Berhijrah Kok Susah

Kaum ‘mapan’ tidak akan senang dengan perubahan. Maka mereka akan senantiasa berusaha menghalangi perubahan. Ungkapan tersebut bisa memberi sedikit gambaran sekaligus jawaban kenapa masih kita dapati orang-orang yang enggan berhijrah. Begitulah, orang-orang yang sudah ‘mapan’ akan sulit untuk diajak melakukan perubahan atau hijrah.  

Jika kita belajar sirah nabawiyah akan kita dapati bahwa Abu Jahal,  al Akhnas bin Syariq, dan Abu Sufyan (ketika masih kafir) adalah kaum ‘mapan’ pada masanya yang hatinya tidak mau menerima ajaran Islam.

Semoga kita tidak seperti Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hanya karena sudah nyaman hidup dalam aturan sekuler kapitalis. Nyaman dengan buka-bukaan aurat, kehidupan hedonis yang serba bebas asal senang. Nyaman dengan riba yang dilakoninya, aktivitas berpacarannya. Akhirnya enggan mengambil islam sebagai jalan hidup. Kalaupun diambil hanya sebagian. Diambil yang dia suka. Ditinggalkan yang tidak dia suka. Begitulah, bisa jadi yang membuat kita susah berhijrah ke kehidupan dan pemikiran yang islami karena kita sudah merasa ‘mapan’ dalam gaya hidup ala sekuler kapitalis. Menolak untuk diajak berhijrah ke gaya hidup islami. Bahkan menghalangi dakwah yang mengajak pada melanjutkan kehidupan islam.

Begitu juga dengan penguasa. Sudah merasa enak, nyaman, dan mapan dengan kondisi sekarang maka mereka enggan berhijrah ke tatanan hidup yang islami. Bisa juga karena mereka merasa terancam kedudukannya ketika kapitalis tak lagi eksis. Bisa jadi, juga menghalang-halangi dakwah melanjutkan kehidupan islam. Adakalanya, ketidaksiapan pada perubahan atau hijrahlah yang membuat sebagian kalangan mengerahkan segala daya untuk menghalangi dakwah melanjutkan kehidupan Islam. Mereka menghalangi bukan karena ide islam itu salah. Mereka hanya khawatir kemapanan dalam sistem sekuler kapitalis yang sudah mereka dapatkan akan terusik.

- Advertisement -

Namun demikian, bukan berarti tak ada sama sekali orang yang mau diajak berhijrah. Selamat kepada yang sudah berkomitmen untuk berhijrah. Harus senantiasa diingat bahwa hijrah itu harus totalitas. Jangan setengah-setengah. Hijrah bukan sekadar beda penampilan. Tapi juga berhijrah  pola pikir, pola sikap, dan kiprahnya menjadi islami.

Panduan berhijrah agar tidak setengah-setengah apalagi terasa susah, bisa kita lakukan dengan 4S. Pertama, sempurnakan pemahaman. Berhijrah harus dibarengi dengan ilmu. Memahami islam dengan sering menghadiri majelis-majelis ilmu islam. Kedua, sempurnakan pakaian. Sempurnakan cara berpakaian ala islam terutama untuk para muslimah. Muslimah itu pakaiannya adalah bergamis dan berkerudung. Inilah pakaian yang sempurna. Sederhana, tidak ribet dan heboh. Jika belum bisa berpakaian sempurna, segeralah sempurnakan tahap-tahap itu. Saat pakaian telah sempurna, itu jadi rem untuk tidak seenaknya berkata dan berbuat. Ketiga, sempurnakan pergaulan. Mulailah bergaul dalam suasana keimanan yang sudah pasti mendukung proses hijrah kita. Carilah komunitas baru yang islami.

- Advertisement -

Segera tinggalkan teman-teman, komunitas dan dunia yang sudah tidak sejalan dengan proses hijrah. Keempat, sempurnakan diri untuk meninggalkan pemahaman dan gaya hidup sekuler. Sekulerismelah yang sering membuat proses hijrah itu setengah-setengah bahkan susah. “Biarlah saya nakal dan hobi dugem yang penting pinter dan tetap sholat”. Jelas ini ungkapan yang salah. Seorang Muslim itu harus baik dari sisi akhlak, pemikiran hingga busananya. Pribadinya harus khas dan unik menggambarkan Islam. Semoga setiap kita bisa berhijrah dengan mudah dan tidak setengah-setengah. ***

Kaum ‘mapan’ tidak akan senang dengan perubahan. Maka mereka akan senantiasa berusaha menghalangi perubahan. Ungkapan tersebut bisa memberi sedikit gambaran sekaligus jawaban kenapa masih kita dapati orang-orang yang enggan berhijrah. Begitulah, orang-orang yang sudah ‘mapan’ akan sulit untuk diajak melakukan perubahan atau hijrah.  

Jika kita belajar sirah nabawiyah akan kita dapati bahwa Abu Jahal,  al Akhnas bin Syariq, dan Abu Sufyan (ketika masih kafir) adalah kaum ‘mapan’ pada masanya yang hatinya tidak mau menerima ajaran Islam.

Semoga kita tidak seperti Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hanya karena sudah nyaman hidup dalam aturan sekuler kapitalis. Nyaman dengan buka-bukaan aurat, kehidupan hedonis yang serba bebas asal senang. Nyaman dengan riba yang dilakoninya, aktivitas berpacarannya. Akhirnya enggan mengambil islam sebagai jalan hidup. Kalaupun diambil hanya sebagian. Diambil yang dia suka. Ditinggalkan yang tidak dia suka. Begitulah, bisa jadi yang membuat kita susah berhijrah ke kehidupan dan pemikiran yang islami karena kita sudah merasa ‘mapan’ dalam gaya hidup ala sekuler kapitalis. Menolak untuk diajak berhijrah ke gaya hidup islami. Bahkan menghalangi dakwah yang mengajak pada melanjutkan kehidupan islam.

Begitu juga dengan penguasa. Sudah merasa enak, nyaman, dan mapan dengan kondisi sekarang maka mereka enggan berhijrah ke tatanan hidup yang islami. Bisa juga karena mereka merasa terancam kedudukannya ketika kapitalis tak lagi eksis. Bisa jadi, juga menghalang-halangi dakwah melanjutkan kehidupan islam. Adakalanya, ketidaksiapan pada perubahan atau hijrahlah yang membuat sebagian kalangan mengerahkan segala daya untuk menghalangi dakwah melanjutkan kehidupan Islam. Mereka menghalangi bukan karena ide islam itu salah. Mereka hanya khawatir kemapanan dalam sistem sekuler kapitalis yang sudah mereka dapatkan akan terusik.

Namun demikian, bukan berarti tak ada sama sekali orang yang mau diajak berhijrah. Selamat kepada yang sudah berkomitmen untuk berhijrah. Harus senantiasa diingat bahwa hijrah itu harus totalitas. Jangan setengah-setengah. Hijrah bukan sekadar beda penampilan. Tapi juga berhijrah  pola pikir, pola sikap, dan kiprahnya menjadi islami.

Panduan berhijrah agar tidak setengah-setengah apalagi terasa susah, bisa kita lakukan dengan 4S. Pertama, sempurnakan pemahaman. Berhijrah harus dibarengi dengan ilmu. Memahami islam dengan sering menghadiri majelis-majelis ilmu islam. Kedua, sempurnakan pakaian. Sempurnakan cara berpakaian ala islam terutama untuk para muslimah. Muslimah itu pakaiannya adalah bergamis dan berkerudung. Inilah pakaian yang sempurna. Sederhana, tidak ribet dan heboh. Jika belum bisa berpakaian sempurna, segeralah sempurnakan tahap-tahap itu. Saat pakaian telah sempurna, itu jadi rem untuk tidak seenaknya berkata dan berbuat. Ketiga, sempurnakan pergaulan. Mulailah bergaul dalam suasana keimanan yang sudah pasti mendukung proses hijrah kita. Carilah komunitas baru yang islami.

Segera tinggalkan teman-teman, komunitas dan dunia yang sudah tidak sejalan dengan proses hijrah. Keempat, sempurnakan diri untuk meninggalkan pemahaman dan gaya hidup sekuler. Sekulerismelah yang sering membuat proses hijrah itu setengah-setengah bahkan susah. “Biarlah saya nakal dan hobi dugem yang penting pinter dan tetap sholat”. Jelas ini ungkapan yang salah. Seorang Muslim itu harus baik dari sisi akhlak, pemikiran hingga busananya. Pribadinya harus khas dan unik menggambarkan Islam. Semoga setiap kita bisa berhijrah dengan mudah dan tidak setengah-setengah. ***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya