Sabtu, 12 Oktober 2024

Perundingan Gencatan Senjata Jalan di Tempat

Israel Dituding Lakukan Pembantaian

GAZA (RIAUPOS.CO) – ’’OPERASI militer di Rafah bisa berujung pembantaian di Gaza.’’ Kalimat itu adalah penggalan unggahan Wakil Sekjen Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB Martin Griffiths di akun X miliknya, Rabu (14/2). Operasi kemanusiaan yang sudah rapuh saat ini bisa tamat jika serangan terus terjadi. Itu disebabkan PBB kekurangan jaminan keselamatan, pasokan bantuan, dan kapasitas staf untuk menjaga operasi tersebut tetap berjalan.

’’Tidak ada dedikasi dan niat baik yang cukup untuk membuat jutaan orang tetap hidup, diberi makan, dan dilindungi, sementara bom berjatuhan dan bantuan terhenti. Respons kemanusiaan kita compang-camping,’’ tegasnya.

- Advertisement -

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memang belum menyerang Rafah dari jalur darat, tapi serangan udara telah beberapa kali dilakukan. Korbannya sudah ratusan orang. Kemarin serangan udara dilakukan di berbagai penjuru Jalur Gaza, termasuk di Khan Younis.

Perang tidak akan berhenti dalam waktu dekat karena belum ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai. Perundingan yang melibatkan AS, Mesir, Israel, dan Qatar dalam membahas gencatan senjata di Gaza pada Selasa (13/2) berakhir buntu.

- Advertisement -
Baca Juga:  Penghentian Dukungan Keuangan ke UNRWA Memperburuk Situasi di Palestina

Di saat bersamaan, kekejian Israel kian menjadi-jadi. Mereka menebar pamflet meminta agar warga Palestina yang berlindung di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis untuk pergi. Ada ribuan pengungsi yang berlindung di satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi tersebut. Israel telah menghancurkan hampir seluruh rumah sakit di Gaza.

Pada saat bersamaan, penembak jitu IDF menembaki orang-orang yang masih berada di RS tersebut. Tiga orang dilaporkan tewas dan 10 lainnya luka. Ada kekhawatiran IDF akan menyerbu RS itu. Militer Israel menuduh Hamas melakukan aktivitas militer di halaman RS dan menggunakan kompleks tersebut untuk menyandera.

New York Times melaporkan, klaim Israel tersebut tidak dapat diverifikasi. Namun, itu kian mengisyaratkan bahwa IDF sengaja menjadikan RS sebagai sasaran. Sebelumnya, sudah ada RS Al Shifa yang diperlakukan serupa. Modusnya sama, didahului dengan serangan militer ke RS dan sekitarnya dengan dalih ada anggota Hamas di dalamnya.

Baca Juga:  Warga Muslim AS Suarakan Uncommitted Vote

’’Kami menuntut penghentian segera semua aktivitas militer di area rumah sakit dan segera meninggalkan operasi militer dari sana,’’ bunyi pernyataan IDF. Mereka menyuruh warga sipil berlindung di tempat yang lebih aman di Gaza Selatan dan Tengah. Padahal, IDF juga menjatuhkan bom di wilayah yang diklaim aman tersebut.

Kepala Bedah di Rumah Sakit Nasser Nahed Abu Taeema mengatakan bahwa ledakan akibat serangan udara semakin dekat dengan RS dan kian intens selama beberapa hari terakhir. ’’Tapi, kami tidak akan meninggalkan RS tanpa pasien kami,’’ ujarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemarin mengatakan bahwa sejak November, hanya 40 persen dari misi pengiriman bantuan ke Gaza Utara yang telah difasilitasi. Sejak Januari, persentasenya bahkan jauh lebih rendah. Setali tiga uang, bantuan ke Gaza Selatan hanya terealisasi 45 persen. ’’Misi-misi ini telah ditolak, dihalangi, atau ditunda,’’ ujar Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina, seperti dikutip The Guardian.(sha/bay/esi)

Laporan JPG, Gaza

GAZA (RIAUPOS.CO) – ’’OPERASI militer di Rafah bisa berujung pembantaian di Gaza.’’ Kalimat itu adalah penggalan unggahan Wakil Sekjen Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB Martin Griffiths di akun X miliknya, Rabu (14/2). Operasi kemanusiaan yang sudah rapuh saat ini bisa tamat jika serangan terus terjadi. Itu disebabkan PBB kekurangan jaminan keselamatan, pasokan bantuan, dan kapasitas staf untuk menjaga operasi tersebut tetap berjalan.

’’Tidak ada dedikasi dan niat baik yang cukup untuk membuat jutaan orang tetap hidup, diberi makan, dan dilindungi, sementara bom berjatuhan dan bantuan terhenti. Respons kemanusiaan kita compang-camping,’’ tegasnya.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memang belum menyerang Rafah dari jalur darat, tapi serangan udara telah beberapa kali dilakukan. Korbannya sudah ratusan orang. Kemarin serangan udara dilakukan di berbagai penjuru Jalur Gaza, termasuk di Khan Younis.

Perang tidak akan berhenti dalam waktu dekat karena belum ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai. Perundingan yang melibatkan AS, Mesir, Israel, dan Qatar dalam membahas gencatan senjata di Gaza pada Selasa (13/2) berakhir buntu.

Baca Juga:  Ukraina Mundur, Rusia Kuasai Penuh Avdiivka

Di saat bersamaan, kekejian Israel kian menjadi-jadi. Mereka menebar pamflet meminta agar warga Palestina yang berlindung di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis untuk pergi. Ada ribuan pengungsi yang berlindung di satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi tersebut. Israel telah menghancurkan hampir seluruh rumah sakit di Gaza.

Pada saat bersamaan, penembak jitu IDF menembaki orang-orang yang masih berada di RS tersebut. Tiga orang dilaporkan tewas dan 10 lainnya luka. Ada kekhawatiran IDF akan menyerbu RS itu. Militer Israel menuduh Hamas melakukan aktivitas militer di halaman RS dan menggunakan kompleks tersebut untuk menyandera.

New York Times melaporkan, klaim Israel tersebut tidak dapat diverifikasi. Namun, itu kian mengisyaratkan bahwa IDF sengaja menjadikan RS sebagai sasaran. Sebelumnya, sudah ada RS Al Shifa yang diperlakukan serupa. Modusnya sama, didahului dengan serangan militer ke RS dan sekitarnya dengan dalih ada anggota Hamas di dalamnya.

Baca Juga:  Kasus Brutal Pengecoran Jenazah di Pattaya

’’Kami menuntut penghentian segera semua aktivitas militer di area rumah sakit dan segera meninggalkan operasi militer dari sana,’’ bunyi pernyataan IDF. Mereka menyuruh warga sipil berlindung di tempat yang lebih aman di Gaza Selatan dan Tengah. Padahal, IDF juga menjatuhkan bom di wilayah yang diklaim aman tersebut.

Kepala Bedah di Rumah Sakit Nasser Nahed Abu Taeema mengatakan bahwa ledakan akibat serangan udara semakin dekat dengan RS dan kian intens selama beberapa hari terakhir. ’’Tapi, kami tidak akan meninggalkan RS tanpa pasien kami,’’ ujarnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemarin mengatakan bahwa sejak November, hanya 40 persen dari misi pengiriman bantuan ke Gaza Utara yang telah difasilitasi. Sejak Januari, persentasenya bahkan jauh lebih rendah. Setali tiga uang, bantuan ke Gaza Selatan hanya terealisasi 45 persen. ’’Misi-misi ini telah ditolak, dihalangi, atau ditunda,’’ ujar Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina, seperti dikutip The Guardian.(sha/bay/esi)

Laporan JPG, Gaza

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari