Senin, 20 Mei 2024

Tetap Taat Prokes, Jangan Paksakan Diri

(RIAUPOS.CO) – Jumlah pemudik di tahun ini diprediksi akan membeludak dibanding tahun lalu. Seiring dengan melandainya angka penularan Covid-19. Meski begitu, status pandemi Covid-19 belum dicabut pemerintah. Karena itu, aktivitas mudik pun tetap harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.

Pemudik tetap harus mengutamakan prokes selama perjalanan mudik agar mudik tetap aman, nyaman dan selamat. Dikatakan oleh dr Fajri Marindra MKom MBiomed, Dosen FK Unri dan Kepala Instalasi Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad, pemudik harus senantiasa memakai masker dan mengurangi interaksi dengan penumpang lain jika menggunakan transportasi publik.
tambahdr Fajri Marindra MKom MBiomed

Yamaha

Di samping itu, ia juga ingin pemudik betul-betul memastikan bahwa tubuh mereka dalam kondisi fit, sebelum melakukan perjalanan. "Jika memiliki gejala flu, sebaiknya tunda rencana mudik sampai gejala hilang. Usahakan selalu membawa dan menggunakan pembersih tangan (hand sanitizer) setelah menyentuh benda-benda yang lazim disentuh banyak orang, seperti gagang pintu. Hindari makan bersama orang yang tidak kita kenal ketika berhenti untuk istirahat," paparnya kepada Riau Pos.

Baca Juga:  563 Orang Meninggal Akibat Lakalantas perasi Keselamatan LK 2024 Dimulai

Walaupun pemerintah telah mewajibkan pelaku mudik sudah harus divaksinasi, pemudik dikatakannya tetap harus waspada. "Karena orang yang telah divaksinasi bukan artinya 100 % kebal terhadap virus corona,” sambungnya.

Di sisi lain, karena momen mudik lebaran ini dilaksanakan dalam bulan Ramadan, pemudik juga harus mempersiapkan dan menilai kondisi tubuh masing-masing. "Jika memang tidak kuat, tidak harus memaksakan mudik dalam keadaan puasa, karena Islam juga telah melonggarkan kewajiban puasa bagi pelaku safar dan dapat menggantinya pada hari lain," sarannya.

- Advertisement -

Namun, jika dirasa kuat untuk berpuasa dalam melakukan perjalanan jauh, pemudik dikatakannya harus mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan asupan air mineral yang cukup pada saat sahur. "Jika dapat memilih, utamakan untuk berkendara pada pagi hari, karena setelah sahur asupan glukosa darah biasanya tinggi sehingga tingkat kesadaran seseorang lebih optimal," terangnya lagi.

Namun, perihal waktu ideal untuk melakukan perjalanan ini, kata dokter Fajri, sebenarnya tak bisa disamaratakan. Tiap orang, akan berbeda-beda. "Tergantung kebiasaan jam biologisnya. Jika orang tadi tipe yang biasa beraktivitas malam, lebih baik melakukan perjalanan malam hari. Namun jika orang tadi bisa beraktivitas pagi, melakukan perjalanan jauh setelah subuh merupakan waktu yang paling tepat,” ujarnya lagi.

- Advertisement -
Baca Juga:  525 Napi Lapas Pasirpengaraian Dapat Remisi

Selain kadar glukosa dalam darah masih terjaga karena baru sahur, sehingga memungkinkan kita untuk berkonsentrasi tinggi. Keutamaan lainnya ialah jarak pandang pada pagi hari juga sangat baik, dibandingkan berkendara pada malam hari.

Tak bisa ditampik, menyetir pada malam hari juga memang rawan mengantuk. Karena itu pula, pemudik yang menyetir sendiri untuk perjalanan darat yang panjang, harus memperhatikan jam biologi untuk mencegah pengemudi untuk tertidur saat berkendara.

"Jika saat berkendara muncul perasaan mengantuk, usahakan untuk menepi sejenak untuk istirahat atau melakukan peregangan ringan. Usahakan juga memiliki teman saat berkendara, sehingga ada rekan yang dapat membantu mengawasi kondisi jalan maupun supir jika tampak mengantuk,” paparnya.(azr)

 

(RIAUPOS.CO) – Jumlah pemudik di tahun ini diprediksi akan membeludak dibanding tahun lalu. Seiring dengan melandainya angka penularan Covid-19. Meski begitu, status pandemi Covid-19 belum dicabut pemerintah. Karena itu, aktivitas mudik pun tetap harus dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.

Pemudik tetap harus mengutamakan prokes selama perjalanan mudik agar mudik tetap aman, nyaman dan selamat. Dikatakan oleh dr Fajri Marindra MKom MBiomed, Dosen FK Unri dan Kepala Instalasi Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad, pemudik harus senantiasa memakai masker dan mengurangi interaksi dengan penumpang lain jika menggunakan transportasi publik.
tambahdr Fajri Marindra MKom MBiomed

Di samping itu, ia juga ingin pemudik betul-betul memastikan bahwa tubuh mereka dalam kondisi fit, sebelum melakukan perjalanan. "Jika memiliki gejala flu, sebaiknya tunda rencana mudik sampai gejala hilang. Usahakan selalu membawa dan menggunakan pembersih tangan (hand sanitizer) setelah menyentuh benda-benda yang lazim disentuh banyak orang, seperti gagang pintu. Hindari makan bersama orang yang tidak kita kenal ketika berhenti untuk istirahat," paparnya kepada Riau Pos.

Baca Juga:  525 Napi Lapas Pasirpengaraian Dapat Remisi

Walaupun pemerintah telah mewajibkan pelaku mudik sudah harus divaksinasi, pemudik dikatakannya tetap harus waspada. "Karena orang yang telah divaksinasi bukan artinya 100 % kebal terhadap virus corona,” sambungnya.

Di sisi lain, karena momen mudik lebaran ini dilaksanakan dalam bulan Ramadan, pemudik juga harus mempersiapkan dan menilai kondisi tubuh masing-masing. "Jika memang tidak kuat, tidak harus memaksakan mudik dalam keadaan puasa, karena Islam juga telah melonggarkan kewajiban puasa bagi pelaku safar dan dapat menggantinya pada hari lain," sarannya.

Namun, jika dirasa kuat untuk berpuasa dalam melakukan perjalanan jauh, pemudik dikatakannya harus mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan asupan air mineral yang cukup pada saat sahur. "Jika dapat memilih, utamakan untuk berkendara pada pagi hari, karena setelah sahur asupan glukosa darah biasanya tinggi sehingga tingkat kesadaran seseorang lebih optimal," terangnya lagi.

Namun, perihal waktu ideal untuk melakukan perjalanan ini, kata dokter Fajri, sebenarnya tak bisa disamaratakan. Tiap orang, akan berbeda-beda. "Tergantung kebiasaan jam biologisnya. Jika orang tadi tipe yang biasa beraktivitas malam, lebih baik melakukan perjalanan malam hari. Namun jika orang tadi bisa beraktivitas pagi, melakukan perjalanan jauh setelah subuh merupakan waktu yang paling tepat,” ujarnya lagi.

Baca Juga:  Ruas Tol Terkendala, Pemprov Surati KLHK

Selain kadar glukosa dalam darah masih terjaga karena baru sahur, sehingga memungkinkan kita untuk berkonsentrasi tinggi. Keutamaan lainnya ialah jarak pandang pada pagi hari juga sangat baik, dibandingkan berkendara pada malam hari.

Tak bisa ditampik, menyetir pada malam hari juga memang rawan mengantuk. Karena itu pula, pemudik yang menyetir sendiri untuk perjalanan darat yang panjang, harus memperhatikan jam biologi untuk mencegah pengemudi untuk tertidur saat berkendara.

"Jika saat berkendara muncul perasaan mengantuk, usahakan untuk menepi sejenak untuk istirahat atau melakukan peregangan ringan. Usahakan juga memiliki teman saat berkendara, sehingga ada rekan yang dapat membantu mengawasi kondisi jalan maupun supir jika tampak mengantuk,” paparnya.(azr)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari