Jumat, 22 November 2024

Juara Indonesia Masters 2022, Fajar/Rian Siap Dongkrak Peringkat

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ganda putra Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto langsung bersujud ketika berhasil menjuarai Daihatsu Indonesia Masters 2022. Pasangan berakronim FajRi itu menjadi jawara usai mengalahkan ganda Cina, Liang Wei Keng/Wang Chang.

FajRi menang dua set langsung (21-10, 21-17) pada laga final yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta. Ini merupakan kemenangan pertama FajRi di Istora Senayan Jakarta. Selain itu, kemenangan ini seolah menyelamatkan muka Indonesia.  

- Advertisement -

Sebab, FajRi menjadi satu-satunya wakil tuan rumah yang berhasil juara. "Ya, ahamdulillah bersyukur bisa juara di Istora," beber Fajar pasca pertandingan, Ahad (12/6).

Salah satu kunci kemenangan adalah, karena mereka begitu percaya diri sejak awal pertandingan. "Arahan pelatih kami harus bisa ambil di permainan depan," jelasnya.

Di beberapa turnamen terakhir, permainan keduanya begitu konsisten. Di antaranya, juara di Swiss Open dan runner up di Korea Open dan Thailand Open. Saat ini, yang menjadi pekerjaan rumah bagi runner up Asian Games 2018 itu adalah me-manage permainan agar bisa konsisten.

- Advertisement -

"Dua hari lagi ada super 1.000. Kami nggak mau beban dengan predikat juara. Setelah ini, besok (hari ini, red) sudah bukan juara lagi. Latihan lagi. Jangan sampai beban apalagi kelas turnamennya meningkat," ujar Fajar.

Konsistensi diinginkan untuk bisa menjaga misi mendongkrak peringkat. Saat ini, FajRi berada di peringkat ketujuh. "Mungkin terdekat ini pengin kembali lima besar dunia. Kepengin akhir tahun lebih baik bisa tiga besar," harapnya.

Kemenangan FajRi juga menegaskan dominasi ganda putra di level dunia. Dalam beberapa turnamen terakhir bergantian wakil Indonesia yang merebut gelar juara.

Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi menyatakan kalau konsistensi pasukannya tak lepas dari kerja keras dan terus belajar. Termasuk di tim kepelatihan. Dia bersama Aryono Miranat selaku asisten sering sharing dan mempelajari bagaimana peta ganda putra dunia. "Nggak bosan selalu belajar dan evaluasi dan sedikit mengubah metode terbaru di latihan," kata Herry

Baca Juga:  Kementerian PAN-RB Apresiasi Penghargaan SAKIP, Riau Raih Predikat B

Herry bersyukur kalau di ganda putra regenerasinya berjalan dengan baik. Saat ini, terdapat enam ganda level dunia dengan persaingan ketat. "Kalau waktu game-nya (latihan), seolah-olah seperti pertandingan beneran tapi tidak ada penonton. Enam ganda kurang lebih setara ya. Menang kalahnya ramai.  Itulah keuntungan ganda putra dengan regenerasi baik," ungkapnya.

Karena itu, pelatih yang kerap dijuluki sebagai Coach Naga Api itu meminta para pemain terus konsisten. Nah, ajang Indonesia Open yang berlangsung mulai pekan ini menjadi ujian yang sepadan. Sebab, di ajang ini banyak ganda putra dunia yang ambil bagian. Seperti juara dunia 2021 Takuro Hoki/Yugo Kobayashi hingga andalan India dalam meraih juara pada Thomas Cup Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.

Herry berharap di ajang ini para pemain muda bisa unjuk gigi. Mulai dari FajRi, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yacob Rambitan, Leo  Rolly Carnando/Daniel Marthin, hingga Bagus Maulana/M Shohibul Fikri.

Sedangkan, untuk Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, mereka tidak dibebani juara. "Kevin/Gideon masih coba usai operasi. Penampilannya tidak prima . Saya belum berharap banyak karena kondisinya belum fit," ujarnya.

Ahsan/Hendra juga tidak diberi beban karena dia ingin melihat penerus. "Jadi kami tekankan ke pemain muda supaya bisa memberikan jawaban di Indonesia Open," katanya.

Apriyani/Fadia Perlu Banyak Turnamen Indonesia sebetulnya punya kans untuk menambah gelar lewat Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.  Sayangnya, impian Apriyani/Fadia untuk meraih gelar juara di turnamen Super Series pertamanya tak terealisasi. Mereka harus takluk oleh ganda Cina Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dengan dua set langsung (18-21, 12-21).

Apriyani mengakui keunggulan lawannya yang menduduki ranking satu dunia itu. Menurut dia, pasangan juara dunia 2021 tersebut tampil konsisten dengan menyerang sejak awal laga. "Syukur, hari ini (kemarin, red) dapat hasil yang terbaik. Sudah mengeluarkan apa yang ada di diri kami. Kami akan terus push apa pun yang masih menjadi tanggung jawab kami," ujar Apriyani, Ahad (12/6).

Baca Juga:  Ditantang Jerinx SID, dr Indra Yovi : Suruh Masuk Kamar Mayat Saja Kalau Ke Riau

Melawan Chen/Jia, dia dan Fadia mendapatkan banyak pelajaran. Khususnya, bagi Fadia yang menjalani final pertamanya di super series dan melawan top dunia. Dia melihat langsung bagaimana pola permainan lawan dan ketenangan di lapangan. "Ternyata, level dunia itu seperti itu. Mereka sudah mengerti satu sama lain dengan pola permainannya," beber Fadia.

Karena itu, meski puas bisa tembus final pertama, dia tak ingin terlena. Fadia sadar bahwa kemampuannya masih jauh tertinggal.

"Aku harus tingkatkan lagi. Latihannya habis ini harus lebih ekstra. Nggak mau puas sampai di sini. Ini masih awal. Semoga ke depannya bisa kasih yang terbaik terus," paparnya.

Apriyani menambahkan, kekalahan itu membuat dirinya juga harus kerja keras karena mengetahui masih banyaknya pekerjaan rumah. "Harus tingkatkan pola permainan kami lagi. Apalagi masih di bawah. Harus sangat, sangat, sangat bekerja keras," tegas Apriyani.

Selain itu, Apriyani juga belajar untuk menerapkan aura positif dan membuat partner nyaman ketika bertanding. "Itu yang banyak aku pelajari (dari Greysia Polii). Karena itu yang membuat aku keluar dari tekanan dan itu yang membuat tidak takut-takut (bermain)," katanya.

Apriyani menyebutkan, pendekatan dan komunikasi dengan Fadia berbeda dengan Greysia. Ketika dengan Fadia, Apriyani yang lebih senior harus banyak mengarahkan dan bicara yang lembut. "Aku sama Fadia juga beda (karakter). Aku lebih lihat karakter Fadia yang memang beda. Harus tahu juga," ujarnya.

Setelah ditinggal Greysia, Apriyani mengakui sempat ragu untuk menjadi leader di lapangan. Namun, ternyata dari dua ajang yang dijalaninya bersama Fadia, kekhawatiran itu tak muncul. "Dengan kepercayaan diri dan keyakinan, dan mengingat-ingat Kak Greysia. Apa yang baik diambil," ujarnya.

Pelatih ganda putri Eng Hian menyatakan, keikutsertaan di ajang itu memang tidak menargetkan posisi. Sebab, sebagai pasangan baru, Apriyani/Fadia dikatakannya masih butuh penyatuan.(raf/bas/c6/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ganda putra Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto langsung bersujud ketika berhasil menjuarai Daihatsu Indonesia Masters 2022. Pasangan berakronim FajRi itu menjadi jawara usai mengalahkan ganda Cina, Liang Wei Keng/Wang Chang.

FajRi menang dua set langsung (21-10, 21-17) pada laga final yang berlangsung di Istora Senayan Jakarta. Ini merupakan kemenangan pertama FajRi di Istora Senayan Jakarta. Selain itu, kemenangan ini seolah menyelamatkan muka Indonesia.  

- Advertisement -

Sebab, FajRi menjadi satu-satunya wakil tuan rumah yang berhasil juara. "Ya, ahamdulillah bersyukur bisa juara di Istora," beber Fajar pasca pertandingan, Ahad (12/6).

Salah satu kunci kemenangan adalah, karena mereka begitu percaya diri sejak awal pertandingan. "Arahan pelatih kami harus bisa ambil di permainan depan," jelasnya.

- Advertisement -

Di beberapa turnamen terakhir, permainan keduanya begitu konsisten. Di antaranya, juara di Swiss Open dan runner up di Korea Open dan Thailand Open. Saat ini, yang menjadi pekerjaan rumah bagi runner up Asian Games 2018 itu adalah me-manage permainan agar bisa konsisten.

"Dua hari lagi ada super 1.000. Kami nggak mau beban dengan predikat juara. Setelah ini, besok (hari ini, red) sudah bukan juara lagi. Latihan lagi. Jangan sampai beban apalagi kelas turnamennya meningkat," ujar Fajar.

Konsistensi diinginkan untuk bisa menjaga misi mendongkrak peringkat. Saat ini, FajRi berada di peringkat ketujuh. "Mungkin terdekat ini pengin kembali lima besar dunia. Kepengin akhir tahun lebih baik bisa tiga besar," harapnya.

Kemenangan FajRi juga menegaskan dominasi ganda putra di level dunia. Dalam beberapa turnamen terakhir bergantian wakil Indonesia yang merebut gelar juara.

Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi menyatakan kalau konsistensi pasukannya tak lepas dari kerja keras dan terus belajar. Termasuk di tim kepelatihan. Dia bersama Aryono Miranat selaku asisten sering sharing dan mempelajari bagaimana peta ganda putra dunia. "Nggak bosan selalu belajar dan evaluasi dan sedikit mengubah metode terbaru di latihan," kata Herry

Baca Juga:  Ortu cek Dikamar, Kaget Liat Aksi Putrinya

Herry bersyukur kalau di ganda putra regenerasinya berjalan dengan baik. Saat ini, terdapat enam ganda level dunia dengan persaingan ketat. "Kalau waktu game-nya (latihan), seolah-olah seperti pertandingan beneran tapi tidak ada penonton. Enam ganda kurang lebih setara ya. Menang kalahnya ramai.  Itulah keuntungan ganda putra dengan regenerasi baik," ungkapnya.

Karena itu, pelatih yang kerap dijuluki sebagai Coach Naga Api itu meminta para pemain terus konsisten. Nah, ajang Indonesia Open yang berlangsung mulai pekan ini menjadi ujian yang sepadan. Sebab, di ajang ini banyak ganda putra dunia yang ambil bagian. Seperti juara dunia 2021 Takuro Hoki/Yugo Kobayashi hingga andalan India dalam meraih juara pada Thomas Cup Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty.

Herry berharap di ajang ini para pemain muda bisa unjuk gigi. Mulai dari FajRi, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yacob Rambitan, Leo  Rolly Carnando/Daniel Marthin, hingga Bagus Maulana/M Shohibul Fikri.

Sedangkan, untuk Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, mereka tidak dibebani juara. "Kevin/Gideon masih coba usai operasi. Penampilannya tidak prima . Saya belum berharap banyak karena kondisinya belum fit," ujarnya.

Ahsan/Hendra juga tidak diberi beban karena dia ingin melihat penerus. "Jadi kami tekankan ke pemain muda supaya bisa memberikan jawaban di Indonesia Open," katanya.

Apriyani/Fadia Perlu Banyak Turnamen Indonesia sebetulnya punya kans untuk menambah gelar lewat Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti.  Sayangnya, impian Apriyani/Fadia untuk meraih gelar juara di turnamen Super Series pertamanya tak terealisasi. Mereka harus takluk oleh ganda Cina Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dengan dua set langsung (18-21, 12-21).

Apriyani mengakui keunggulan lawannya yang menduduki ranking satu dunia itu. Menurut dia, pasangan juara dunia 2021 tersebut tampil konsisten dengan menyerang sejak awal laga. "Syukur, hari ini (kemarin, red) dapat hasil yang terbaik. Sudah mengeluarkan apa yang ada di diri kami. Kami akan terus push apa pun yang masih menjadi tanggung jawab kami," ujar Apriyani, Ahad (12/6).

Baca Juga:  Daerah Membaik, Hotspots Karhutla Turun 90 persen

Melawan Chen/Jia, dia dan Fadia mendapatkan banyak pelajaran. Khususnya, bagi Fadia yang menjalani final pertamanya di super series dan melawan top dunia. Dia melihat langsung bagaimana pola permainan lawan dan ketenangan di lapangan. "Ternyata, level dunia itu seperti itu. Mereka sudah mengerti satu sama lain dengan pola permainannya," beber Fadia.

Karena itu, meski puas bisa tembus final pertama, dia tak ingin terlena. Fadia sadar bahwa kemampuannya masih jauh tertinggal.

"Aku harus tingkatkan lagi. Latihannya habis ini harus lebih ekstra. Nggak mau puas sampai di sini. Ini masih awal. Semoga ke depannya bisa kasih yang terbaik terus," paparnya.

Apriyani menambahkan, kekalahan itu membuat dirinya juga harus kerja keras karena mengetahui masih banyaknya pekerjaan rumah. "Harus tingkatkan pola permainan kami lagi. Apalagi masih di bawah. Harus sangat, sangat, sangat bekerja keras," tegas Apriyani.

Selain itu, Apriyani juga belajar untuk menerapkan aura positif dan membuat partner nyaman ketika bertanding. "Itu yang banyak aku pelajari (dari Greysia Polii). Karena itu yang membuat aku keluar dari tekanan dan itu yang membuat tidak takut-takut (bermain)," katanya.

Apriyani menyebutkan, pendekatan dan komunikasi dengan Fadia berbeda dengan Greysia. Ketika dengan Fadia, Apriyani yang lebih senior harus banyak mengarahkan dan bicara yang lembut. "Aku sama Fadia juga beda (karakter). Aku lebih lihat karakter Fadia yang memang beda. Harus tahu juga," ujarnya.

Setelah ditinggal Greysia, Apriyani mengakui sempat ragu untuk menjadi leader di lapangan. Namun, ternyata dari dua ajang yang dijalaninya bersama Fadia, kekhawatiran itu tak muncul. "Dengan kepercayaan diri dan keyakinan, dan mengingat-ingat Kak Greysia. Apa yang baik diambil," ujarnya.

Pelatih ganda putri Eng Hian menyatakan, keikutsertaan di ajang itu memang tidak menargetkan posisi. Sebab, sebagai pasangan baru, Apriyani/Fadia dikatakannya masih butuh penyatuan.(raf/bas/c6/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari