Kamis, 19 September 2024

Rusia Kerahkan 20 Ribu Tentara Bayaran, Gempur Donbas, Kepung Mariupol

MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Mariupol kian terkepung. Komandan Brigade Marinir 36 Ukraina Mayor Serhiy Volyna menegaskan bahwa mereka mungkin hanya bisa bertahan dalam hitungan jam. Maksimal hitungan hari. Dia dan pasukannya berlindung di pabrik baja Azovstal. Ada sekitar 500 tentara yang terluka ditambah warga sipil di tempat tersebut.

Mayoritas bangunan di Mariupol memang sudah hancur. Azovstal merupakan bangunan besar yang masih berdiri kukuh. Jika pabrik itu dibombardir oleh Rusia, nasib kota tersebut bakal jauh lebih parah dari Bucha. Saat ini masih ada sekitar 100 ribu penduduk sipil di Mariupol. Pemerintah Ukraina sedang bernegosiasi untuk bisa mengevakuasi anak-anak, perempuan, dan lansia dari kota itu.

Volyna menegaskan bahwa pasukannya masih berusaha untuk bertahan meski terkepung. Dia berharap bisa mendapatkan bantuan senjata dan dibawa ke tempat yang aman di negara ketiga. Menurut dia, pasukan Rusia sudah mengepung dengan kekuatan yang sangat besar.

”Ini mungkin menjadi permohonan terakhir untuk nyawa kami,” ujarnya.

- Advertisement -

Dalam video yang diunggah di akun Facebook-nya, dia menge-tag Presiden AS Joe Biden, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Baca Juga:  Perokok Berisiko 5 Kali Lebih Mudah Tertular Covid-19

Rusia tidak hanya menyerang Mariupol saja secara besar-besaran. Tapi, juga wilayah Donbas. The Guardian mengungkapkan bahwa Kremlin menerjunkan sekitar 10 ribu–20 ribu tentara bayaran dari Suriah, Libya, dan negara-negara lainnya untuk menyerang Donbas. Mereka direkrut oleh perusahaan tentara bayaran Rusia, yaitu Wagner Group.

- Advertisement -

Mantan tentara Syria ditawari gaji bulanan USD 600–3 ribu atau setara Rp8,6 juta–43 juta. Gaji mereka bergantung pada pangkat dan pengalaman di lapangan. Wagner dilaporkan telah memindahkan sebagian besar tentaranya yang berperang di Libya ke Ukraina. Bulan lalu intelijen militer Ukraina mengklaim bahwa Rusia telah membuat kesepakatan dengan panglima perang Libya yang didukung Moskow, Khalifa Haftar, untuk mengirim pejuang Libya.

Sementara itu, negara-negara Barat tak ingin Ukraina kalah. Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada berjanji mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina. Namun, Biden tidak bisa memastikan apakah dirinya bakal berkunjung ke Kiev seperti Boris Johnson. Pentagon memperkirakan Rusia telah kehilangan sekitar 25 persen pasukan misi tempurnya yang dikirim ke Ukraina.

Baca Juga:  Webinar soal Pembangunan Berbagai Sektor untuk Masa Depan Papua

Perang yang tak kunjung usai membuat aliran pengungsi Ukraina tak terhenti. PBB memperkirakan ada sekitar 5 juta pengungsi Ukraina di berbagai negara. Polandia menampung paling banyak. Sebanyak 6 dari 10 pengungsi Ukraina menyeberang ke Polandia. Sekitar 90 persen pengungsi adalah perempuan, lansia, dan anak-anak. Para lelaki yang berusia 18–60 tahun diminta tetap tinggal dan berperang.

Di sisi lain, Australia, Selandia Baru, dan AS kini juga merasa resah dengan masalah geopolitik. Itu disebabkan Tiongkok dan Kepulauan Solomon akhirnya resmi menandatangani pakta keamanan dua negara.

 

Mereka khawatir karena Cina mungkin berusaha membangun pangkalan angkatan laut di Solomon. Cina baru mengungkap Selasa (19/4) bahwa perjanjian sudah resmi hitam di atas putih.

”Kami prihatin dengan kurangnya transparansi dan sifat tidak spesifik dari perjanjian ini,” ujar salah seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Agence France-Presse.

 

Sumber: Jawa Pos

Editor: Edwar Yaman

 

MOSKOW (RIAUPOS.CO) – Mariupol kian terkepung. Komandan Brigade Marinir 36 Ukraina Mayor Serhiy Volyna menegaskan bahwa mereka mungkin hanya bisa bertahan dalam hitungan jam. Maksimal hitungan hari. Dia dan pasukannya berlindung di pabrik baja Azovstal. Ada sekitar 500 tentara yang terluka ditambah warga sipil di tempat tersebut.

Mayoritas bangunan di Mariupol memang sudah hancur. Azovstal merupakan bangunan besar yang masih berdiri kukuh. Jika pabrik itu dibombardir oleh Rusia, nasib kota tersebut bakal jauh lebih parah dari Bucha. Saat ini masih ada sekitar 100 ribu penduduk sipil di Mariupol. Pemerintah Ukraina sedang bernegosiasi untuk bisa mengevakuasi anak-anak, perempuan, dan lansia dari kota itu.

Volyna menegaskan bahwa pasukannya masih berusaha untuk bertahan meski terkepung. Dia berharap bisa mendapatkan bantuan senjata dan dibawa ke tempat yang aman di negara ketiga. Menurut dia, pasukan Rusia sudah mengepung dengan kekuatan yang sangat besar.

”Ini mungkin menjadi permohonan terakhir untuk nyawa kami,” ujarnya.

Dalam video yang diunggah di akun Facebook-nya, dia menge-tag Presiden AS Joe Biden, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Baca Juga:  Mahasiswa Doktoral (S3) Unri Kuliah Lapangan ke Cagar Biosfer APP Sinar Mas

Rusia tidak hanya menyerang Mariupol saja secara besar-besaran. Tapi, juga wilayah Donbas. The Guardian mengungkapkan bahwa Kremlin menerjunkan sekitar 10 ribu–20 ribu tentara bayaran dari Suriah, Libya, dan negara-negara lainnya untuk menyerang Donbas. Mereka direkrut oleh perusahaan tentara bayaran Rusia, yaitu Wagner Group.

Mantan tentara Syria ditawari gaji bulanan USD 600–3 ribu atau setara Rp8,6 juta–43 juta. Gaji mereka bergantung pada pangkat dan pengalaman di lapangan. Wagner dilaporkan telah memindahkan sebagian besar tentaranya yang berperang di Libya ke Ukraina. Bulan lalu intelijen militer Ukraina mengklaim bahwa Rusia telah membuat kesepakatan dengan panglima perang Libya yang didukung Moskow, Khalifa Haftar, untuk mengirim pejuang Libya.

Sementara itu, negara-negara Barat tak ingin Ukraina kalah. Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada berjanji mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina. Namun, Biden tidak bisa memastikan apakah dirinya bakal berkunjung ke Kiev seperti Boris Johnson. Pentagon memperkirakan Rusia telah kehilangan sekitar 25 persen pasukan misi tempurnya yang dikirim ke Ukraina.

Baca Juga:  Chelsea Islan Tersenyum Ditanya Rob

Perang yang tak kunjung usai membuat aliran pengungsi Ukraina tak terhenti. PBB memperkirakan ada sekitar 5 juta pengungsi Ukraina di berbagai negara. Polandia menampung paling banyak. Sebanyak 6 dari 10 pengungsi Ukraina menyeberang ke Polandia. Sekitar 90 persen pengungsi adalah perempuan, lansia, dan anak-anak. Para lelaki yang berusia 18–60 tahun diminta tetap tinggal dan berperang.

Di sisi lain, Australia, Selandia Baru, dan AS kini juga merasa resah dengan masalah geopolitik. Itu disebabkan Tiongkok dan Kepulauan Solomon akhirnya resmi menandatangani pakta keamanan dua negara.

 

Mereka khawatir karena Cina mungkin berusaha membangun pangkalan angkatan laut di Solomon. Cina baru mengungkap Selasa (19/4) bahwa perjanjian sudah resmi hitam di atas putih.

”Kami prihatin dengan kurangnya transparansi dan sifat tidak spesifik dari perjanjian ini,” ujar salah seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Agence France-Presse.

 

Sumber: Jawa Pos

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari