Rabu, 12 November 2025
spot_img

GAPKI Riau Dorong Sistem Kerja Berkeadilan demi Pekerja Sawit Sejahtera

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sistem kerja yang adil dan berkeadilan menjadi kunci terciptanya kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pekerja. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Lichwan Hartono, menegaskan bahwa kesejahteraan tenaga kerja merupakan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan industri kelapa sawit.

Menurutnya, sektor sawit bukan hanya penggerak utama ekonomi daerah, tetapi juga tumpuan hidup bagi ribuan tenaga kerja tetap, kontrak, maupun harian lepas. Namun di balik kontribusi besar itu, masih ada tantangan seperti perlindungan kerja, kepastian upah, serta keselamatan dan kesehatan pekerja yang perlu menjadi perhatian serius.

Hal ini disampaikan Lichwan saat membuka Workshop PADU PERKASA (Peningkatan dan Adaptasi Dunia Usaha untuk Pekerja Sejahtera dan Kesehatan) di The Zuri Hotel Pekanbaru, Selasa (28/10/2025).

Workshop tersebut menjadi ajang kolaborasi antara perusahaan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat praktik ketenagakerjaan yang sehat dan berkelanjutan di sektor perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:  Airlangga Dorong Terapkan Perizinan Online

Lichwan menekankan, sistem kerja yang transparan, adil, dan saling menguntungkan merupakan fondasi penting dalam membangun hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan.

“Jangan hanya perusahaan yang sejahtera, tapi karyawan tidak. Kesejahteraan itu memberikan rasa aman, yang pada akhirnya juga mendukung produktivitas,” ujarnya.

Acara ini dihadiri puluhan perwakilan perusahaan perkebunan di Riau, termasuk manajemen, bagian SDM, serta serikat pekerja. Topik yang dibahas meliputi hubungan industrial, perlindungan sosial tenaga kerja, hingga standar keselamatan kerja di perkebunan sawit.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Riau, Roni Rahmat, menekankan pentingnya kepekaan sosial dan komunikasi dalam membina hubungan kerja.

“Sensitivitas itu harus diterapkan, baik oleh pimpinan maupun petugas di lapangan. Jangan sampai masalah kecil membesar karena kurangnya empati dan komunikasi,” ucapnya.

Roni menambahkan, suasana kerja yang kondusif akan tercipta jika pekerja merasa dihargai dan memiliki rasa memiliki terhadap perusahaan.

Baca Juga:  Pencairan Beasiswa Diajukan ke BPKAD

“Kalau hubungan antara perusahaan dan pekerja dijaga dengan baik, kebijakan apa pun akan lebih mudah diterima. Ini soal membangun rasa saling percaya,” tegasnya.

Selain materi utama, peserta juga diajak berdiskusi dan membahas studi kasus penerapan prinsip berkelanjutan di lingkungan kerja. Melalui forum ini, para peserta belajar bagaimana aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat berjalan beriringan dalam operasional perkebunan.

GAPKI Riau berharap kegiatan tersebut menjadi momentum perbaikan tata kelola ketenagakerjaan, terutama bagi pekerja harian lepas yang sering menghadapi tantangan terbesar di lapangan.

“Harapan kami, kegiatan seperti ini tidak berhenti pada diskusi, tapi benar-benar diterapkan di tempat kerja masing-masing,” tutup Lichwan.

Menurutnya, keberlanjutan industri sawit hanya bisa dicapai jika pengusaha, pekerja, dan pemerintah bergerak bersama menuju kesejahteraan bersama.(rls)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sistem kerja yang adil dan berkeadilan menjadi kunci terciptanya kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pekerja. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Lichwan Hartono, menegaskan bahwa kesejahteraan tenaga kerja merupakan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan industri kelapa sawit.

Menurutnya, sektor sawit bukan hanya penggerak utama ekonomi daerah, tetapi juga tumpuan hidup bagi ribuan tenaga kerja tetap, kontrak, maupun harian lepas. Namun di balik kontribusi besar itu, masih ada tantangan seperti perlindungan kerja, kepastian upah, serta keselamatan dan kesehatan pekerja yang perlu menjadi perhatian serius.

Hal ini disampaikan Lichwan saat membuka Workshop PADU PERKASA (Peningkatan dan Adaptasi Dunia Usaha untuk Pekerja Sejahtera dan Kesehatan) di The Zuri Hotel Pekanbaru, Selasa (28/10/2025).

Workshop tersebut menjadi ajang kolaborasi antara perusahaan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat praktik ketenagakerjaan yang sehat dan berkelanjutan di sektor perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:  BPJS Kesehatan Bersama Global Wakaf-ACT Bangun Tiga Sumur Wakaf

Lichwan menekankan, sistem kerja yang transparan, adil, dan saling menguntungkan merupakan fondasi penting dalam membangun hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan.

- Advertisement -

“Jangan hanya perusahaan yang sejahtera, tapi karyawan tidak. Kesejahteraan itu memberikan rasa aman, yang pada akhirnya juga mendukung produktivitas,” ujarnya.

Acara ini dihadiri puluhan perwakilan perusahaan perkebunan di Riau, termasuk manajemen, bagian SDM, serta serikat pekerja. Topik yang dibahas meliputi hubungan industrial, perlindungan sosial tenaga kerja, hingga standar keselamatan kerja di perkebunan sawit.

- Advertisement -

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Riau, Roni Rahmat, menekankan pentingnya kepekaan sosial dan komunikasi dalam membina hubungan kerja.

“Sensitivitas itu harus diterapkan, baik oleh pimpinan maupun petugas di lapangan. Jangan sampai masalah kecil membesar karena kurangnya empati dan komunikasi,” ucapnya.

Roni menambahkan, suasana kerja yang kondusif akan tercipta jika pekerja merasa dihargai dan memiliki rasa memiliki terhadap perusahaan.

Baca Juga:  HKTI Riau Janji Majukan Pertanian

“Kalau hubungan antara perusahaan dan pekerja dijaga dengan baik, kebijakan apa pun akan lebih mudah diterima. Ini soal membangun rasa saling percaya,” tegasnya.

Selain materi utama, peserta juga diajak berdiskusi dan membahas studi kasus penerapan prinsip berkelanjutan di lingkungan kerja. Melalui forum ini, para peserta belajar bagaimana aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat berjalan beriringan dalam operasional perkebunan.

GAPKI Riau berharap kegiatan tersebut menjadi momentum perbaikan tata kelola ketenagakerjaan, terutama bagi pekerja harian lepas yang sering menghadapi tantangan terbesar di lapangan.

“Harapan kami, kegiatan seperti ini tidak berhenti pada diskusi, tapi benar-benar diterapkan di tempat kerja masing-masing,” tutup Lichwan.

Menurutnya, keberlanjutan industri sawit hanya bisa dicapai jika pengusaha, pekerja, dan pemerintah bergerak bersama menuju kesejahteraan bersama.(rls)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sistem kerja yang adil dan berkeadilan menjadi kunci terciptanya kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pekerja. Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Lichwan Hartono, menegaskan bahwa kesejahteraan tenaga kerja merupakan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan industri kelapa sawit.

Menurutnya, sektor sawit bukan hanya penggerak utama ekonomi daerah, tetapi juga tumpuan hidup bagi ribuan tenaga kerja tetap, kontrak, maupun harian lepas. Namun di balik kontribusi besar itu, masih ada tantangan seperti perlindungan kerja, kepastian upah, serta keselamatan dan kesehatan pekerja yang perlu menjadi perhatian serius.

Hal ini disampaikan Lichwan saat membuka Workshop PADU PERKASA (Peningkatan dan Adaptasi Dunia Usaha untuk Pekerja Sejahtera dan Kesehatan) di The Zuri Hotel Pekanbaru, Selasa (28/10/2025).

Workshop tersebut menjadi ajang kolaborasi antara perusahaan dan pemangku kepentingan untuk memperkuat praktik ketenagakerjaan yang sehat dan berkelanjutan di sektor perkebunan kelapa sawit.

Baca Juga:  Jokowi Minta Menterinya Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen

Lichwan menekankan, sistem kerja yang transparan, adil, dan saling menguntungkan merupakan fondasi penting dalam membangun hubungan harmonis antara perusahaan dan karyawan.

“Jangan hanya perusahaan yang sejahtera, tapi karyawan tidak. Kesejahteraan itu memberikan rasa aman, yang pada akhirnya juga mendukung produktivitas,” ujarnya.

Acara ini dihadiri puluhan perwakilan perusahaan perkebunan di Riau, termasuk manajemen, bagian SDM, serta serikat pekerja. Topik yang dibahas meliputi hubungan industrial, perlindungan sosial tenaga kerja, hingga standar keselamatan kerja di perkebunan sawit.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Riau, Roni Rahmat, menekankan pentingnya kepekaan sosial dan komunikasi dalam membina hubungan kerja.

“Sensitivitas itu harus diterapkan, baik oleh pimpinan maupun petugas di lapangan. Jangan sampai masalah kecil membesar karena kurangnya empati dan komunikasi,” ucapnya.

Roni menambahkan, suasana kerja yang kondusif akan tercipta jika pekerja merasa dihargai dan memiliki rasa memiliki terhadap perusahaan.

Baca Juga:  Anak Didik Diajarkan Adab di Sekolah

“Kalau hubungan antara perusahaan dan pekerja dijaga dengan baik, kebijakan apa pun akan lebih mudah diterima. Ini soal membangun rasa saling percaya,” tegasnya.

Selain materi utama, peserta juga diajak berdiskusi dan membahas studi kasus penerapan prinsip berkelanjutan di lingkungan kerja. Melalui forum ini, para peserta belajar bagaimana aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dapat berjalan beriringan dalam operasional perkebunan.

GAPKI Riau berharap kegiatan tersebut menjadi momentum perbaikan tata kelola ketenagakerjaan, terutama bagi pekerja harian lepas yang sering menghadapi tantangan terbesar di lapangan.

“Harapan kami, kegiatan seperti ini tidak berhenti pada diskusi, tapi benar-benar diterapkan di tempat kerja masing-masing,” tutup Lichwan.

Menurutnya, keberlanjutan industri sawit hanya bisa dicapai jika pengusaha, pekerja, dan pemerintah bergerak bersama menuju kesejahteraan bersama.(rls)

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari