Senin, 23 Juni 2025

Anggota DPD RI Minta Pusat Perhatikan Wacana Referendum Aceh

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mencuatnya wacana pelaksanaan referendum secara resmi terhadap Aceh dipandang pimpinan Komite I DPD RI Fachrul Razi sebagai sesuatu yang harus diperhatikan pemerintah pusat.
Sebab,  menurut Fachrul, wacana itu dikemukakan oleh Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Muzakir Manaf. Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem menuturkan, ke depan Aceh minta referendum karena Indonesia tak jelas soal keadilan dan demokrasi. Indonesia diambang kehancuran dari sisi mana pun.

Pendapat dan keinginan itu disampaikan Mualem dalam sambutannya pada peringatan Kesembilan Tahun (‪3 Juni 2010-3 Juni 2019‬), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, (27/5/2019) malam.

Baca Juga:  Tegas Tolak RUU Cipta Lapangan Kerja

Fachrul menjelaskan, pernyataan mantan panglima GAM itu bukanlah pernyataan biasa, dan ini serius dan memiliki arti penting. Jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas untuk menjawab quo vadis Aceh ke depan menghadapi Indonesia yang terus menuju pada kehancuran dan kegagalan dalam berdemokrasi.

’’Ini yang berbicara Mualem, jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas,’’ ujar senator asal Aceh itu.

Menurut Fachrul, referendum adalah mekanisme demokrasi dalam memberikan hak politik rakyat dalam menentukan masa depannya. Karena itu, wacana referendum adalah bentuk salah satu solusi damai untuk Aceh agar tetap menjaga hak konstitusional setiap warga negaranya.

Baca Juga:  Dicuri Kucing

Referendum juga, lanjutnya, dapat diartikan penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dengan pemungutan suara umum. Karena menyangkut nasib dan masa depan rakyat sendiri,’’ paparnya.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mencuatnya wacana pelaksanaan referendum secara resmi terhadap Aceh dipandang pimpinan Komite I DPD RI Fachrul Razi sebagai sesuatu yang harus diperhatikan pemerintah pusat.
Sebab,  menurut Fachrul, wacana itu dikemukakan oleh Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Muzakir Manaf. Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem menuturkan, ke depan Aceh minta referendum karena Indonesia tak jelas soal keadilan dan demokrasi. Indonesia diambang kehancuran dari sisi mana pun.

Pendapat dan keinginan itu disampaikan Mualem dalam sambutannya pada peringatan Kesembilan Tahun (‪3 Juni 2010-3 Juni 2019‬), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, (27/5/2019) malam.

Baca Juga:  Suhendra Hadikuntono Diberi Tugas Menemui Jokowi

Fachrul menjelaskan, pernyataan mantan panglima GAM itu bukanlah pernyataan biasa, dan ini serius dan memiliki arti penting. Jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas untuk menjawab quo vadis Aceh ke depan menghadapi Indonesia yang terus menuju pada kehancuran dan kegagalan dalam berdemokrasi.

’’Ini yang berbicara Mualem, jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas,’’ ujar senator asal Aceh itu.

Menurut Fachrul, referendum adalah mekanisme demokrasi dalam memberikan hak politik rakyat dalam menentukan masa depannya. Karena itu, wacana referendum adalah bentuk salah satu solusi damai untuk Aceh agar tetap menjaga hak konstitusional setiap warga negaranya.

Baca Juga:  KPK Temukan 1,5 Juta Orang Penerima Bansos di Papua Tak Seusai NIK

Referendum juga, lanjutnya, dapat diartikan penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dengan pemungutan suara umum. Karena menyangkut nasib dan masa depan rakyat sendiri,’’ paparnya.

- Advertisement -

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mencuatnya wacana pelaksanaan referendum secara resmi terhadap Aceh dipandang pimpinan Komite I DPD RI Fachrul Razi sebagai sesuatu yang harus diperhatikan pemerintah pusat.
Sebab,  menurut Fachrul, wacana itu dikemukakan oleh Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Muzakir Manaf. Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem menuturkan, ke depan Aceh minta referendum karena Indonesia tak jelas soal keadilan dan demokrasi. Indonesia diambang kehancuran dari sisi mana pun.

Pendapat dan keinginan itu disampaikan Mualem dalam sambutannya pada peringatan Kesembilan Tahun (‪3 Juni 2010-3 Juni 2019‬), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, (27/5/2019) malam.

Baca Juga:  Pemprov Riau Raih BKN Award 2019

Fachrul menjelaskan, pernyataan mantan panglima GAM itu bukanlah pernyataan biasa, dan ini serius dan memiliki arti penting. Jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas untuk menjawab quo vadis Aceh ke depan menghadapi Indonesia yang terus menuju pada kehancuran dan kegagalan dalam berdemokrasi.

’’Ini yang berbicara Mualem, jadi ini bukan wacana lagi tapi satu sikap politik yang tegas,’’ ujar senator asal Aceh itu.

Menurut Fachrul, referendum adalah mekanisme demokrasi dalam memberikan hak politik rakyat dalam menentukan masa depannya. Karena itu, wacana referendum adalah bentuk salah satu solusi damai untuk Aceh agar tetap menjaga hak konstitusional setiap warga negaranya.

Baca Juga:  Harga Pertalite dan LPG 3 Kg Direncanakan Naik

Referendum juga, lanjutnya, dapat diartikan penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dengan pemungutan suara umum. Karena menyangkut nasib dan masa depan rakyat sendiri,’’ paparnya.

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari