JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) menunjukkan kinerja perbankan akan tetap terjaga baik pada kuartal I 2024. Fungsi intermediasi juga menguat sejalan dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko. Sektor rumah tangga, perdagangan, dan pengolahan jadi penyumbang kredit terbesar.
Optimisme perbankan tecermin dari indeks orientasi bisnis perbankan (IBP) yang tercatat sebesar 56 (zona optimistis). Meski, kondisi makroekonomi global kurang kondusif seperti indeks ekspektasi kondisi makroekonomi (IKM) pada kuartal I 2024 berada di posisi 47 (zona pesimistis). Penyebabnya adalah perkiraan pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana menilai, kondisi perbankan Indonesia cukup solid dalam menghadapi berbagai tekanan dan ancaman ketahanan perbankan global. Saat ini terdapat dua risiko utama yang perlu diwaspadai. Yaitu, pelemahan pasar properti komersial dan keterkaitan bank dengan lembaga jasa keuangan nonbank.
’’Berbagai indikator menunjukkan bahwa perbankan Indonesia dalam kondisi yang baik. Sebagai gambaran, pada posisi Januari 2024, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 27,54 persen dengan rasio modal inti (tier 1 capital) terhadap CAR sebesar 94,41 persen,” ucap Dian akhir pekan lalu.
Sebagai perbandingan, lanjut dia, rasio modal inti perbankan Amerika Serikat (AS) hanya 14,41 persen, sedangkan Uni Eropa tercatat 17,03 persen. Mencermati perkembangan risiko-risiko terhadap sektor perbankan global itu, Dian menyebutkan bahwa perbankan Indonesia masih terjaga dari risiko-risiko tersebut.
Ada tiga sektor ekonomi penyumbang kredit terbesar pada Januari 2024. Rumah tangga menjadi kontributor terbesar dengan 23,67 persen. Diikuti perdagangan besar mencapai 15,81 persen dan industri pengolahan 15,65 persen. ’’Sedangkan, sektor real estat hanya menyumbang 5,09 persen total kredit sektor perbankan,” tuturnya.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menebar dividen jumbo. Nilainya mencapai Rp33,03 triliun atau 60 persen dari laba bersih konsolidasi perseroan pada 2023. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan, besaran dividen telah mempertimbangkan posisi likuiditas serta struktur permodalan bank dalam mendukung rencana tahun ini.
Dia memproyeksikan, CAR Bank Mandiri sampai akhir tahun nanti berada pada level yang kurang lebih sama dengan Desember 2023. Yakni, 21,4 persen. Hal itu didorong beragam pengembangan serta inovasi digital dalam mendukung rencana bisnis berkelanjutan. ’’Termasuk mendorong fungsi intermediasi yang menjadi core business perseroan. Sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Darmawan.(han/dio/jpg)