA tidak dibalas. Ketika akhirnya masuk balasan ia menyarankan saya ke nomor lain yang setelah saya kontak ternyata pamannya. "Maaf dik dia sedang di isoloasi si RS. Di positif covid-19 bersama suaminya. Sedang anaknya negatif dan sekarang dititip ke neneknya," ujar Hadi sang paman. Saya penasaran dan bertanya bagaimana mungkin ia bisa kena karena selalu disiplin melaksanakan Prokes. "Saya tak tahu juga," ujar Hadi. Tapi Hadi menceritakan kronologis sampai ia mendapt kabar keponakannya itu positif covid-19.
Sebelumnya Tri sudah melaksanakan pemeriksaan swab di kantornya dan hasilnya negatif. Ia tetap bekerja seperti biasa. Sedangkan suaminya awalnya juga sudah diswab di kantor tempatnya bekerja juga dengan hasil yang sama; negatif. Sampai kemudian saat ada karyawan yang kena di kantor suaminya dilakukan Swab ulang. Hasilnya; 10 orang positif. Satu di antaranya suaminya positif tanpa gejala. Karena tanpa gejala sebelum keluar hasil swab aktivitas seperti biasa di kantor dan di rumah.
Lalu saat pulang kerja sore menjelang malam itu Tri kelelahan. Suhu tubuhnya naik melebihi normal. Flu dan batuk mulai menyerang. Lalu Tri bernisiatif minum obat flu dan beristirahat. Saat makan malam ia kaget karena saat mencicipi makanan tidak ada rasa apa-apa. Ia curiga ini bukan demam biasa. Ia segera mengambil inisiatif untuk ke RS bersama suami dan anaknya. Memastikan kecurigaan. Dan setelah diswab ternyata benar ia positif covid-19. Begitu juga suaminya. Syukurlah hasil swab anaknya negatif.
Keduanya akhirnya di isolasi di RS yang sama. Sejak itulah kontak saya tak pernah dibalas. Saat saya bertanya apa yang dilakukan Hadi menghadapi hal itu, menurutnya ia tak bisa berbuat banyak kecuali memberi semangat kepada keponakan dan suaminya di isoloasi di rumah sakit tersebut. Selalu mengabarkan kondisi anaknya yang juga baik-baik saja di rumah neneknya. "Ya semula saya kaget juga dan bingung apa yang harus saya lakukan," ujarnya. Untungnya Tri melakukan upaya sendiri sehingga ia sudah di rumah sakit tanpa harus berkontak dengan pamannya itu.
Menanggapi apa yang paling berkesan saat menghadapi persoalan itu, Hadi menuturkan saat dipanggil pikah rumah sakit untuk meneken surat-surat pernyataan terkait perawatan isolasi. "Saya disuruh baca poin-poinnya sebelum menyetujui dan meneken surat-surat pernyataan itu," ujarnya. Poin yang membuatnya bergetar adalah apabila pasien wafat maka semua prosesi diserahkan pada pihak RS tanpa ikut campur keluarga. Termasuk penguburan di lokasi khusus pemakaman Covid-19.
"Sebelum meneken surat-surat itu saya berdoa dalam hati memohon kepada Allah SWT agar keponakan dan menantu kami itu sembuh. Kami belum siap menghadapi kenyataan berat seperti kehilangan keluarga lagi karena belum lama ibunya juga baru meninggal meski bukan karena Covid," ujarnya. Menurutnya ujian yang bertubi-tubi dan berdekatan waktunya itu memang membuat energi positifnya terkuras.
"Bawaan jadi cemas saja, Ya Allah apalagi cobaan ini," ujarnya. Pada kesempatan itu Hadi juga mengajak saya ikut mendoakan kesembuhan Tri dan suaminya. Waktu pun berjalan. Setelah 14 hari isolasi syukurlah akhirnya kedua suami-istri itu pulih dan boleh pulang kembali bersama anak semata wayangnya yang baru berumur 3 tahun tersebut. "Alhamdulillah kami sudah pulih kembali," ujarnya memberi kabar di WA. Sayapun ikut bersyukur.***