JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Boeing akan menghentikan produksi pesawat 747 yang ikonis pada 2022 mendatang, demikian disampaikan Presiden sekaligus CEO Boeing Dave Calhoun pada Rabu (29/7), seperti dikutip Antara dari Xinhua.
"Sementara harga 767 dan 747 kami tetap tidak berubah, di tengah dinamika pasar dan prospek saat ini, kami akan menghentikan produksi 747 yang ikonis pada 2022," kata Calhoun dalam sebuah surat yang ditujukan kepada para karyawan, seraya menambahkan bahwa Boeing akan terus mendukung operasi dan keberlanjutan 747 dengan baik di masa depan.
Menurut Calhoun, pandemi akan terus berdampak parah pada sektor penerbangan. Tekanan pada pelanggan komersial membuat mereka menunda pembelian jet, memperlambat pengiriman, menunda perawatan elektif, mengandangkan pesawat yang lebih tua dan mengurangi pengeluaran.
"Semua itu memengaruhi bisnis kami dan, pada akhirnya, laba bersih kami. Meskipun ada sejumlah tanda yang menggembirakan, kami memperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga tahun untuk kembali ke tingkat penumpang 2019."
"Sayangnya, jelas bahwa kita perlu melakukan penyesuaian lebih lanjut berdasarkan dampak Covid- 19 yang berkepanjangan," ujarnya. Perubahan tersebut salah satunya adalah terus menurunkan tingkat produksi pesawat komersial.
Boeing Company pada Rabu (29/7) melaporkan pendapatan kuartal kedua sebesar 11,8 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.570), kerugian berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) per lembar saham sebesar 4,20 dolar AS, dan arus kas operasi senilai 5,3 miliar dolar AS. Angka-angka tersebut sebagian besar mencerminkan dampak Cpvod-19 dan larangan terbang 737 MAX.
Dalam Program Pesawat Komersial, Boeing mengirim total 20 pesawat pada kuartal kedua 2020. Pengiriman tersebut termasuk dua pesawat 777F ke China Southern Airlines pada Mei lalu. Sementara itu, Boeing masih memiliki lebih dari 4.500 pesawat terbang yang belum diselesaikan senilai 326 miliar dolar AS.
"Beberapa bulan terakhir ini tidak seperti apa yang pernah kita lihat sebelumnya. Efek pandemi pada masyarakat dan industri kita masih berlangsung. Dan tantangan yang kita hadapi sebagai sebuah perusahaan masih nyata," ujar Calhoun.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi