BAGHDAD (RIAUPOS.CO) — Kepala Pasukan Elit Quds Iran, Mayjen Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara sekutu Amerika Serikat. Selain itu, komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas. Mereka diserang di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Selama ini Al-Muhandis adalah wakil komandan milisi yang didukung Iran sebagai Pasukan Mobilisasi Populer. Kematian mereka merupakan titik balik di Timur Tengah. Nantinya diperkirakan AS dan Israel akan mendapat balasan keras dari Iran dan kekuatan yang didukungnya di Timur Tengah.
“Amerika dan Israel bertanggung jawab atas pembunuhan para mujahidin Abu Mahdi al-Muhandis dan Qassem Soleimani,” kata Juru bicara kelompok Mobilisasi Pasukan Populer (PMF), Ahmed al-Assadi, seperti dilansir Japan Times, Jumat (3/1).
Selain sang jenderal, seorang pejabat dari PMF yang didukung Iran mengatakan bahwa ada 7 orang tewas akibat rudal yang ditembakkan di Bandara Internasional Baghdad oleh Amerika Serikat. Pejabat PMF mengatakan korban tewas termasuk petugas protokol bandara.
Seorang pejabat keamanan mengkonfirmasi bahwa tujuh orang tewas dalam serangan di bandara. Dia menggambarkannya sebagai serangan udara.
Belum jelas siapa yang menembakkan rudal atau roket tersebut. Belum ada komentar langsung dari pemerintah AS.
Pejabat keamanan mengatakan mayat-mayat orang dalam serangan bandara itu terbakar dan sulit diidentifikasi. Serangan itu terjadi di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat setelah serangan malam Tahun Baru oleh milisi yang didukung Iran di Kedutaan Besar AS, di Baghdad.
Sebelumnya AS melakukan serangan terhadap pangkalan milisi Kataib Hezbollah di Irak. Dalam serangan itu, sedikitnya 25 pejuang milisi tewas dan sedikitnya 55 lainnya mengalami luka.
Presiden AS Donald Trump menyalahkan Iran atas serangan AS ke Irak. Pasalnya serangan AS ke pangkalan milisi Hizbullah di Irak, terjadi karena pasukan itu didukung penuh oleh Iran. Kiprah Qassem Soleimani, Pimpinan Militer Iran yang tewas di Irak.
Pimpinan militer pasukan elit Iran Mayjen Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara sekutu Amerika Serikat. Qassem Soleimani, pemimpin sayap Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, terbunuh bersama sejumlah rombongan dalam serangan yang dilakukan oleh sekutu Amerika Serikat saat menuju Bandara Internasional Baghdad, Irak. Siapa sebenarnya Qassem Soleimani?
Komandan paramiliter Irak Abu Mahdi al-Mohandes tewas bersama Soleimani dalam kejadian itu. Serangan ini didahului peristiwa awal pekan sebelumnya di mana para pendukung milisi yang didukung Iran berusaha menyerbu kedutaan AS di Baghdad. Peristiwa itu sudah dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kelompok Mobilisasi Pasukan Populer (PMF) Irak, Ahmed al-Assadi.
Sebelumnya, Soleimani sudah sering berkunjung ke Baghdad dalam beberapa bulan terakhir. Kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani akan menghilangkan musuh utama Amerika Serikat di Timur Tengah.
Selama ini Qassem Soleimani mendapat dukungan dari Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran. Kiprah Soleimani selama ini dikenal mempersenjatai dan melatih milisi Syiah Irak yang menewaskan ratusan tentara AS selama perang melawan Amerika di Irak.
Dan Jenderal Soleimani mengawasi Teheran untuk membantu Presiden Bashar al-Assad yang menang dalam perang saudara Suriah. Jenderal Soleimani terkenal dalam perang delapan tahun berdarah antara Teheran dengan Irak.
Sebagai pemimpin pasukan elit, semasa hidupnya almarhum yang berusia 62 tahun itu memikul tanggung jawab atas operasi rahasia Iran di luar negeri. Dengan diam-diam dia memperluas jangkauan militer Iran jauh ke dalam konflik asing seperti di Suriah dan Irak.
Soleimani memiliki pengaruh diplomatik yang lebih kuat daripada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Karier Soleimani dimulai setelah revolusi 1979 Iran.
Dia adalah seorang pemuda dari keluarga miskin di tenggara pegunungan Iran. Saat di usia 20-an, ia sudah terlibat dalam misi di belakang garis musuh.
Pada akhir 1990-an, Soleimani diberi kendali atas Pasukan Quds, sayap Pengawal Revolusi yang dikhususkan untuk urusan eksternal. Kelompok ini memiliki sejarah panjang, setelah membantu mendirikan Hizbullah di Libanon pada awal 1980-an. Di bawah pengawasan Soleimani mereka memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut. Almarhum dikenal menjalankan misinya untuk mendukung gerakan revolusioner di Timur Tengah.(jpg/egp)