RUMBAI (RIAUPOS.CO) – Pascapuncak perayaan tradisi Ceng Beng (Qing Ming) atau ziarah kubur yang berlangsung pada Kamis (4/4) lalu, sampai saat ini ribuan warga Tionghoa di Kota Bertuah masih tetap memenuhi Pemakaman Tionghoa di Rumbai, Pekanbaru untuk merayakan tradisi ziarah ke makam keluarga tersebut.
Pantauan Riau Pos, Ahad (7/4) tampak ribuan masyarakat Tionghoa silih berganti mendatangi kawasan pemakaman dan pemusaran abu dari mendiang keluarga yang telah meninggal dunia.
Mereka melakukan tradisi sembahyang bersama sanak keluarganya yang masih hidup dengan memberikan seluruh area pemakaman keluarga mereka serta meletakkan sejumlah kertas warna warni diatas pusaran makam.
Menurut Ketua Yayasan Sosial Panca Bhakti Abadi Pekanbaru, Toni Sasana Surya Ceng Beng merupakan salah satu tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa. Tradisi merupakan perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang menghormati leluhurnya.
Dikatakannya, Ceng Beng dilaksanakan selama 20 hari dan puncaknya jatuh pada tanggal 4 April, sehingga warga Tionghoa sudah ziarah kubur 10 hari sebelum tanggal 4 April dan 10 hari setelahnya. Diperkirakan belasan ribu warga Tionghoa mendatangi Pemakaman Tionghoa Umban Sari Rumbai untuk memperingati Ceng Beng. Peziarah berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang datang dari luar negeri.
”Puncaknya memang 4 April lalu, tapi 10 hari setelah puncak umat boleh melakukan tradisi ini karena memang berlangsung selama 20 hari di bulan lunar,” ucapnya.
Disebutkannya, di Pemakaman Tionghoa Umban Sari terdapat sekitar 4.000 makam dan 1.000 tempat abu jenazah, termasuk puluhan makam tanpa identitas dan tidak diketahui ahli warisnya yang dibawa dari pemakaman di bawah Jembatan Siak I Pekanbaru.
”Kalau di sini ada 5.000 makam, bisa jadi yang mengunjungi bisa mencapai belasan ribu karena biasanya kegiatan ziarah makam ini dilakukan oleh seluruh keluarga besar yang masih hidup,” ujarnya.(ayi)
RUMBAI (RIAUPOS.CO) – Pascapuncak perayaan tradisi Ceng Beng (Qing Ming) atau ziarah kubur yang berlangsung pada Kamis (4/4) lalu, sampai saat ini ribuan warga Tionghoa di Kota Bertuah masih tetap memenuhi Pemakaman Tionghoa di Rumbai, Pekanbaru untuk merayakan tradisi ziarah ke makam keluarga tersebut.
Pantauan Riau Pos, Ahad (7/4) tampak ribuan masyarakat Tionghoa silih berganti mendatangi kawasan pemakaman dan pemusaran abu dari mendiang keluarga yang telah meninggal dunia.
- Advertisement -
Mereka melakukan tradisi sembahyang bersama sanak keluarganya yang masih hidup dengan memberikan seluruh area pemakaman keluarga mereka serta meletakkan sejumlah kertas warna warni diatas pusaran makam.
Menurut Ketua Yayasan Sosial Panca Bhakti Abadi Pekanbaru, Toni Sasana Surya Ceng Beng merupakan salah satu tradisi penting bagi masyarakat Tionghoa. Tradisi merupakan perwujudan sikap masyarakat Tionghoa yang menghormati leluhurnya.
- Advertisement -
Dikatakannya, Ceng Beng dilaksanakan selama 20 hari dan puncaknya jatuh pada tanggal 4 April, sehingga warga Tionghoa sudah ziarah kubur 10 hari sebelum tanggal 4 April dan 10 hari setelahnya. Diperkirakan belasan ribu warga Tionghoa mendatangi Pemakaman Tionghoa Umban Sari Rumbai untuk memperingati Ceng Beng. Peziarah berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan ada yang datang dari luar negeri.
”Puncaknya memang 4 April lalu, tapi 10 hari setelah puncak umat boleh melakukan tradisi ini karena memang berlangsung selama 20 hari di bulan lunar,” ucapnya.
Disebutkannya, di Pemakaman Tionghoa Umban Sari terdapat sekitar 4.000 makam dan 1.000 tempat abu jenazah, termasuk puluhan makam tanpa identitas dan tidak diketahui ahli warisnya yang dibawa dari pemakaman di bawah Jembatan Siak I Pekanbaru.
”Kalau di sini ada 5.000 makam, bisa jadi yang mengunjungi bisa mencapai belasan ribu karena biasanya kegiatan ziarah makam ini dilakukan oleh seluruh keluarga besar yang masih hidup,” ujarnya.(ayi)