Minggu, 10 November 2024

Musim Hujan Datang Lebih Awal, Waspada Daya Tahan Tubuh Menurun

- Advertisement -

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperkirakan musim hujan 2021 akan terjadi lebih awal dari biasanya. Yakni pada sekitaran September akhir hingga Oktober 2021. Selain potensi bencana hidrometeorologis, kondisi cuaca yang tidak menentu juga dikhawatirkan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia tengah mengalami puncak musim kemarau.

- Advertisement -

Daerah-daerah kering utamanya berada di selatan Khatulistiwa. Namun kondisi berbeda justru banyak dialami daerah di utara Khatulistiwa seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Hal ini kata Dwikorita memang kerap menimbulkan kebingungan.

"Seperti yang sudah pernah diprediksikan oleh BMKG sebelumnya. Bahwa musim kemarau tahun ini adalah musim kemarau yang basah," jelas Dwikorita, kemarin (26/8)

Sebagai kawasan benua maritim, cuaca dan dinamika musim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh dinamika atmosfer di dua samudera utama. Yakni Samudera Hindia dan Pasifik. Selain itu, banyak anomali cuaca terdaftar sepanjang tahunnya seperti El Nino, La Nina, Madden Julian Oscilliation (MJO) ataupun seruakan dingin.

- Advertisement -

Dengan tibanya musim hujan yang lebih awal ini, kata Dwikorita, beberapa keuntungan yang bisa didapatkan di antaranya para petani bisa melakukan perluasan masa tanam. Kemudian panen air hujan untuk mengisi kanal-kanal tadah hujan, embung maupun waduk demi kepentingan irigasi.

Baca Juga:  Makan Dulu, atau Konsumsi Buah?

 

Bagaimanapun, kondisi musim hujan juga patut diwaspadai karena berpotensi membawa serta bencana hidro-meteorologis seperti hujan lebat, banjir, angin kencang, petir serta tanah longsor.

"Selain itu, hujan es juga masih berpotensi terjadi," jelasnya.

Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

"Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu," imbuhnya.

Sejumlah wilayah di Indonesia juga diprediksi mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Di antaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

BMKG mengimbau pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana. Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Dwikorita menjabarkan, dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan.

Baca Juga:  Kadin Siak Salurkan 20 Tabung Oksigen dan 10 Regulator 

Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021, meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali. Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali – Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Dwikorita menerangkan, secara umum, sifat hujan selama Musim Hujan 2021/2022 diperkirakan normal atau sama dengan rata-rata klimatologisnya pada 244 ZOM (71,4 persen), sejumlah 88 ZOM (25,7 persen) akan mengalami kondisi musim hujan Atas Normal (lebih basah dari biasanya) dan 10 ZOM (2,9 persen) akan mengalami musim hujan bawah normal.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan mengatakan saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral. Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.

Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.(tau/jpg)

 

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) memperkirakan musim hujan 2021 akan terjadi lebih awal dari biasanya. Yakni pada sekitaran September akhir hingga Oktober 2021. Selain potensi bencana hidrometeorologis, kondisi cuaca yang tidak menentu juga dikhawatirkan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia tengah mengalami puncak musim kemarau.

- Advertisement -

Daerah-daerah kering utamanya berada di selatan Khatulistiwa. Namun kondisi berbeda justru banyak dialami daerah di utara Khatulistiwa seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Hal ini kata Dwikorita memang kerap menimbulkan kebingungan.

"Seperti yang sudah pernah diprediksikan oleh BMKG sebelumnya. Bahwa musim kemarau tahun ini adalah musim kemarau yang basah," jelas Dwikorita, kemarin (26/8)

- Advertisement -

Sebagai kawasan benua maritim, cuaca dan dinamika musim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh dinamika atmosfer di dua samudera utama. Yakni Samudera Hindia dan Pasifik. Selain itu, banyak anomali cuaca terdaftar sepanjang tahunnya seperti El Nino, La Nina, Madden Julian Oscilliation (MJO) ataupun seruakan dingin.

Dengan tibanya musim hujan yang lebih awal ini, kata Dwikorita, beberapa keuntungan yang bisa didapatkan di antaranya para petani bisa melakukan perluasan masa tanam. Kemudian panen air hujan untuk mengisi kanal-kanal tadah hujan, embung maupun waduk demi kepentingan irigasi.

Baca Juga:  PPKM Darurat Berpeluang Diperpanjang

 

Bagaimanapun, kondisi musim hujan juga patut diwaspadai karena berpotensi membawa serta bencana hidro-meteorologis seperti hujan lebat, banjir, angin kencang, petir serta tanah longsor.

"Selain itu, hujan es juga masih berpotensi terjadi," jelasnya.

Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

"Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu," imbuhnya.

Sejumlah wilayah di Indonesia juga diprediksi mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Di antaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

BMKG mengimbau pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana. Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Dwikorita menjabarkan, dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada September 2021, meliputi Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan.

Baca Juga:  HET Minyak Goreng Curah Rp11.500, Kemasan Premium Rp14 Ribu per Liter

Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021, meliputi Sumatra bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali. Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021, meliputi sebagian Lampung, Jawa, Bali – Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Dwikorita menerangkan, secara umum, sifat hujan selama Musim Hujan 2021/2022 diperkirakan normal atau sama dengan rata-rata klimatologisnya pada 244 ZOM (71,4 persen), sejumlah 88 ZOM (25,7 persen) akan mengalami kondisi musim hujan Atas Normal (lebih basah dari biasanya) dan 10 ZOM (2,9 persen) akan mengalami musim hujan bawah normal.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dodo Gunawan mengatakan saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan Netral. Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.

Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.(tau/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari