Jumat, 22 November 2024

Tantangan Para Pendidik Berpacu dengan Teknologi

- Advertisement -

Revolusi industri telah mengubah dan mempengaruhi berbagai lini kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Munculnya revolusi industri mendorong timbulnya budaya baru dalam kehidupan manusia dalam hal komunikasi manusia dengan mesin, koneksi hubungan antar negara yang semakin mudah, lahirnya berbagai smart robot, internet things yang semakin menggelora, printer 3D, mobil tanpa pengemudi, dibangunnya sistem big data serta semakin populernya online/virtual education.

Menyikapi perkembangan teknologi tersebut, Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah memutuskan kebijakan pendidikan tinggi era revolusi industri diantaranya dalam hal paradigma Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus diselaraskan dengan era revolusi 4.0. Ada tiga literasi baru yang digalakkan yakni digital, teknologi dan human. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim, entrepreneurship dan intership menjadi sebuah keharusan.     

- Advertisement -

Paradigma Tri Dharma perguruan tinggi yang harus diselaraskan dengan era industri 4.0 tersebut antara lain (1) kerangka kualifikasi nasional Indonesia-capaian pembelajaran dan kompetensi kerja; (2) kurikulum pendidikan tinggi yang merupakan integrasi keterampilan baru dalam kurikulum; (3) pembelajaran inovatif yang berkesinambungan dengan penelitian dan inovasi; (4) pembelajaran daring; (5) kemitraan dengan industry dan (6) model bisnis pendidikan yang baru.

Lalu, apakah perbedaan pendidik zaman sekarang dengan zaman dahulu?. Pada zaman dahulu kegiatan belajar berlangsung normal, dimana guru dan siswa tatap muka di kelas, menggunakan fasilitas yang ada di sekolah, guru tidak selalu menyiapkan bahan tayang, guru dapat mengontrol peserta didik secara langsung, orang tua tidak berperan langsung dalam pembelajaran di sekolah dan pelatihan guru diadakan dengan tatap muka. Sementara seiring dengan era revolusi industri yang diiringi dengan munculnya pandemi covid 19 situasi pembelajaran berubah.

Baca Juga:  Pekanbaru Menuju Kota Berketahanan Iklim  (CRIC/Climate Ressilient Inklusive Cities)

Pembelajaran dilaksanakan secara online, menggunakan fasilitas laptop dan internet, selalu menyiapkan bahan tayang, guru tidak dapat mengontrol siswa secara langsung, orang tua sangat berperan dalam pengajaran, dan pelatihan guru dilaksanakan secara virtual.

- Advertisement -

Meskipun selama beberapa pekan terakhir situasi sudah mulai berubah, namun tatap muka di kelas belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Perkembangan teknologi juga terelakkan, bahkan teknologi sudah semakin menjadi kebutuhan primer dalam mewujudkan inovasi pendidikan. Kemampuan guru dalam literasi digital semakin dibutuhkan, sebab perkembangan peserta didik dari tahun ke tahun  dalam memahami teknologi bisa berpacu dengan kemampuan guru. Bahkan tidak sedikit peserta didik yang mahir teknologi melebihi generasi yang lebih tua. Kondisi ini jelas merupakan sebuah tantangan yang tak mudah dan harus dijawab untuk menjadi pendidik era teknologi yang professional, dimana kemampuan guru atau pendidik dalam menggunakan teknologi harus berada di atas standar rata-rata. Untuk mewujudkan hal itu, perguruan tinggi yang mendidik para calon guru juga harus menyikapinya dengan menyelenggarakan perkuliahan yang berkualitas dan berbasis teknologi.

Sebagaimana diketahui bahwa pada pendidikan era 1.0, pembelajaran yang berpusat pada guru, pendidikan era 2.0  sudah diterapkan learners as receptacies of knowledge, pada  pendidikan era 3.0 guru hadir sebagai fasilitator, ada kolaborasi, social networking, accesing global expertise, project and inquiry based learning.

Baca Juga:  Demokrasi Indonesia: Rapuh atau Gagal?

Sedangkan pendidikan di era 4.0 peran peserta didik diharapkan sudah sebagai connectors, creators dan constructivistis. Ada beberapa aspek yang muncul dalam pendidikan 4.0 seperti learner as content producer and sharer, learner as connection maker, the web as curriculum, diversity of network, open acces to information, acces to experts, educator and resource guide.

Menyikapi tantangan dalam me­nguasai teknologi saat ini, para pendidik dapat mengakses berbagai aplikasi belajar online yang direkomendasikan oleh Kemendikbud dan dapat diakses di situs kementrian tersebut. Kementerian pendidikan maupun berbagai perguruan tinggi termasuk Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai secara intens melakukan pelatihan-pelatihan bagi tenaga pendidik baik online maupun offline. Di samping itu, motivasi diri dari para pendidik untuk berinovasi dan membuka wawasan melalui berbagai artikel ilmiah terkini dalam inovasi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Guru dan pendidik saat ini merupakan generasi yang terlahir di era baby boomers (lahir pada rentang tahun 1943-1960), generasi X (kelahiran tahun 1961-1980an), generasi Y (kelahiran 1980an-2000an). Sedangkan para peserta didik saat ini adalah mereka yang hadir di era teknologi canggih yang disebut dengan generasi Z atau post millennial (kelahiran 2000an sampai sekarang). Oleh karena itu, pendidik harus berfikir lebih maju, memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni serta menjadi teladan yang baik dalam memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang.***

 

Revolusi industri telah mengubah dan mempengaruhi berbagai lini kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Munculnya revolusi industri mendorong timbulnya budaya baru dalam kehidupan manusia dalam hal komunikasi manusia dengan mesin, koneksi hubungan antar negara yang semakin mudah, lahirnya berbagai smart robot, internet things yang semakin menggelora, printer 3D, mobil tanpa pengemudi, dibangunnya sistem big data serta semakin populernya online/virtual education.

Menyikapi perkembangan teknologi tersebut, Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah memutuskan kebijakan pendidikan tinggi era revolusi industri diantaranya dalam hal paradigma Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus diselaraskan dengan era revolusi 4.0. Ada tiga literasi baru yang digalakkan yakni digital, teknologi dan human. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan untuk pengembangan kepemimpinan dan bekerja dalam tim, entrepreneurship dan intership menjadi sebuah keharusan.     

- Advertisement -

Paradigma Tri Dharma perguruan tinggi yang harus diselaraskan dengan era industri 4.0 tersebut antara lain (1) kerangka kualifikasi nasional Indonesia-capaian pembelajaran dan kompetensi kerja; (2) kurikulum pendidikan tinggi yang merupakan integrasi keterampilan baru dalam kurikulum; (3) pembelajaran inovatif yang berkesinambungan dengan penelitian dan inovasi; (4) pembelajaran daring; (5) kemitraan dengan industry dan (6) model bisnis pendidikan yang baru.

Lalu, apakah perbedaan pendidik zaman sekarang dengan zaman dahulu?. Pada zaman dahulu kegiatan belajar berlangsung normal, dimana guru dan siswa tatap muka di kelas, menggunakan fasilitas yang ada di sekolah, guru tidak selalu menyiapkan bahan tayang, guru dapat mengontrol peserta didik secara langsung, orang tua tidak berperan langsung dalam pembelajaran di sekolah dan pelatihan guru diadakan dengan tatap muka. Sementara seiring dengan era revolusi industri yang diiringi dengan munculnya pandemi covid 19 situasi pembelajaran berubah.

- Advertisement -
Baca Juga:  Demokrasi Indonesia: Rapuh atau Gagal?

Pembelajaran dilaksanakan secara online, menggunakan fasilitas laptop dan internet, selalu menyiapkan bahan tayang, guru tidak dapat mengontrol siswa secara langsung, orang tua sangat berperan dalam pengajaran, dan pelatihan guru dilaksanakan secara virtual.

Meskipun selama beberapa pekan terakhir situasi sudah mulai berubah, namun tatap muka di kelas belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Perkembangan teknologi juga terelakkan, bahkan teknologi sudah semakin menjadi kebutuhan primer dalam mewujudkan inovasi pendidikan. Kemampuan guru dalam literasi digital semakin dibutuhkan, sebab perkembangan peserta didik dari tahun ke tahun  dalam memahami teknologi bisa berpacu dengan kemampuan guru. Bahkan tidak sedikit peserta didik yang mahir teknologi melebihi generasi yang lebih tua. Kondisi ini jelas merupakan sebuah tantangan yang tak mudah dan harus dijawab untuk menjadi pendidik era teknologi yang professional, dimana kemampuan guru atau pendidik dalam menggunakan teknologi harus berada di atas standar rata-rata. Untuk mewujudkan hal itu, perguruan tinggi yang mendidik para calon guru juga harus menyikapinya dengan menyelenggarakan perkuliahan yang berkualitas dan berbasis teknologi.

Sebagaimana diketahui bahwa pada pendidikan era 1.0, pembelajaran yang berpusat pada guru, pendidikan era 2.0  sudah diterapkan learners as receptacies of knowledge, pada  pendidikan era 3.0 guru hadir sebagai fasilitator, ada kolaborasi, social networking, accesing global expertise, project and inquiry based learning.

Baca Juga:  Memberi Peran Pengusaha Muda di Blok Rokan

Sedangkan pendidikan di era 4.0 peran peserta didik diharapkan sudah sebagai connectors, creators dan constructivistis. Ada beberapa aspek yang muncul dalam pendidikan 4.0 seperti learner as content producer and sharer, learner as connection maker, the web as curriculum, diversity of network, open acces to information, acces to experts, educator and resource guide.

Menyikapi tantangan dalam me­nguasai teknologi saat ini, para pendidik dapat mengakses berbagai aplikasi belajar online yang direkomendasikan oleh Kemendikbud dan dapat diakses di situs kementrian tersebut. Kementerian pendidikan maupun berbagai perguruan tinggi termasuk Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai secara intens melakukan pelatihan-pelatihan bagi tenaga pendidik baik online maupun offline. Di samping itu, motivasi diri dari para pendidik untuk berinovasi dan membuka wawasan melalui berbagai artikel ilmiah terkini dalam inovasi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Guru dan pendidik saat ini merupakan generasi yang terlahir di era baby boomers (lahir pada rentang tahun 1943-1960), generasi X (kelahiran tahun 1961-1980an), generasi Y (kelahiran 1980an-2000an). Sedangkan para peserta didik saat ini adalah mereka yang hadir di era teknologi canggih yang disebut dengan generasi Z atau post millennial (kelahiran 2000an sampai sekarang). Oleh karena itu, pendidik harus berfikir lebih maju, memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni serta menjadi teladan yang baik dalam memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari