MAS mengaku penghasilannya sebagai kuli angkutan barang di pelabuhan tidak cukup untuk membayar biaya sekolah anak. Gajinya hanya Rp 50 ribu-Rp 70 ribu per hari. Uang tersebut hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Pria 29 tahun itu menuturkan, biaya anaknya yang masih berusia 10 tahun mencapai Rp5 juta. ’’Saya bingung, tidak punya uang,’’ katanya saat dirilis di Mapolrestabes Surabaya.
Itu baru biaya anak pertama. Anak kedua, kata MAS, butuh uang Rp1,5 juta hanya untuk daftar ulang di salah satu SD negeri di Surabaya. Biaya tersebut belum termasuk untuk beli buku dan lain-lain.
MAS mengaku tidak punya tabungan sebanyak itu untuk biaya sekolah kedua anaknya. Akhirnya, dia mencari lowongan pekerjaan di Facebook. Namun, bukan lowongan pekerjaan yang dia dapat. Dia justru ikut salah satu grup esek-esek yang dinamai ’’’Banyu Langit Prei Kanan Kiri’’. Dari sana, keduanya sepakat untuk terlibat di dalamnya.
Transaksi MAS dengan pelanggannya terlacak oleh Satgas Asusila Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya. Anggota tim yang dipimpin Kepala Unit PPA AKP Ruth Yeni langsung mendatangi hotel yang jadi lokasi pertemuan tersebut.