Senin, 20 Mei 2024

Satgas Antimafia Bola Is Back

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah banyak kritikan karena tidak bisa menyelesaikan PR terkait pengaturan skor, Satgas Antimafia Bola akhirnya kembali bangun dari tidurnya. Setelah masa kerjanya habis pada 21 Juni lalu, Polri akhirnya membentuk kembali Satgas Antimafia Bola Jilid II.

 

Yamaha

Susunannya pun tidak berubah. Brigjen Hendro Pandowo kembali jadi pimpinan satgas. Kembali akan masuk dan mencoba menyelesaikan beberapa kasus yang belum dirampungkan. Yakni Kasus Vigit Waluyo dan Kasus dengan tersangka Hidayat.

Seperti yang dijelaskan oleh Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada JPG, kemarin (8/8) di Mabes Polri. Dia mengatakan secara resmi Satgas Antimafia Bola dibangunkan lagi pada 6 Agustus kemarin. Masa kerjanya hanya 4 bulan. Artinya hanya sampai 6 November mendatang.

Dedi menjelaskan kembali dihidupkannya satgas tersebut bukan serta merta karena masih meninggalkan PR. Apresiasi masyarakat yang cukup tinggi jadi faktor lainnya. Selain itu, banyak pencinta sepakbola nasional berharap agar Liga 1 musim ini diawasi karena ada indikasi pengaturan skor di dalamnya. "Banyak yang ingin Liga 1 terselenggara dengan bersih, bermartabat, dan berprestasi. Maka, Satgas Anti Mafia Bola akan bekerja memenuhi harapan tersebut," paparnya.

- Advertisement -

Nah, khusus mengawasi Liga 1, Satgas Antimafia Bola punya cara tersendiri. Tidak seperti sebelumnya yang hanya fokus di tingkat pusat. Kali ini satgas juga bakal masuk ke daerah-daerah tempat klub-klub Liga 1 ber-homebase.

Baca Juga:  Pecundangi Malaysia, Indonesia ke Semifinal sebagai Juara Grup

Caranya? Adalah membentuk 13 Sub Satgas di daerah-daerah tersebut. 13 Sub Satgas itu dianggap sudah sesuai pemetaan atas 13 wilayah yang menggelar pertandingan Liga 1. "13 wilayah atau provinsi itu dengan dipimpin Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) tiap Polda," tegasnya.

- Advertisement -

Dengan adanya 13 Sub Satgas itu, Dedi berharap pengawasan terhadap pertandingan bisa lebih efektif. Hal tersebut juga bisa mempersempit pergerakan mafia bola. "Targetnya juga agar mafia bola bisa hilang dari ekosistem sepakbola Indonesia," ujarnya.

Disinggung soal Kasus Vigit dan Hidayat, Dedi menambahkan pihaknya pasti bakal masuk lagi untuk melakukan penyidikan. Harapannya kedua kasus itu bisa segera disempurnakan hingga dinyatakan lengkap atau P21. ”Perlu penambahan lagi agar tuntas,” terangnya.

Kembalinya Satgas Antimafia Bola disambut positif oleh Manajer Madura FC Januar Herwanto. Pria yang jadi pembuka untuk kasus pertandingan antara PSS Sleman melawan Madura FC yang menjadikan Hidayat tersangka itu bersyukur satgas kembali aktif. Sebab, sejauh ini dirinya masih belum puas karena Hidayat yang sudah dijadikan tersangka sama sekali belum dikenai hukuman. ’’Saya berharap satgas itu terus mengawal sepakbola Indonesia, ada terus,’’ harapnya.

Adanya satgas juga bisa membuat takut mafia bola. Buktinya, sejak satgas bertugas, sepakbola Indonesia tidak pernah ada masalah di setiap pertandingannya. "Kami juga ikut bersemangat. Karena ketika satgas jeda mulai ada kejanggalan lagi kan? Tanpa satgas, berat sekali menjalani sepakbola Indonesia," tuturnya.

Baca Juga:  Real Lawan Liverpool Paling Dinanti

Sambutan positif juga diungkapkan oleh whistle blower pertama kasus pengaturan skor, Manajer Persibara Lasmi Indaryani. Dia mengapresiasi keinginan Polri untuk berkomitmen memberantas mafia bola. "Harapnnya semoga jilid 2 ini bisa menjaring mafia bola yang lebih kakap kelasnya," ucapnya.

Dia juga berharap agar pelaku sepakbola nasional bisa proaktif. Artinya, tidak diam dan membiarkan ketika mengetahui ada kecurangan dalam sebuah pertandingan. ’’Jika tidak ada yang berani bersuara maka satgas akan kesulitan untuk membongkar praktek mafia bola,’’ bebernya.

Sementara itu, PSSI melalui Direktur Media Gatot Widakdo juga menyambut positif kembalinya Satgas Antimafia Bola. Alasannya, satgas sudah banyak membantu PSSI dalam urusan bersih-bersih sepakbola Indonesia. "Urusan yang tidak bisa kami jangkau. Masalah pidananya," katanya.
Selanjutnya, Gatot berharap ada sinergi antara PSSI melalui Komite Ad Hoc Integriti dengan Satgas Antimafia Bola. Meski diakui banyak pengurusnya yang ditetapkan sebagai tersangka dan dihukum, tapi pihaknya tetap mendukung langkah satgas ke depannya. "Kami hormati proses hukumnya, kalau memang nanti ditemukan lagi silakan ditindaklanjuti," paparnya.(rid/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Setelah banyak kritikan karena tidak bisa menyelesaikan PR terkait pengaturan skor, Satgas Antimafia Bola akhirnya kembali bangun dari tidurnya. Setelah masa kerjanya habis pada 21 Juni lalu, Polri akhirnya membentuk kembali Satgas Antimafia Bola Jilid II.

 

Susunannya pun tidak berubah. Brigjen Hendro Pandowo kembali jadi pimpinan satgas. Kembali akan masuk dan mencoba menyelesaikan beberapa kasus yang belum dirampungkan. Yakni Kasus Vigit Waluyo dan Kasus dengan tersangka Hidayat.

Seperti yang dijelaskan oleh Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada JPG, kemarin (8/8) di Mabes Polri. Dia mengatakan secara resmi Satgas Antimafia Bola dibangunkan lagi pada 6 Agustus kemarin. Masa kerjanya hanya 4 bulan. Artinya hanya sampai 6 November mendatang.

Dedi menjelaskan kembali dihidupkannya satgas tersebut bukan serta merta karena masih meninggalkan PR. Apresiasi masyarakat yang cukup tinggi jadi faktor lainnya. Selain itu, banyak pencinta sepakbola nasional berharap agar Liga 1 musim ini diawasi karena ada indikasi pengaturan skor di dalamnya. "Banyak yang ingin Liga 1 terselenggara dengan bersih, bermartabat, dan berprestasi. Maka, Satgas Anti Mafia Bola akan bekerja memenuhi harapan tersebut," paparnya.

Nah, khusus mengawasi Liga 1, Satgas Antimafia Bola punya cara tersendiri. Tidak seperti sebelumnya yang hanya fokus di tingkat pusat. Kali ini satgas juga bakal masuk ke daerah-daerah tempat klub-klub Liga 1 ber-homebase.

Baca Juga:  Saat di Singapura, Teman Berlatih Juara Dunia Loh Kean Yew

Caranya? Adalah membentuk 13 Sub Satgas di daerah-daerah tersebut. 13 Sub Satgas itu dianggap sudah sesuai pemetaan atas 13 wilayah yang menggelar pertandingan Liga 1. "13 wilayah atau provinsi itu dengan dipimpin Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) tiap Polda," tegasnya.

Dengan adanya 13 Sub Satgas itu, Dedi berharap pengawasan terhadap pertandingan bisa lebih efektif. Hal tersebut juga bisa mempersempit pergerakan mafia bola. "Targetnya juga agar mafia bola bisa hilang dari ekosistem sepakbola Indonesia," ujarnya.

Disinggung soal Kasus Vigit dan Hidayat, Dedi menambahkan pihaknya pasti bakal masuk lagi untuk melakukan penyidikan. Harapannya kedua kasus itu bisa segera disempurnakan hingga dinyatakan lengkap atau P21. ”Perlu penambahan lagi agar tuntas,” terangnya.

Kembalinya Satgas Antimafia Bola disambut positif oleh Manajer Madura FC Januar Herwanto. Pria yang jadi pembuka untuk kasus pertandingan antara PSS Sleman melawan Madura FC yang menjadikan Hidayat tersangka itu bersyukur satgas kembali aktif. Sebab, sejauh ini dirinya masih belum puas karena Hidayat yang sudah dijadikan tersangka sama sekali belum dikenai hukuman. ’’Saya berharap satgas itu terus mengawal sepakbola Indonesia, ada terus,’’ harapnya.

Adanya satgas juga bisa membuat takut mafia bola. Buktinya, sejak satgas bertugas, sepakbola Indonesia tidak pernah ada masalah di setiap pertandingannya. "Kami juga ikut bersemangat. Karena ketika satgas jeda mulai ada kejanggalan lagi kan? Tanpa satgas, berat sekali menjalani sepakbola Indonesia," tuturnya.

Baca Juga:  Liverpool FC v Atletico Madrid: Memburu Lolos di Angka 25

Sambutan positif juga diungkapkan oleh whistle blower pertama kasus pengaturan skor, Manajer Persibara Lasmi Indaryani. Dia mengapresiasi keinginan Polri untuk berkomitmen memberantas mafia bola. "Harapnnya semoga jilid 2 ini bisa menjaring mafia bola yang lebih kakap kelasnya," ucapnya.

Dia juga berharap agar pelaku sepakbola nasional bisa proaktif. Artinya, tidak diam dan membiarkan ketika mengetahui ada kecurangan dalam sebuah pertandingan. ’’Jika tidak ada yang berani bersuara maka satgas akan kesulitan untuk membongkar praktek mafia bola,’’ bebernya.

Sementara itu, PSSI melalui Direktur Media Gatot Widakdo juga menyambut positif kembalinya Satgas Antimafia Bola. Alasannya, satgas sudah banyak membantu PSSI dalam urusan bersih-bersih sepakbola Indonesia. "Urusan yang tidak bisa kami jangkau. Masalah pidananya," katanya.
Selanjutnya, Gatot berharap ada sinergi antara PSSI melalui Komite Ad Hoc Integriti dengan Satgas Antimafia Bola. Meski diakui banyak pengurusnya yang ditetapkan sebagai tersangka dan dihukum, tapi pihaknya tetap mendukung langkah satgas ke depannya. "Kami hormati proses hukumnya, kalau memang nanti ditemukan lagi silakan ditindaklanjuti," paparnya.(rid/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari