Kamis, 19 September 2024

Ubah Kebun Karet Telantar Jadi Taman Rekreasi Warna Warni

Tidak perlu waktu lama mengubah semak belukar dan kebun karet telantar menjadi taman rekreasi yang paling digemari. Sebuah bukit sarang nyamuk disulap menjadi tujuan wisata dan berhasil mencatatkan angka kunjungan gemuk.

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru

Tidak ada bedanya Asri Jamil dengan petugas jaga destinasi Agrowisata Pelangi lainnya saat wartawan berkunjung pada akhir pekan lalu. Tampilan seperti sama, karena mengenakan seragam yang sama. Warna cerah, merah muda, yang mencuri mata. Antusiasme dan keramah-tamahannya yang membedakan pria asal Kampar ini dengan kawan-kawannya yang lain.

Cerita bermula pada awal 2020 lalu ketika Asri memutuskan untuk mencari peruntungan baru ke Kota Pekanbaru, kota tetangga tempat asalnya Bangkinang. Merasa perlu tantangan setelah puas ikut mengembangkan sejumlah tempat wisata di Kampar, Asri mantap pindah. Setelah dua bulan luntang-lantung mengikuti salah seorang kerabatnya, akhirnya pria hitam manis yang murah senyum ini minta bantuan.

- Advertisement -

"Sudah dua bulan saya bosan, akhirnya saya minta arahan, apa yang bisa dibuat. Akhirnya saya dihadapkan pada sebuah lahan, yang sebagiannya diisi kebun karet rimbun yang terlantar. Ada bukit mencolok dan potensial di sana. Maka saya mulai berkreasi dari nol," terangnya.

Sudah berpengalaman ikut berkreasi pada sejumlah tempat potensi wisata yang tertidur di Kampar, mudah 2bagi Asri untuk membangunkan kebun karet yang dihuni banyak nyamuk di kala pagi dan petang itu menjadi tamat rekreasi. Agrowisata itu berada di Jalan Hang Tuah Ujung atau Jalan Lintas Timur, Kulim, Tenayan Raya.

- Advertisement -

Dengan modal kreativitas dan separuh nekad, tempat itu dibangun. Dimulai dengan pembersihan, penataan, pembangunan fasilitas umum seperti musolla, toilet yang menurut menjadi kelemahan awal-awal pengembangan wisata yang dia lakukan di Kampar. Sejumlah pondok-pondok unik dengan berbagai bentuk dibangun.

Baca Juga:  7 Persen Masyarakat Tetap Ngotot Mudik

Lalu Jalan setapak dibuat, jembatan layang didirikan di area perbukitan. Berbagai ornamen, bunga dan sentuhan kreatif eksentrik lainnya ditanam di lahan seluas tujuh hektare tersebut. Namun, daya tarik utama agrowisata itu adalah bukitnya yang mencolok.

Pengunjung harus memacu kendaraan untuk naik ke bukit yang cukup tinggi itu. Tapi di atas bukit, sebuah bentangan yang penuh pohon karet seluas sekitar dua hektare terbentang datar. Di sinilah area inti taman rekreasi ini. Ditambah sekitar dua hektare agrowisata yang dipenuhi pepohonan buah seperti pepaya, lengkeng hingga anggur siap petik.

Bukit ini unik. Berdiri kokoh hampir setinggi 20 meter dari titik terendah jalan masuk. Dua pertiga area bukit ini terbuka untuk hembusan angin. Hingga hawa dingin sangat terasa di bukit ini ketika angin terus bertiup secara konstan. Ini didukung pula oleh pepohonan karet rimbun yang kokoh berdiri sebagai sumber alami peneduh di areal tersebut.

Pada areal inti di atas bukit itu, berbagai gazebo, sejumlah pendopo, taman bermain, taman bunga, jalan setapak yang tertata didirikan. Warna-warni cat segala bangunan dan ornamen di dalamnya menjadi inspirasi utama nama tempatnya, Agrowisata Pelangi. Puluhan payung dengan warna mencolok mata dan sangat instagramable, jadi salah spot foto populer bagi pengunjung.

"Saya benar-benar bangun dari nol, bangun dengan ide sendiri hingga dalam waktu kurang dari dua tahun, tempat ini alhamdulillah ramai. Pengunjung senang, karena biaya juga tidak mahal dibandingkan suasanan santai, sejuk dan fasilitas yang bagus yang terus kami bangun dan benahi," kata Asri.

Di sana kini sudah ada wahana flying fox dengan panjang lintasan mencapai 100 meter. Ada motor ATP bagi yang ingin menguji adrenalin. Bisa juga mencoba sensai berjalan diatas jembatan layang lentur yang terhubung mencapai sepertiga lingkaran kawasan inti tersebut. Jika pengunjung ingin lebih meresapi hawa sejuknya dalam keadaan santai, bisa menempati puluhan pondok beratap daun di tengah kawasan yang sudah cukup sejuk itu.

Baca Juga:  Bupati Launching ATM Beras Sungai Mandau

Karena daya tariknya, kata Asri, tempat ini menjadi cepat populer. Pada akhir pekan, Sabtu hingga Ahad, kunjungan harian mencapai seribu orang. Tempat kawasan inti itu seakan-akan sempit seketika.

"Saya menghitung kunjungannya dari jumlah tiket masuk yang terjual saja. Di sana nampak berapa yang datang harian, bulanan. Sejauh ini sudah memuaskan. Tapi akan terus ada pengembangan. Karena masih ada utang harus dibayar. Saya memang pengelola, tapi lahan ini adalah lahan menumpang," sebutnya sambil tersenyum.

Sejak mulai dikerjakannya pada Juli 2020 lalu, tempat itu menjadi tempat yang ramai dikunjungi. Pengunjungnya lintas etnis, usia dan bahkan pada akhir pekan selalu ada bus wisata yang terparkir di lahan parkir luas dan teduh disela-sela pohon karet tersebut.

Salah seorang pengunjung, Watini, terkesan ketika pertama berkunjung ke kawasan agrowisata itu pada Sabtu (4/12) lalu. Untuk tempat wisata taman rekreasi di Pekanbaru, Watini dan keluarga sudah berkunjung hampir semua tempat di Pekanbaru. Tapi tidak ada sesejuk di Agrowisata Pelangi.

"Di sini sejuk, apalagi sore hari begini. Serasa sedang di hutan cemara. Katanya kebun karet banyak nyamuk, disini tidak ada nyamuk kayaknya," ungkap nenek empat cucu ini.

Untuk biaya masuk, untuk ukuran Kota Pekanbaru cukup terjangkau. Selain biaya parkir kendaraan, biaya tiket masuk hanya Rp10 ribu. Sementara balita tidak dikenakan biaya. Maka tidak heran, tempat rekreasi ini cepat dapat diterima pengunjung.***

Tidak perlu waktu lama mengubah semak belukar dan kebun karet telantar menjadi taman rekreasi yang paling digemari. Sebuah bukit sarang nyamuk disulap menjadi tujuan wisata dan berhasil mencatatkan angka kunjungan gemuk.

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru

Tidak ada bedanya Asri Jamil dengan petugas jaga destinasi Agrowisata Pelangi lainnya saat wartawan berkunjung pada akhir pekan lalu. Tampilan seperti sama, karena mengenakan seragam yang sama. Warna cerah, merah muda, yang mencuri mata. Antusiasme dan keramah-tamahannya yang membedakan pria asal Kampar ini dengan kawan-kawannya yang lain.

Cerita bermula pada awal 2020 lalu ketika Asri memutuskan untuk mencari peruntungan baru ke Kota Pekanbaru, kota tetangga tempat asalnya Bangkinang. Merasa perlu tantangan setelah puas ikut mengembangkan sejumlah tempat wisata di Kampar, Asri mantap pindah. Setelah dua bulan luntang-lantung mengikuti salah seorang kerabatnya, akhirnya pria hitam manis yang murah senyum ini minta bantuan.

"Sudah dua bulan saya bosan, akhirnya saya minta arahan, apa yang bisa dibuat. Akhirnya saya dihadapkan pada sebuah lahan, yang sebagiannya diisi kebun karet rimbun yang terlantar. Ada bukit mencolok dan potensial di sana. Maka saya mulai berkreasi dari nol," terangnya.

Sudah berpengalaman ikut berkreasi pada sejumlah tempat potensi wisata yang tertidur di Kampar, mudah 2bagi Asri untuk membangunkan kebun karet yang dihuni banyak nyamuk di kala pagi dan petang itu menjadi tamat rekreasi. Agrowisata itu berada di Jalan Hang Tuah Ujung atau Jalan Lintas Timur, Kulim, Tenayan Raya.

Dengan modal kreativitas dan separuh nekad, tempat itu dibangun. Dimulai dengan pembersihan, penataan, pembangunan fasilitas umum seperti musolla, toilet yang menurut menjadi kelemahan awal-awal pengembangan wisata yang dia lakukan di Kampar. Sejumlah pondok-pondok unik dengan berbagai bentuk dibangun.

Baca Juga:  Minibus Tabrak Truk di Tol Pekanbaru Dumai, Lima Tewas

Lalu Jalan setapak dibuat, jembatan layang didirikan di area perbukitan. Berbagai ornamen, bunga dan sentuhan kreatif eksentrik lainnya ditanam di lahan seluas tujuh hektare tersebut. Namun, daya tarik utama agrowisata itu adalah bukitnya yang mencolok.

Pengunjung harus memacu kendaraan untuk naik ke bukit yang cukup tinggi itu. Tapi di atas bukit, sebuah bentangan yang penuh pohon karet seluas sekitar dua hektare terbentang datar. Di sinilah area inti taman rekreasi ini. Ditambah sekitar dua hektare agrowisata yang dipenuhi pepohonan buah seperti pepaya, lengkeng hingga anggur siap petik.

Bukit ini unik. Berdiri kokoh hampir setinggi 20 meter dari titik terendah jalan masuk. Dua pertiga area bukit ini terbuka untuk hembusan angin. Hingga hawa dingin sangat terasa di bukit ini ketika angin terus bertiup secara konstan. Ini didukung pula oleh pepohonan karet rimbun yang kokoh berdiri sebagai sumber alami peneduh di areal tersebut.

Pada areal inti di atas bukit itu, berbagai gazebo, sejumlah pendopo, taman bermain, taman bunga, jalan setapak yang tertata didirikan. Warna-warni cat segala bangunan dan ornamen di dalamnya menjadi inspirasi utama nama tempatnya, Agrowisata Pelangi. Puluhan payung dengan warna mencolok mata dan sangat instagramable, jadi salah spot foto populer bagi pengunjung.

"Saya benar-benar bangun dari nol, bangun dengan ide sendiri hingga dalam waktu kurang dari dua tahun, tempat ini alhamdulillah ramai. Pengunjung senang, karena biaya juga tidak mahal dibandingkan suasanan santai, sejuk dan fasilitas yang bagus yang terus kami bangun dan benahi," kata Asri.

Di sana kini sudah ada wahana flying fox dengan panjang lintasan mencapai 100 meter. Ada motor ATP bagi yang ingin menguji adrenalin. Bisa juga mencoba sensai berjalan diatas jembatan layang lentur yang terhubung mencapai sepertiga lingkaran kawasan inti tersebut. Jika pengunjung ingin lebih meresapi hawa sejuknya dalam keadaan santai, bisa menempati puluhan pondok beratap daun di tengah kawasan yang sudah cukup sejuk itu.

Baca Juga:  7 Persen Masyarakat Tetap Ngotot Mudik

Karena daya tariknya, kata Asri, tempat ini menjadi cepat populer. Pada akhir pekan, Sabtu hingga Ahad, kunjungan harian mencapai seribu orang. Tempat kawasan inti itu seakan-akan sempit seketika.

"Saya menghitung kunjungannya dari jumlah tiket masuk yang terjual saja. Di sana nampak berapa yang datang harian, bulanan. Sejauh ini sudah memuaskan. Tapi akan terus ada pengembangan. Karena masih ada utang harus dibayar. Saya memang pengelola, tapi lahan ini adalah lahan menumpang," sebutnya sambil tersenyum.

Sejak mulai dikerjakannya pada Juli 2020 lalu, tempat itu menjadi tempat yang ramai dikunjungi. Pengunjungnya lintas etnis, usia dan bahkan pada akhir pekan selalu ada bus wisata yang terparkir di lahan parkir luas dan teduh disela-sela pohon karet tersebut.

Salah seorang pengunjung, Watini, terkesan ketika pertama berkunjung ke kawasan agrowisata itu pada Sabtu (4/12) lalu. Untuk tempat wisata taman rekreasi di Pekanbaru, Watini dan keluarga sudah berkunjung hampir semua tempat di Pekanbaru. Tapi tidak ada sesejuk di Agrowisata Pelangi.

"Di sini sejuk, apalagi sore hari begini. Serasa sedang di hutan cemara. Katanya kebun karet banyak nyamuk, disini tidak ada nyamuk kayaknya," ungkap nenek empat cucu ini.

Untuk biaya masuk, untuk ukuran Kota Pekanbaru cukup terjangkau. Selain biaya parkir kendaraan, biaya tiket masuk hanya Rp10 ribu. Sementara balita tidak dikenakan biaya. Maka tidak heran, tempat rekreasi ini cepat dapat diterima pengunjung.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari