Rabu, 2 April 2025
spot_img

Sistem Kesehatan Gaza Semakin Kritis

JENEWA (RIAUPOS.CO) – Kondisi sistem kesehatan di Gaza mendapatkan sorotan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perang antara Hamas dan Israel ini membuat layanan kesehatan carut marut. Bantuan kesehatan tidak bisa masuk, staf rumah sakit ditawan dan jadi korban, hingga akhirnya terjadi bencana kesehatan di wilayah itu.

Kepala WHO Tedros Adhanom memperingatkan tentang bencana karena perang tak berkesudahan di Gaza. “Situasi di Gaza utara kini sangatlah buruk,” kata Tedros seperti dilansir dari AFP, Ahad (27/10).

Tedros berkata demikian menyusul apa yang terjadi di Kamal Adwan. Kamal Adwan adalah rumah sakit terakhir yang berfungsi di Gaza Utara dan telah diserbu oleh pasukan Israel pada Jumat (25/10) lalu.

Baca Juga:  Makanan Habis, Penduduk Gaza Makan Rumput

Kementerian Kesehatan Gaza menuduh bahwa serangan terhadap fasilitas di kamp Jabalia menyebabkan dua anak tewas. Serangan di awal Oktober ini juga diduga ada penahanan ratusan staf rumah sakit, pasien, dan orang-orang terlantar.

Tedros mengatakan pada 26 Oktober lalu Kementerian Kesehatan Gaza telah memberitahu WHO kalau pengepungan rumah sakit telah berakhir. Dan WHO mengatakan tiga petugas kesehatan dan seorang karyawan lainnya terluka dalam serangan itu.

“Setelah penahanan 44 staf laki-laki, hanya staf perempuan, direktur rumah sakit, dan satu dokter laki-laki yang tersisa untuk merawat hampir 200 pasien,” katanya. Kondisi ini memerlukan perhatian medis.

Para dokter dan tenaga medis yang merawat juga terbatas peralatannya. “Ada laporan mengenai fasilitas rumah sakit dan perlengkapan medis yang rusak atau hancur selama pengepungan, sangat menyedihkan,” tambahnya.

Baca Juga:  Minta Hentikan Genosida di Gaza

Dia mengingatkan bahwa rumah sakit tidak bisa diserang saat perang. Bahkan harus dilindungi. “Setiap serangan terhadap fasilitas layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ucapnya.

Tedros pun mengusulkan agar gencatan senjata segera dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sistem perawatan kesehatan di Gaza.(lyn/dra/jpg)

JENEWA (RIAUPOS.CO) – Kondisi sistem kesehatan di Gaza mendapatkan sorotan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perang antara Hamas dan Israel ini membuat layanan kesehatan carut marut. Bantuan kesehatan tidak bisa masuk, staf rumah sakit ditawan dan jadi korban, hingga akhirnya terjadi bencana kesehatan di wilayah itu.

Kepala WHO Tedros Adhanom memperingatkan tentang bencana karena perang tak berkesudahan di Gaza. “Situasi di Gaza utara kini sangatlah buruk,” kata Tedros seperti dilansir dari AFP, Ahad (27/10).

Tedros berkata demikian menyusul apa yang terjadi di Kamal Adwan. Kamal Adwan adalah rumah sakit terakhir yang berfungsi di Gaza Utara dan telah diserbu oleh pasukan Israel pada Jumat (25/10) lalu.

Baca Juga:  “Ronaldo” dari Gaza Itu Harus Kubur Impian

Kementerian Kesehatan Gaza menuduh bahwa serangan terhadap fasilitas di kamp Jabalia menyebabkan dua anak tewas. Serangan di awal Oktober ini juga diduga ada penahanan ratusan staf rumah sakit, pasien, dan orang-orang terlantar.

Tedros mengatakan pada 26 Oktober lalu Kementerian Kesehatan Gaza telah memberitahu WHO kalau pengepungan rumah sakit telah berakhir. Dan WHO mengatakan tiga petugas kesehatan dan seorang karyawan lainnya terluka dalam serangan itu.

“Setelah penahanan 44 staf laki-laki, hanya staf perempuan, direktur rumah sakit, dan satu dokter laki-laki yang tersisa untuk merawat hampir 200 pasien,” katanya. Kondisi ini memerlukan perhatian medis.

Para dokter dan tenaga medis yang merawat juga terbatas peralatannya. “Ada laporan mengenai fasilitas rumah sakit dan perlengkapan medis yang rusak atau hancur selama pengepungan, sangat menyedihkan,” tambahnya.

Baca Juga:  Penghentian Dukungan Keuangan ke UNRWA Memperburuk Situasi di Palestina

Dia mengingatkan bahwa rumah sakit tidak bisa diserang saat perang. Bahkan harus dilindungi. “Setiap serangan terhadap fasilitas layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ucapnya.

Tedros pun mengusulkan agar gencatan senjata segera dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sistem perawatan kesehatan di Gaza.(lyn/dra/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Sistem Kesehatan Gaza Semakin Kritis

JENEWA (RIAUPOS.CO) – Kondisi sistem kesehatan di Gaza mendapatkan sorotan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perang antara Hamas dan Israel ini membuat layanan kesehatan carut marut. Bantuan kesehatan tidak bisa masuk, staf rumah sakit ditawan dan jadi korban, hingga akhirnya terjadi bencana kesehatan di wilayah itu.

Kepala WHO Tedros Adhanom memperingatkan tentang bencana karena perang tak berkesudahan di Gaza. “Situasi di Gaza utara kini sangatlah buruk,” kata Tedros seperti dilansir dari AFP, Ahad (27/10).

Tedros berkata demikian menyusul apa yang terjadi di Kamal Adwan. Kamal Adwan adalah rumah sakit terakhir yang berfungsi di Gaza Utara dan telah diserbu oleh pasukan Israel pada Jumat (25/10) lalu.

Baca Juga:  Jabatan Kades Disepakati 8 Tahun, Maksimal 2 Periode

Kementerian Kesehatan Gaza menuduh bahwa serangan terhadap fasilitas di kamp Jabalia menyebabkan dua anak tewas. Serangan di awal Oktober ini juga diduga ada penahanan ratusan staf rumah sakit, pasien, dan orang-orang terlantar.

Tedros mengatakan pada 26 Oktober lalu Kementerian Kesehatan Gaza telah memberitahu WHO kalau pengepungan rumah sakit telah berakhir. Dan WHO mengatakan tiga petugas kesehatan dan seorang karyawan lainnya terluka dalam serangan itu.

“Setelah penahanan 44 staf laki-laki, hanya staf perempuan, direktur rumah sakit, dan satu dokter laki-laki yang tersisa untuk merawat hampir 200 pasien,” katanya. Kondisi ini memerlukan perhatian medis.

Para dokter dan tenaga medis yang merawat juga terbatas peralatannya. “Ada laporan mengenai fasilitas rumah sakit dan perlengkapan medis yang rusak atau hancur selama pengepungan, sangat menyedihkan,” tambahnya.

Baca Juga:  Perang Rusia vs Ukraina Masih Terus Berkobar

Dia mengingatkan bahwa rumah sakit tidak bisa diserang saat perang. Bahkan harus dilindungi. “Setiap serangan terhadap fasilitas layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ucapnya.

Tedros pun mengusulkan agar gencatan senjata segera dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sistem perawatan kesehatan di Gaza.(lyn/dra/jpg)

JENEWA (RIAUPOS.CO) – Kondisi sistem kesehatan di Gaza mendapatkan sorotan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perang antara Hamas dan Israel ini membuat layanan kesehatan carut marut. Bantuan kesehatan tidak bisa masuk, staf rumah sakit ditawan dan jadi korban, hingga akhirnya terjadi bencana kesehatan di wilayah itu.

Kepala WHO Tedros Adhanom memperingatkan tentang bencana karena perang tak berkesudahan di Gaza. “Situasi di Gaza utara kini sangatlah buruk,” kata Tedros seperti dilansir dari AFP, Ahad (27/10).

Tedros berkata demikian menyusul apa yang terjadi di Kamal Adwan. Kamal Adwan adalah rumah sakit terakhir yang berfungsi di Gaza Utara dan telah diserbu oleh pasukan Israel pada Jumat (25/10) lalu.

Baca Juga:  Perang Rusia vs Ukraina Masih Terus Berkobar

Kementerian Kesehatan Gaza menuduh bahwa serangan terhadap fasilitas di kamp Jabalia menyebabkan dua anak tewas. Serangan di awal Oktober ini juga diduga ada penahanan ratusan staf rumah sakit, pasien, dan orang-orang terlantar.

Tedros mengatakan pada 26 Oktober lalu Kementerian Kesehatan Gaza telah memberitahu WHO kalau pengepungan rumah sakit telah berakhir. Dan WHO mengatakan tiga petugas kesehatan dan seorang karyawan lainnya terluka dalam serangan itu.

“Setelah penahanan 44 staf laki-laki, hanya staf perempuan, direktur rumah sakit, dan satu dokter laki-laki yang tersisa untuk merawat hampir 200 pasien,” katanya. Kondisi ini memerlukan perhatian medis.

Para dokter dan tenaga medis yang merawat juga terbatas peralatannya. “Ada laporan mengenai fasilitas rumah sakit dan perlengkapan medis yang rusak atau hancur selama pengepungan, sangat menyedihkan,” tambahnya.

Baca Juga:  Temuan Kuburan Massal di Gaza, PBB Desak Gelar Penyelidikan Independen

Dia mengingatkan bahwa rumah sakit tidak bisa diserang saat perang. Bahkan harus dilindungi. “Setiap serangan terhadap fasilitas layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional,” ucapnya.

Tedros pun mengusulkan agar gencatan senjata segera dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan sistem perawatan kesehatan di Gaza.(lyn/dra/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari