PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Terus melambungnya harga barang-barang pokok menyulitkan masyarakat. Untuk itu Pemko Pekanbaru didesak segera menggelar operasi pasar murah melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) untuk menekan lonjakan harga.
”Pemerintah perlu memusatkan perhatian kembali terhadap harga bahan pokok dengan memastikan suplai di pasar tersampaikan sesuai dengan keperluan di wilayah Pekanbaru ini,’’ ungkap Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru T Azwendi Fajri, Rabyu (21/2).
Apalagi, kata Azwendi, momen Ramadan sudah dekat maka tren kenaikan harga harus segera dikendalikan. Operasi pasar dan pengadaan pasar-pasar murah di berbagai wilayah menurutnya harus segera dieksekusi.
”Kita ingin keperluan masyarakat dapat terpenuhi. Maka kami minta pemerintah secepatnya dapat mengendalikan harga-harta di pasar, sehingga harga bahan pokok kembali normal dan stabil,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Pekanbaru Zulhelmi Arifin menjelaskan Pemko Pekanbaru kini tengah berupaya mengendalikan harga sejumlah bahan keperluan pokok yang mulai merangkak naik di pasar-pasar tradisional.
Apalagi, salah satu bahan kebutuhan pokok yang alami kenaikan harga cukup signifikan yakni cabai merah asal Sumatera Barat di angka Rp80.000 per kilogram.
Itu sebabnya, Pemerintah Kota Pekanbaru akan memberikan subsidi ke angkutan barang bahan kebutuhan pokok menggunakan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT).
”Kita sudah dapat arahan dari walikota untuk mencarikan solusi-solusi terkait kenaikan harga itu. Salah satunya kita akan coba gunakan dana BTT untuk subsidi transportasi,” ungkap Zulhelmi.
Dengan adanya intervensi, lanjut Ami, sapaan akrabnya, ketersediaan hingga harga bahan keperluan pokok di pasar tradisional diharapkan sudah stabil menjelang Ramadan nanti.
”Makanya kita usulkan untuk subsidi transportasi bahan pokok dari daerah penghasil ke Kota Pekanbaru. Semoga dengan adanya subsidi ini, harga bahan pokok di Pekanbaru tidak jauh berbeda dengan daerah penghasil,” harapnya.
Lebih jauh disampaikan Ami, dengan subsidi biaya transportasi dari daerah penghasil, tentu para pedagang tidak lagi dibebani biaya transportasi.
”Para pedagang bisa menjual tanpa harus memikirkan biaya transportasi,” katanya.
Dalam pada itu, pantauan Riau Pos, disejumlah pasar tradisional di Kota Pekanbaru seperti Pasar Dupa Kencana dan Pasar Agus Salim, Rabu (21/2) tampak sejumlah pedagang mulai mengeluhkan kondisi pasar yang sepi lantaran banyak masyarakat yang mulai mengurangi jumlah pembelian akibat harga kebutuhan pokok yang mahal.
Pasalnya, harga cabai merah Bukittinggi kini berkisar Rp100.000/kg sebelumnya Rp90.000/ kg, begitu pula cabai rawit merah Rp100.000/ kg sebelumnya Rp95.000/kg, cabai merah Medan Rp75.000/kg dari sebelumnya Rp65.000/ kg cabai rawit hijau Rp75.000/kg dari sebelumnya Rp60.000/kg, tomat Rp22.000/kg dari sebelumnya Rp5.000 sampai Rp10.000/kg.
Sayuran juga mengalami kenaikan harga, seperti terjadi pada kacang panjang kini dibandrol Rp18.000/kg dari sebelumnya hanya Rp10.000/kg, buncis kini juga masih tinggi Rp20.000/kg dari sebelumnya Rp12.000/kg.
Begitu juga pada ayam ras dijual Rp35.000/kg dari Rp28.000 hingga Rp30.000/kg, telur ayam ras Rp53.000/papan, dari sebelumnya Rp50.000/papan, daging sapi Rp140.000/kg dari sebelumnya Rp130.000/kg, ikan lele Rp25.000/kg dari sebelumnya Rp20.000/kg, ikan nila Rp40.000/kg dari sebelumnya Rp35.000/kg, ikan patin rp23.000/kg dari sebelumnya Rp20.000/kg, udang basah Rp95.000/kg dari sebelumnya Rp90.000/kg.
Salah seorang pedagang di Pasar Agus Salim Yolanda mengaku untuk harga cabai, hingga sayuran memang sudah mengalami kenaikan harga sejak beberapa pekan terakhir. Bahkan kondisi ini diprediksi akan berlangsung lama hingga mendekati Ramadan.
Hal ini disebabkan lantaran pasokan sayur dan cabai serta bumbu lainnya yang kian menipis sehingga para pedagang dipasar tradisional dijatah dalam penjualan cabai.
”Stok itu yang memang tidak banyak, makanya sayur cabai sampai bawang pun mahal, selain karena musim penghujan yang membuat petani gagal panen, juga akses lalulintas juga menyebabkan harga kebutuhan pokok meningkat dan stoknya juga dibatasi. Ini saja biasanya kami ambil 100 kilogram, cuma dapat 50 kilogram kurang, ini terpaksa kami bagi didua lapak,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang pedagang telur di pasar Dupa Kencana Agus. Menuturkan kenaikan harga telur terjadi lantaran harga pakan ayam yang ikut melonjak sehingga banyak peternak yang menjual telur ayam dengan modal yang cukup tinggi.
Bahkan biasanya ukuran telur ayam yang pling kecil dijual seharga Rp36.000/ papan kini dijual Rp44.000/kg, sedangkan untuk ukuran besar berkisar Rp53.000/papan dari sebelumnya Rp50.000/papan.
”Memang mahal semuanya. Tentu kami pun ikut menyesuaikan harga karena namanya jualan pasti cari untung walaupun sedikit,” ucapnya.(end/ayi)