Selasa, 30 September 2025
spot_img
spot_img

Ahmad Basarah Peringatkan Krisis Kebangsaan Dalam Pendidikan Nasional

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dijadikan sebagai pembangunan bangsa terutama demi menguatkan nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman ideologi transnasional.

Menurutnya, peringatan Hardiknas jatuh pada 2 Mei adalah hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Selain sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar merupakan tokoh kebangsaan, yang bersama dua tokoh lain, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang biasa dikenal sebagai Tiga Serangkai.

"Tiga tokoh inilah yang mengenalkan ideologi nasionalisme di Indonesia, dan menjadi guru dari tokoh pergerakan nasionalisme seperti Bung Karno," kata Basarah dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Basarah, ketika Ki Hajar mendirikan Perguruan Taman Siswa pada Juli 1922, konsep dan praktik pendidikannya tidak lepas dari ideologi kebangsaan yang telah dikembangkan jauh hari. Maka Taman Siswa lalu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi rasa cinta Tanah Air, khususnya semangat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca Juga:  "Shang Chi", Film Super Hero Asia, Masuk Daftar Box Office

“Visi dan misi inilah yang harus kita kembalikan dalam membangun pendidikan nasional kita," terangnya.

Ia menghimbau kepada seluruh pemangku kebijakan pendidikan agar meneladani visi Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan nasional. Kontroversi terkini, yakni terkait Peraturan Pemerintah No. 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurutnya, harus menjadi pengingat bersama visi kebangsaan tersebut. Ketika pendidikan Pancasila tidak dijadikan mata pelajaran dan mata kuliah wajib dari jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Hal ini menjadi tanda bahwa kita telah alpa akan visi kebangsaan dari konsep pendidikan nasional tersebut.
 
“Segenap stakeholder Pemerintahan mesti satu visi dan misi dengan semangat kebangsaan untuk menghidupkan kembali rasa cinta kepada ideologi negara," pungkasnya. 
 

Baca Juga:  Relawan Peduli Covid-19 dan Polda Riau Kumpulkan 1.241 Kantong Darah

Laporan: Yusnir (Jakarta)

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dijadikan sebagai pembangunan bangsa terutama demi menguatkan nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman ideologi transnasional.

Menurutnya, peringatan Hardiknas jatuh pada 2 Mei adalah hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Selain sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar merupakan tokoh kebangsaan, yang bersama dua tokoh lain, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang biasa dikenal sebagai Tiga Serangkai.

"Tiga tokoh inilah yang mengenalkan ideologi nasionalisme di Indonesia, dan menjadi guru dari tokoh pergerakan nasionalisme seperti Bung Karno," kata Basarah dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Basarah, ketika Ki Hajar mendirikan Perguruan Taman Siswa pada Juli 1922, konsep dan praktik pendidikannya tidak lepas dari ideologi kebangsaan yang telah dikembangkan jauh hari. Maka Taman Siswa lalu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi rasa cinta Tanah Air, khususnya semangat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca Juga:  WHO Sulit Buat Rekomendasi Universal untuk Anak-Anak Masuk Sekolah

“Visi dan misi inilah yang harus kita kembalikan dalam membangun pendidikan nasional kita," terangnya.

- Advertisement -

Ia menghimbau kepada seluruh pemangku kebijakan pendidikan agar meneladani visi Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan nasional. Kontroversi terkini, yakni terkait Peraturan Pemerintah No. 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurutnya, harus menjadi pengingat bersama visi kebangsaan tersebut. Ketika pendidikan Pancasila tidak dijadikan mata pelajaran dan mata kuliah wajib dari jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Hal ini menjadi tanda bahwa kita telah alpa akan visi kebangsaan dari konsep pendidikan nasional tersebut.
 
“Segenap stakeholder Pemerintahan mesti satu visi dan misi dengan semangat kebangsaan untuk menghidupkan kembali rasa cinta kepada ideologi negara," pungkasnya. 
 

- Advertisement -
Baca Juga:  Berikan Makanan Tambahan Lokal Bumil dan Balita

Laporan: Yusnir (Jakarta)

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dijadikan sebagai pembangunan bangsa terutama demi menguatkan nilai-nilai kebangsaan di tengah ancaman ideologi transnasional.

Menurutnya, peringatan Hardiknas jatuh pada 2 Mei adalah hari kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Selain sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar merupakan tokoh kebangsaan, yang bersama dua tokoh lain, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo yang biasa dikenal sebagai Tiga Serangkai.

"Tiga tokoh inilah yang mengenalkan ideologi nasionalisme di Indonesia, dan menjadi guru dari tokoh pergerakan nasionalisme seperti Bung Karno," kata Basarah dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Basarah, ketika Ki Hajar mendirikan Perguruan Taman Siswa pada Juli 1922, konsep dan praktik pendidikannya tidak lepas dari ideologi kebangsaan yang telah dikembangkan jauh hari. Maka Taman Siswa lalu menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi rasa cinta Tanah Air, khususnya semangat memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca Juga:  Parkir Liar dan PKL Samping Mal SKA Kembali Marak

“Visi dan misi inilah yang harus kita kembalikan dalam membangun pendidikan nasional kita," terangnya.

Ia menghimbau kepada seluruh pemangku kebijakan pendidikan agar meneladani visi Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan nasional. Kontroversi terkini, yakni terkait Peraturan Pemerintah No. 57/2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurutnya, harus menjadi pengingat bersama visi kebangsaan tersebut. Ketika pendidikan Pancasila tidak dijadikan mata pelajaran dan mata kuliah wajib dari jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Hal ini menjadi tanda bahwa kita telah alpa akan visi kebangsaan dari konsep pendidikan nasional tersebut.
 
“Segenap stakeholder Pemerintahan mesti satu visi dan misi dengan semangat kebangsaan untuk menghidupkan kembali rasa cinta kepada ideologi negara," pungkasnya. 
 

Baca Juga:  WHO Minta Indonesia Belajar dari India

Laporan: Yusnir (Jakarta)

Editor: E Sulaiman

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari