Assalamualaikum ustaz. Perkenalkan nama saya Musa, saya ingin bertanya? Mengapa di negara kita Indonesia seringkali terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan dan 1 syawal 1445? Mohon penjelasannya ustaz. Terima kasih pak ustaz.
Musa, 08536574XXXX
Jawaban:
Terima kasih Musa, yang telah menanyakan Mengapa di negara kita Indonesia seringkali terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal 1445?
Hari Raya Idulfitri, juga dikenal sebagai Idulfitri yang merupakan hari besar dalam agama Islam yang dirayakan umat muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, perayaan Idulfitri diatur berdasarkan kalender Islam dan biasanya diumumkan oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia biasanya menggunakan metode penentuan awal bulan hijriah untuk menentukan hari raya, yang sering kali dilakukan Badan Hisab Rukyat (BHR) atau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Namun demikian, seringkali organisasi Islam juga terlibat dalam menentukan hari raya, dan terkadang terjadi perbedaan pendapat dalam penentuan antara pemerintah dan organisasi Islam dalam menetapkan tanggal resmi 1 Ramadan dan 1 Syawal.
Ketika terjadi perbedaan pendapat, umumnya pemerintah akan mencoba berkoordinasi dengan organisasi Islam utama, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, untuk mencapai kesepakatan dalam menetapkan tanggal resmi Idulfitri. Meskipun demikian, kadang-kadang perbedaan tersebut tetap terjadi, dan umat muslim di Indonesia kemudian dapat memilih untuk mengikuti satu atau yang lain dalam menetapkan awal puasa dan Idulfitri. Dengan adanya metode dan kriteria penetapan awal Ramadan dan Idulfitri yang sangat variatif, tidak mengherankan jika terjadi perbedaan dalam memulai puasa Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Hanya saja, penting kiranya untuk berusaha menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut, mengingat bahwa ibadah di bulan Ramadan dan merayakan Hari Raya Idulfitri di bulan syawal merupakan syi’ar Islam dan momen kebahagiaan yang layaknya dilaksanakan dan dinikmati bersama-sama dari Sabang sampai Merauke.
Pemerintah melalui Kementerian Agama memiliki peran sentral dalam menyatukan perbedaan dimaksud, yaitu dengan menyelenggarakan sidang isbat awal Ramadan dan Idulfitri yang didasarkan pada rukyat, dan hisab sebagai pendukung. Keputusan isbat bersifat mengikat dan berlaku bagi umat Islam secara nasional, sebagaimana kaidah fiqih yang artinya ‘’Keputusan hakim (pemerintah) dapat menghilangkan perselisihan’’.
Hanya saja, jika perbedaan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri masih saja terjadi maka prinsip toleransi sepatutnya tetap dikedepankan.
Sebab, menjaga persatuan dan kerukunan umat merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan.
Wallahu A’lam Bisshowab.(***)