Kamis, 9 Mei 2024

Pengungsi Mulai Terserang Penyakit

Banjir Jalintim Tinggal 50 Cm

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Banjir di wilayah Kabupaten Pelalawan, termasuk di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera Km 76-83 Desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras menurun drastis, Senin (22/1). Di jalan lintas yang sempat lumpuh ini, ketinggian air hanya tinggal 50 sentimeter (cm).

“Ya, tinggi permukaan air yang merendam badan Jalintim, khususnya Km 83 sebagai titik banjir terdalam mulai surut. Saat ini tingginya berada pada angka 50 sentimeter,’’ ujar Kapolres Pelalawan AKBP Suwinto SIK melalui Kasat Lantas AKP Akira Ceria SIK, Senin (22/1).

Yamaha

‘’Kami telah mengizinkan kendaraan roda empat, khususnya berbodi tinggi untuk melintas. Namun, tetap dengan sistem buka tutup jalan untuk mengantipasi kemacetan panjang. Alhamdulillah, saat ini arus lalu lintas kendaraan mulai berangsur bergerak lancar menuju normal,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pelalawan, Zulfan. ‘’Ketinggian air berada pada angka 50 sentimeter. Namun, khusus mobil berbodi rendah seperti jenis sedan dan juga roda dua masih belum bisa lewat. Karena cukup riskan akan menyebabkan kendaraan mengalami mati mesin atau mogok,” bebernya.

Zulfan memaparkan, berdasarkan penghitungan alat pengukur level debit permukaan air Sungai Kampar di jembatan penyeberangan ponton Kecamatan Langgam, diketahui ketinggian air yang telah merendam permukiman warga hingga badan jalan di 30 desa dan kelurahan, kembali menurun 7 cm, Senin (22/1).

- Advertisement -

Penyurutan itu juga menyebabkan debit ketinggian air Sungai Kampar kembali menurun yang saat ini berada pada angka 3,58 meter. Alhasil, sejumlah akses jalan darat pun telah mulai dapat dilintasi kendaraan bermotor. Ketinggian permukaan air berada pada angka 20 cm hingga mencapai 1 meter.

Begitu juga dengan warga yang sebelumnya banyak yang mengungsi, saat ini telah mulai berangsur-angsur kembali ke kediamannya. “Alhamdulillah, ketinggian banjir kembali turun 7 sentimeter sehingga aktivitas warga mulai berangsur normal. Begitu juga dengan moda transportasi darat yang juga telah mulai bergerak dengan lancar,” terangnya.

- Advertisement -

Begitu juga dengan banjir yang menggenangi badan Jalan Pemda Desa Lubuk Ogung Kecamatan Bandar Seikijang. Zulfan mengatakan, saat ini kondisinya juga telah dapat dilalui kendaraan roda empat, khususnya berbodi tinggi atau jenis mobil sport.

“Sebelumnya jalan ini telah ditutup oleh Dinas Perhubungan (Dishub) lantaran permukaan air yang cukup tinggi. Yakni mencapai 1,5 meter. Sehingga akses jalan hanya bisa ditempuh menggunakan alat transportasi air. Alhamdulillah, sekarang jalan sudah dibuka dan dapat dilintasi kendaraan roda empat,’’ ujarnya.

‘’Kondisi serupa juga terjadi di Desa Rantau Baru dan Kuala Terusan Kecamatan Pangkalankerinci. Saat ini aktivitas kendaraan bermotor juga sudah cukup banyak melintasi badan jalan yang telah mengalami penyurutan cukup drastis,” tambahnya.

Baca Juga:  Perwanti dan PSMTI Riau Bagikan 500 Takjil ke Pengendara

Namun demikian, mantan Sekretaris Dinas Perikanan Pelalawan ini menegaskan, akses jalan darat di Dusun Muara Sako Kelurahan Langgam Kecamatan Langgam masih belum dapat dilintasi kendaraan roda enam ke bawah. Pasalnya, dengan ketinggian air 65 cm masih cukup berisiko bagi pengemudi kendaraan berbodi kecil.

“Meski tinggi permukaan air terus mengalami penurunan, kami tetap mengimbau masyarakat terus waspada terhadap banjir susulan. Pasalnya, pengelola waduk PLTA Koto Panjang beberapa hari lalu telah membuka 5 pintu setinggi 40 cm. Diperkirakan pembukaan pintu air PLTA Koto Panjang ini akan terasa pada besok (hari ini, red),’’ ujarnya.

Disinggung terkait Status Tanggap Darurat Banjir, mantan Sekretaris Diskominfo Pelalawan ini menjelaskan, status tersebut telah kembali diperpanjang hingga selama tujuh hari. Terhitung sejak 19 Januari sampai 25 Januari mendatang.

Perpanjangan ini dikarenakan jumlah warga yang mengungsi dampak dari banjir ini masih cukup banyak, fasilitas umum yang tergenang air saat ini juga masih banyak. Termasuk dampak air kiriman dari waduk PLTA Koto Panjang nantinya akan menyebabkan debit air Sungai Kampar kembali naik dan meluap ke permukiman warga hingga badan jalan.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Pelalawan H Asril MKes mengatakan, bencana banjir tahunan tersebut telah berdampak terhadap terganggunya kesehatan masyarakat. Pihaknya telah menemukan sejumlah yang menyerang warga korban banjir.

“Saat ini tenaga medis dari puskesmas di setiap kecamatan tengah merangkum jumlah warga penderita penyakit dampak banjir ini. Kami telah juga membangun posko kesehatan di setiap kecamatan yang terendam air untuk memberikan pelayanan dan pengobatan gratis kepada masyarakat korban dampak banjir,” ungkapnya.

Sementara itu, di Rokan Hilir (Rohil), kecamatan terdampak banjir bertambah. Kecamatan Limau Kapas menjadi yang terbaru terkena banjir. Hal itu dikatakan Kepala BPBD Rohil Hari Putra Darma didampingi Sekretaris Edo Rendra melalui Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Devita Trimaily, Senin (22/1). “Sehingga wilayah kecamatan yang terkena banjir menjadi 12 kecamatan,” kata Devita.

Di wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas tersebut, kepenghuluan yang terkena banjir adalah di kepenghuluan Pasir Limau Kapas dengan lokasi di Dusun Perjuangan, Siandam Jaya, Suka Maju, dan Podo Rukun mencapai 1.000 jiwa. “Yang diperlukan berupa sembako, obat-obatan, selimut, kelambu, diapers, dan sebagainya,” kata Devita.

Baca Juga:  Tumpukan Sampah Berserakan di Lokasi CFD

Selain Kecamatan Pasir Limau Kapas, 11 kecamatan lainnya yang terdampak adalah Kecamatan Tanah Putih, Pujud, Rantau Kopar, Kubu, Tanjung Medan, Kubu Babussalam, Bangko, Bangko Pusako, Tanah Putih Tanjung Melawan, Simpang Kanan dan Rimba Melintang.

Akibat banjir ini, 3.000 jiwa lebih masih mengungsi untuk menghindari dampak buruk yang bisa terjadi karena banjir yang masih terjadi. Salah satu titik pengungsian di eks gudang Bulog di Kepenghuluan Seremban Jaya, Kecamatan Rimba Melintang. Ratusan warga menempati gudang ini lebih sepekan.

“Untuk di Seremban Jaya keseluruhan terdampak 400-an KK. Sementara yang di sini ada sekitar 113 KK,” kata Koordinator Penanganan Banjir di Seremban Jaya, Azhar kepada Riau Pos, Senin (22/1). ‘’Para pengungsi tinggal di gudang yang cukup luas dan menempati ruangan yang dengan penerangan yang cukup memadai,’’ tambahnya.

Meskipun lingkungan tersebut cukup bersih, namun menurut Azhar sudah ada pengungsi yang mengeluhkan terkena penyakit kulit berupa gatal-gatal, bahkan ada yang diare. Ia mengharapkan keadaan itu tidak bertambah parah.

Pantauan di lapangan, terlihat pengungsi di gudang menempati lapak/tikar masing-masing, dengan sejumlah barang rumah tangga dan perlengkapan pakaian masing-masing. Para pengungsi terdiri dari orang tua hingga anak-anak.

Tinggal di tempat pengungsian tersebut membuat sejumlah warga kehilangan mata pencaharian karena tak bisa melakukan aktivitas yang umumnya dilakoni masyarakat Seremban Jaya yakni bertani, berkebun maupun nelayan sungai. Akibatnya warga ada yang mengalang bantuan di jalan lintas yang persis di depan eks gudang Bulog tersebut.

Sementara itu, di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) sudah hampir dua pekan terakhir tidak terjadi banjir. Debit air Sungai Kuantan sudah memasuki situasi normal. Namun, Senin (22/1) terjadi kenaikan air setinggi 1 meter. Petugas Hidrologi Wilayah Sungai Sumatera III Provinsi Riau, Erianto menyebutkan, kenaikan debit air Sungai Kuantan terlihat dari alat pengukuran tugu di Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan.

‘’Ketinggian air berada di angka 3,7 meter. Terjadi kenaikan lebih kurang 1 meter. Ini disebabkan hujan yang turun selama satu malam di bagian hulu Kabupaten Kuansing. Meski tidak menyebabkan banjir, namun kondisi ini membuat Sungai Kuantan masuk ke level waspada,” kata Erianto.

Erianto berharap, cuaca di Sumbar, terutama daerah yang dialiri sungai Ombilin, Sungai Sinamar dan Sungai Batang Pelangki tidak diguyur hujan. “Naiknya air Sungai Kuantan saat ini disebabkan meluapnya anak-anak sungai yang ada di bagian hulu Kabupaten Kuansing. Biasanya, ini tidak bertahan lama,” beber Erianto.(amn/fad/yas)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Banjir di wilayah Kabupaten Pelalawan, termasuk di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera Km 76-83 Desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras menurun drastis, Senin (22/1). Di jalan lintas yang sempat lumpuh ini, ketinggian air hanya tinggal 50 sentimeter (cm).

“Ya, tinggi permukaan air yang merendam badan Jalintim, khususnya Km 83 sebagai titik banjir terdalam mulai surut. Saat ini tingginya berada pada angka 50 sentimeter,’’ ujar Kapolres Pelalawan AKBP Suwinto SIK melalui Kasat Lantas AKP Akira Ceria SIK, Senin (22/1).

‘’Kami telah mengizinkan kendaraan roda empat, khususnya berbodi tinggi untuk melintas. Namun, tetap dengan sistem buka tutup jalan untuk mengantipasi kemacetan panjang. Alhamdulillah, saat ini arus lalu lintas kendaraan mulai berangsur bergerak lancar menuju normal,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pelalawan, Zulfan. ‘’Ketinggian air berada pada angka 50 sentimeter. Namun, khusus mobil berbodi rendah seperti jenis sedan dan juga roda dua masih belum bisa lewat. Karena cukup riskan akan menyebabkan kendaraan mengalami mati mesin atau mogok,” bebernya.

Zulfan memaparkan, berdasarkan penghitungan alat pengukur level debit permukaan air Sungai Kampar di jembatan penyeberangan ponton Kecamatan Langgam, diketahui ketinggian air yang telah merendam permukiman warga hingga badan jalan di 30 desa dan kelurahan, kembali menurun 7 cm, Senin (22/1).

Penyurutan itu juga menyebabkan debit ketinggian air Sungai Kampar kembali menurun yang saat ini berada pada angka 3,58 meter. Alhasil, sejumlah akses jalan darat pun telah mulai dapat dilintasi kendaraan bermotor. Ketinggian permukaan air berada pada angka 20 cm hingga mencapai 1 meter.

Begitu juga dengan warga yang sebelumnya banyak yang mengungsi, saat ini telah mulai berangsur-angsur kembali ke kediamannya. “Alhamdulillah, ketinggian banjir kembali turun 7 sentimeter sehingga aktivitas warga mulai berangsur normal. Begitu juga dengan moda transportasi darat yang juga telah mulai bergerak dengan lancar,” terangnya.

Begitu juga dengan banjir yang menggenangi badan Jalan Pemda Desa Lubuk Ogung Kecamatan Bandar Seikijang. Zulfan mengatakan, saat ini kondisinya juga telah dapat dilalui kendaraan roda empat, khususnya berbodi tinggi atau jenis mobil sport.

“Sebelumnya jalan ini telah ditutup oleh Dinas Perhubungan (Dishub) lantaran permukaan air yang cukup tinggi. Yakni mencapai 1,5 meter. Sehingga akses jalan hanya bisa ditempuh menggunakan alat transportasi air. Alhamdulillah, sekarang jalan sudah dibuka dan dapat dilintasi kendaraan roda empat,’’ ujarnya.

‘’Kondisi serupa juga terjadi di Desa Rantau Baru dan Kuala Terusan Kecamatan Pangkalankerinci. Saat ini aktivitas kendaraan bermotor juga sudah cukup banyak melintasi badan jalan yang telah mengalami penyurutan cukup drastis,” tambahnya.

Baca Juga:  FK Unri Gelar Edukasi SOPK Remaja dan Pemeriksaan Ultrasonografi

Namun demikian, mantan Sekretaris Dinas Perikanan Pelalawan ini menegaskan, akses jalan darat di Dusun Muara Sako Kelurahan Langgam Kecamatan Langgam masih belum dapat dilintasi kendaraan roda enam ke bawah. Pasalnya, dengan ketinggian air 65 cm masih cukup berisiko bagi pengemudi kendaraan berbodi kecil.

“Meski tinggi permukaan air terus mengalami penurunan, kami tetap mengimbau masyarakat terus waspada terhadap banjir susulan. Pasalnya, pengelola waduk PLTA Koto Panjang beberapa hari lalu telah membuka 5 pintu setinggi 40 cm. Diperkirakan pembukaan pintu air PLTA Koto Panjang ini akan terasa pada besok (hari ini, red),’’ ujarnya.

Disinggung terkait Status Tanggap Darurat Banjir, mantan Sekretaris Diskominfo Pelalawan ini menjelaskan, status tersebut telah kembali diperpanjang hingga selama tujuh hari. Terhitung sejak 19 Januari sampai 25 Januari mendatang.

Perpanjangan ini dikarenakan jumlah warga yang mengungsi dampak dari banjir ini masih cukup banyak, fasilitas umum yang tergenang air saat ini juga masih banyak. Termasuk dampak air kiriman dari waduk PLTA Koto Panjang nantinya akan menyebabkan debit air Sungai Kampar kembali naik dan meluap ke permukiman warga hingga badan jalan.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Pelalawan H Asril MKes mengatakan, bencana banjir tahunan tersebut telah berdampak terhadap terganggunya kesehatan masyarakat. Pihaknya telah menemukan sejumlah yang menyerang warga korban banjir.

“Saat ini tenaga medis dari puskesmas di setiap kecamatan tengah merangkum jumlah warga penderita penyakit dampak banjir ini. Kami telah juga membangun posko kesehatan di setiap kecamatan yang terendam air untuk memberikan pelayanan dan pengobatan gratis kepada masyarakat korban dampak banjir,” ungkapnya.

Sementara itu, di Rokan Hilir (Rohil), kecamatan terdampak banjir bertambah. Kecamatan Limau Kapas menjadi yang terbaru terkena banjir. Hal itu dikatakan Kepala BPBD Rohil Hari Putra Darma didampingi Sekretaris Edo Rendra melalui Fungsional Penata Penanggulangan Bencana Devita Trimaily, Senin (22/1). “Sehingga wilayah kecamatan yang terkena banjir menjadi 12 kecamatan,” kata Devita.

Di wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas tersebut, kepenghuluan yang terkena banjir adalah di kepenghuluan Pasir Limau Kapas dengan lokasi di Dusun Perjuangan, Siandam Jaya, Suka Maju, dan Podo Rukun mencapai 1.000 jiwa. “Yang diperlukan berupa sembako, obat-obatan, selimut, kelambu, diapers, dan sebagainya,” kata Devita.

Baca Juga:  Cek Suhu Tubuh, Mal SKA Siapkan Tenaga Medis dari Rumah Sakit Lanud Roesmin Nurjadin

Selain Kecamatan Pasir Limau Kapas, 11 kecamatan lainnya yang terdampak adalah Kecamatan Tanah Putih, Pujud, Rantau Kopar, Kubu, Tanjung Medan, Kubu Babussalam, Bangko, Bangko Pusako, Tanah Putih Tanjung Melawan, Simpang Kanan dan Rimba Melintang.

Akibat banjir ini, 3.000 jiwa lebih masih mengungsi untuk menghindari dampak buruk yang bisa terjadi karena banjir yang masih terjadi. Salah satu titik pengungsian di eks gudang Bulog di Kepenghuluan Seremban Jaya, Kecamatan Rimba Melintang. Ratusan warga menempati gudang ini lebih sepekan.

“Untuk di Seremban Jaya keseluruhan terdampak 400-an KK. Sementara yang di sini ada sekitar 113 KK,” kata Koordinator Penanganan Banjir di Seremban Jaya, Azhar kepada Riau Pos, Senin (22/1). ‘’Para pengungsi tinggal di gudang yang cukup luas dan menempati ruangan yang dengan penerangan yang cukup memadai,’’ tambahnya.

Meskipun lingkungan tersebut cukup bersih, namun menurut Azhar sudah ada pengungsi yang mengeluhkan terkena penyakit kulit berupa gatal-gatal, bahkan ada yang diare. Ia mengharapkan keadaan itu tidak bertambah parah.

Pantauan di lapangan, terlihat pengungsi di gudang menempati lapak/tikar masing-masing, dengan sejumlah barang rumah tangga dan perlengkapan pakaian masing-masing. Para pengungsi terdiri dari orang tua hingga anak-anak.

Tinggal di tempat pengungsian tersebut membuat sejumlah warga kehilangan mata pencaharian karena tak bisa melakukan aktivitas yang umumnya dilakoni masyarakat Seremban Jaya yakni bertani, berkebun maupun nelayan sungai. Akibatnya warga ada yang mengalang bantuan di jalan lintas yang persis di depan eks gudang Bulog tersebut.

Sementara itu, di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) sudah hampir dua pekan terakhir tidak terjadi banjir. Debit air Sungai Kuantan sudah memasuki situasi normal. Namun, Senin (22/1) terjadi kenaikan air setinggi 1 meter. Petugas Hidrologi Wilayah Sungai Sumatera III Provinsi Riau, Erianto menyebutkan, kenaikan debit air Sungai Kuantan terlihat dari alat pengukuran tugu di Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan.

‘’Ketinggian air berada di angka 3,7 meter. Terjadi kenaikan lebih kurang 1 meter. Ini disebabkan hujan yang turun selama satu malam di bagian hulu Kabupaten Kuansing. Meski tidak menyebabkan banjir, namun kondisi ini membuat Sungai Kuantan masuk ke level waspada,” kata Erianto.

Erianto berharap, cuaca di Sumbar, terutama daerah yang dialiri sungai Ombilin, Sungai Sinamar dan Sungai Batang Pelangki tidak diguyur hujan. “Naiknya air Sungai Kuantan saat ini disebabkan meluapnya anak-anak sungai yang ada di bagian hulu Kabupaten Kuansing. Biasanya, ini tidak bertahan lama,” beber Erianto.(amn/fad/yas)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari